"Kita ke kamar?" bisik Jayandru sambil menggendong tubuh Nara seperti koala. Nara hanya bisa memeluk erat tubuh tegap Jayandru.
"Kita ke kamar?" bisik Jayandru sambil menggendong tubuh Nara seperti koala. Nara hanya bisa memeluk erat tubuh tegap Jayandru. Milik Jayandru masih berada di dalamnya. Setiap ayunan langkah yang dilalui Jayandru membuat Nara menggigit bibir untuk menahan des@hnya. Tapi sesekali tetap terdengar juga.
Jayandru seperti sengaja menyiksanya seperti itu. Karena bagi Jayandru silent treatment yang selalu dilakukan Nara akhir akhir ini sudah membuatnya hampir gila. Sekarang dia bisa mendengar suara indah Nara yang selalu dia rindukan.
Hanya saat saat begini saja dia bisa menaklukkan Nara. Kekeras hatian gadis itu akan langsung luruh. Sepenuhnya Nara akan menjadi miliknya. Tidak ada lagi penolakan dari gadis itu.
Kini istrinya sudah dia baringkan dan aktivitas panas kembali mereka lanjutkan lagi.
"Aku mencintaimu, Nara. Aku sangat mencintaimu." Selalu kalimat kalimat itu yang Jayandru katakan dalam menjemput g@ir@hnya. Nara hanya membalas dengan des@h@n dan rintih@n sambil memeluk tubuh suaminya erat.
Hingga Jayandru tersadar kalo mereka bisa terlambat untuk memenuhi undangan maminya
Harumnya percintaan mereka tidak mungkin ditutupi hanya dengan menumpahkan sebotol parfum saja.
"Kita mandi?" bisiknya menawarkan di dekat telinga Nara yang masih memejamkan mata.
Nata hanya mengangguk. Tulang tulangnya seakan dilolosi. Setelah dua minggu, sekarang Jayandru membuatnya kehilangan akal sehatnya.
Jayandru tersenyum. Dia pun membawa Nara ke kamar mandi ala brydal. Guyuran shower membasahi tubuh mereka.yang saling berpelukan.
Jayandru memanfaatkan semua kesempatan. Dia ngga tau kapan lagi bisa menuntaskan hasrat mereka setelah kembali dari rumah maminya. Selain itu mereka juga sangat sibuk. Nara juga ngga bisa menemaninya kunker besok, seperti istri istri teman kerjanya yang lain.
*
*
*
Nara selalu berharap kalo dia hanya bisa hidup berdua saja dengan Jayandru. Mereka saling mencintai. Tapi tentu saja ngga mungkin. Saat bercinta, Nara selalu merasa Jayandru adalah miliknya seorang saja. Tapi setelah sesi ini berakhir, semua cinta itu seakan berlalu pergi.
Sekarang mereka sudah tiba di restoran yang terletak di dalam hotel bintang lima. Nara yakin, ini bukan sekedar undangan biasa.
Jayandru juga ngga .mengatakan apa apa. Dia menggandeng tangan Nara. Mereka hampir telambat.
"Kalian terjebak macet?" tanya mami Adel saat menyambut kedatangan mereka. Dia memeluk Jayandru dan Nara bergantian. Untung Nara tetap berusaha keras mengeringkan rambutnya waktu di mobil hingga mami mertuanya ngga tau alasan hampir terlambat mereka yang sebenarnya.
Jayandru yang memperhatikannya diam diam menahan tawanya
"Iya, mam." Jayandru yang menjawab. Tapi kemudian dia tertegun ketika melihat ada Monica dan orang tuanya di sana. Tersenyum manis menatapnya.
"Monica dan keluarganya rupanya.ada di restoran ini, jadi mami ajak bergabung aja," ucap maminya seakan tau apa yang dipikirkan Jayandru dan Nara. Perkataan yang diucapkan maminya seakan tidak mengandung rasa bersalah sama sekali. Terutama terhadap Nara.
"Monica sudah lama bercerai. Dasar suaminya tidak bersyukur dan bertanggung jawab. Padahal Monica sudah memberikannya anak yang tampan."
Nara menahan nafasnya, juga lukanya. Dia berusaha tetap tersenyum seolah perkataan maminya bukan belati yang menghunjam tajam di dalam hatinya.
Jayandru melirik Nara yang tetap tenang seolah perkataan mami ngga berimbas apa pun padanya.
Monika dan putra tampannya yang baru berusia dua tahun mendekat.
"Marlo, kenalkan ini istri om Jayandru dan tante Nara."
