3. Kesal

"Besok berangkat bareng Dru aja, Monica," ucap Mami Adel ketika Jayandru menurunkan Marlo dan mendekatkan bocil itu pada maminya-Monica.

Nara reflek menoleh pada Jayandru yang tampak memasang wajah ngga enak. Jantung Nara berdetak makin cepat. Hatinya yang sudah terluka jadi tambah berdarah.

"Nara sibuk, sih, ya. Harusnya ngga usah kerja. Jadi bisa menemani Dru," ucap Tante Yanti dengan sikap agak menyayangkan keputusan Nara.

"Iya, Nara. Kamu juga kecapean, kan? Makanya sulit hamil, kan," sambung Tante Melani semakin membuat luka Nara makin dalam.

"Lagian apalagi yang harus kamu cari? Kalo uang, kan, Dru pasti bisa ngasih kamu berkali kali lipat dari gaji kamu," tukas Tante Yanti dengan wajah yang habis mikir. Keponakannya Dru sangat kaya raya, tapi Nara seperti ngga mau memanfaatkannya.

Mungkin hanya itu poin yang dia sukai dari Nara. Dia gadis pekerja keras dan tidak materialistis. Kalo perempuan lain yang jadi istri Dru pasti akan hidup dengan sangat hedon.

"Kami memang belum ingin punya anak, tante," bantah Jayandru membela istrinya.

"Masa? Sudah empat tahun, loh?" Tante Melani menatap Jayandru ngga percaya.

"Bohong dia. Buktinya sayang banget sama Marlo," kilah mami Adelnya kemudian tertawa berderai.

Kedua tante Jayandru pun tergelak.

"Artinya Dru sudah mau punya anak, Nara," tiimpal Tante Melani.

Kalo belum dikasih sama yang Di Atas, memangnya bisa apa, batin Nara kesal.

"Jayandru terlalu cinta sama kamu, Nara," ucap Tante Yanti di sela tawanya.

"Cinta saja tidak cukup. Sebentar lagi juga pudar. Empat tahun loh. Sudah cukup kesabaran Dru," timpal Mami Adel lumayan tajam dan menusuk hati Nara.

"Iya, Nara. Kalian harus segera hamil. Dru itu sayang banget sama anak anak. Marlo aja dimanja sama Dru." Mami Monica ikut menyahuti.

"Besok katanya mau dibelikan robot transformer lagi. Dru mau lengkapi koleksinya," tukas Mami Adel.

Lagi? Sebenarnya hubungan mereka sudah sejauh apa? Baru tiga bulan mereka dilantikkan? batin Nara mulai marah.

Kenapa omnya ngga mengatakan apa apa? batinnya lagi.

Kakak papanya juga anggota dewan yang baru terpilih.

Tapi selama ini ngga ada cerita apa pun tentang kedekatan Dru dengan wanita lain.

Atau mereka menggibahkannya tanpa setau dia? tebaknya lagi mencoba menerka nerka.

"Kamu ngga mau makan puding?" tanya Jayandru tiba tiba.

Nara ngga menyahut. Pikirannya tidak berada di sana.

"Makanlah walaupun sedikit, ya." Jayandru mengambil sepotong puding.

"Kamu ngga mau makan sate, Dru?" tanya Mama Adel.

"Nanti, mam." Jayandru menyenggolkan lengannya pelan pada lengan Nara. Dia tau gadis ini sedang melamun.

"Harusnya kamu yang mengambilkan makanan buat Dru, Nara. Bukan sebaliknya," sindir Mami Adel yang melihat putranya memberikan puding untuk istrinya.

Nara ngga berkata apa apa lagi. Dia hanya mengambil piring potongan puding yang diulurkan Jayandru. Hanya memegangnya saja. Sindiran mami mertuanya semakin menambah luka saja di hatinya.

"Dru memang romantis," puji Tante Melani.

"Harusnya Dru mendapat istri yang romantis juga," balas mami Adel, tapi kemudian dia menoleh ketika suaminya memegang lengannya. Kemudian suaminya memberikannya isyarat agar tidak menganggu menantu mereka lagi.

Mami Adel terpaksa menurut dengan wajah cemberut.

Jayandru mengambil sate kambing buat dirinya sendiri. Percintaan mereka tadi sudah membuatnya sangat lapar. Mungkin nanti akan dia tawarkan pada Nara.

Jayandru menghela nafas panjang melihat Nara masih memegang puding yang dia berikan.