Anak tampan itu tersenyum menggemaskan. Harus Nara akui, setiap mata yang menatapnya pasti akan timbul rasa suka. Ngga terkecuali Jayandru. Apalagi Monica mantan terindahnya.
Jayandru tanpa sungkan meraih Marlo begitu Monica menyerahkan padanya. Nara menatap nanar sesaat.
Mereka sudah seakrab itu? batinnya ngga percaya. Nara yakin ada yang disembunyikan Jayandru darinya.
"Monica juga anggota dewan, Nara. Mereka baru saja kembali dari kunker di tempat yang sama," jelas mami Adel membuat Nara harus benar benar menyembunyikan keterkejutannya.
Nara tidak menemani saat suaminya resmi disahkan menjadi anggota dewan, karena maminya yang kemarin suaranya kalah memintanya untuk menemani putranya di acara resmi itu. Nara tidak menolak, dia memberikan ijin dan haknya sebagai istri. Tapi ternyata Monica anggota dewan yang terpilih juga.
Ternyata ini maksudnya? Kenapa mereka harus menyembunyikan darinya? Jadi sejak itu atau sudah sejak lama? batinnya sakit.
Jayandru menghindar dari tatapan tajam Nara. Menyibukkan diri dengan Marlo.
"Marlo dekat sekali dengan Dru. Bahkan dengan papinya ngga begitu. Ya, kan, Monica."
"Iya, mam," jawabnya dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya.
Lihatlah, dia masih memanggil mami pada mami Jayandru. Padahal hubungan mereka sudah lama berakhir.
"Kamu salah, sih, melepaskan Dru," tawa mami Adel tanpa merasa kalo hati mantunya terluka mendengar ucapannya.
Monica juga ikut tertawa.
"Ayo, ikut mami aja. Kasian papi Dru," ucap Monica yang tambah mengagetkan Nara.
Papi Dru?
"Biar nanti Jayandru terbiasa kalo sudah punya anak dari Nara," ucap mami Adel sambil menoleh pada mantu aslinya.
"Sudah positif, Nara?" tanya mami Adel melanjutkan ucapannya sambil menatap Nara dengan pertanyaan tak terduganya.
Walaupun sudah Nara prediksi, tapi dia ngga menyangka akan terlontar pada momen sekarang.
Nara menggeleng dengan perasaan malu yang muncul tiba tiba.
"Belum, mam."
Wajjah ceria Mami Adel berubah kesal.
Jayandru menatap Nara dengan raut bersalah.
Saat Jayandru akan memberikan Marlo ketika Monica terulur, Mami Adel mencegah.
"Biar Marlo sama Dru aja. Kamu kasian gendong gendong Marlo terus." Mami Adel malah menggandeng lengan Monica.
"Ngga apa, kan, Nara?" tanya mami Adel dengan tatapan masih kesal.
"Ngga apa, mam." Jawab Nara dengan lidah hampir patah.
"Ayo, bergabung, papi sama om om Dru sudah ngga sabar nunggu kalian."
Jayandru meraih jari jari istrinya, menggenggamnya.
"Ayo," ucapnya lembut sambil mengabaikan tangan maminya yang terulur padanya.
Mami Adel hanya mendes@h kesal, ketika putranya mengabaikannya. Tapi senyumnya terkembang lagi ketika Monica mengusap lengannya lembut.
"Ayo, sayang."
Nara harus punya sabar yang seluas samudra melihat sikap mami Jayandru dan juga keluarga besarnya yang lain. Perhatian mereka terfokus pada Monica dan Marlo. Karena Jayandru yang menggendong anak itu--suaminya juga harus berada di sana. Nara tetap berdiri di samping Jayandru, tapi sebagai pemeran kedua--pelengkap. Tidak ada yang mengajaknya berbicara hangat selain pertanyaan yang menyakitkan.
"Belum hamil juga Nara?"
"Kamu terlalu sibuk bekerja."
"Luangkan waktu lebih banyak dengan Dru."
Bahkan yang lebih menyakitkan terlontar perkataan dari mami Jayandru--suaminya dan mami Monica
"Marlo bisa jadi anak Dru, nih."
"Loh, maminya Marlo bagaimana? Ikut Dru juga?"
Anehnya mereka semua tertawa. Ngga merasa sama sekali sudah menyakiti hati seseorang yang lebih berhak ada di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Bun cie
duh anggota dewan..ada aroma2 berbau kekuasan pemaksaan penindasan🤔
2025-09-02
2
Dewi kunti
Sik Sik maksudnya gmn istri om jayandru dan Tante Nara 🤔🤔🤔🤔
2025-09-04
1
anggita
sekarang para anggota dewan... lagi ketar ketir, takut dijarah 😁🤫.
2025-09-01
1