Rupanya undangan dari mami Jayandru malam ini memang spesial untuk merayakan keberhasilan Jayandru mendapatkan tender yang bernilai hampir satu trilyun.

"Kamu ngga suka pudingnya?Memang agak pahit," komen Tante Yanti ketika melihat Nara tidak memasukkan sedikitpun puding itu ke dalam mulutnya.

"Makan yang lain aja, Nara," ucap tante Yanti lagi.

Nara hanya tersenyum. Akhir akhir ini dia tidak pernah bisa makan di acara mami mertuanya, apalagi sekarang ditambah banyaknya pikirannya tentang praduga tentang hubungan suaminya dengan Monica.

Nara berusaha tetap memberikan senyum santunnya.

"Makanlah," ucap Jayandru sambil menyodorkan setusuk sate pada Nara.

Nara menatap tajam laki laki di depannya, menuntut penjelasan

"Nanti akan aku jelaskan. Makanlah. Kamu pasti sangat lapar," ucapnya sangat lembut.

"Makan Nara, satenya lumayan loh rasanya," ucap Tante Yanti.

"Kamu jarang banget makan kalo mami undang akhir akhir ini, ya? Kenapa?" todong Mama Adel sambil melipat tangannya di atas dadanya, menatap Nara penuh selidik. Dia mengabaikan peringatan suaminya.

Nara membeku. Haruskah dia berterus terang kalo lambungnya menolak semua asupan makanan mewah ini?

Tante Melani dan Tante Yanti juga menatap Nara ingin tau.

"Ehem....." Jayandru batuk batuk sebentar.

"Salah Dru, mam. Dru selalu dadakan ngasih taunya, jadi Nara sudah makan tadi," katanya cepat membela Nara..

Terdengar helaan nafas kasar Mami Adel.

"Kamu, ya, Dru. Selalu saja jadi tameng buat Nara."

Setelah itu Mami Adel pergi menuju tempat Marlo dengan wajah kesal.

"Nara, lihat tuh mami Dru. Sayang banget sama Marlo. Jangan tunda lagi punya anak," saran Tante Yanti sebelum pergi bergabung bersama suaminya.

"Itu betul, Nara. Keluarga Dru perlu pewaris," tukas Tante Melani juga sebelum beranjak pergi.

Setelah keduanya pergi, Nara menghembuskan nafas panjang.

"Makan, ya. Diperhatikan mami."

Nara terpaksa menggigit sate yang disodorkan suaminya.

"Dru, aku sudah pernah bilang, kan," ucapnya pelan setelah menelan daging satenya.

Jayandru ngga menyahut. Dia sudah hapal kelanjutan ucapan Nara.

"Aku ngga keberatan kalo kamu mau nikah lagi. Tapi ceraikan aku dulu," sambungnya lagi. Nara berusaha tegar. Dia menahan emosi yang sudah siap memenuhi tiap sudut dadanya.

Sejak pembicaraan soal anak yang belum juga hadir diantara mereka, Nara sudah membebaskan Dru untuk memilih.

Sekarang ditambah lagi dengan kehadiran Monica. Jayandru ngga pernah cerita kenapa dia dan Monica berpisah. Padahal hubungan mereka didukung keluarga masing masing.

"Kamu bicara apa?" tepis Jayandru sangat tenang.

Nara melemparkan sorot gusarnya

"Buktinya kamu senang senang aja sudah ketemu mantan kamu. Udah punya anak lagi." Walaupun marah Nara mengecilkan volume suaranya. Apalagi sekarang dia yakin banyak anggota keluarga suaminya yang sedang menperhatikan mereka berdua.

"Nara, kita bicarakan hal ini di rumah, oke," pinta Jayandru.

Nara mengalihkan tatapnya. Dia hanya ingin suaminya jujur. Nara ngga suka mendengar dari orang lain. Persepsinya pasti jadi beda.

Nara juga ngga tau, apakah setelah mereka tiba di rumah, pembicaraan ini akan dteruskan.

Terpopuler

Comments

mery harwati

mery harwati

Nara jangan sampai menyimpan black mamba seperti yang lagi viral 🤭😄

2025-09-02

1

Siwalan Cell

Siwalan Cell

hmmmm.. baca kok ya nyesek bgt si kak... q suka nabung episode buat jaga kewarasan rasa penasaran q.. di buat ber sakit2 dahulu ber senang2 kemudian kah kakkkkkk.. 😭😭😭

2025-09-10

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

karya baru lahir dan top banget.....good job 👍🥰

2025-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!