Antara percaya dan tidak, Shan-xui yang sekarang menjadi Lin-rang harus menerima kenyataan yang harus dia jalani. Kehidupan di zaman yang begitu jauh dari era modern, bahkan tidak ada teknologi canggih sama sekali. Melihat semua yang ada di tempat itu Shan-xui menghela nafasnya begitu berat, kepalanya tertunduk dengan wajah lesu.
"Oh Tuhan! kenapa kamu harus melempar ku ke dunia seperti ini?!!!! ini adalah dunia zaman purba! dunia yang tidak ada gadget, elektronik bahkan internet pun tidak ada! apa yang harus aku lakukan! apa yang harus aku katakan. kenapa aku harus dihukum seperti ini apakah aku mempunyai kesalahan yang sangat fatal!" teriak Shan-xui sembari menatap bangunan reyot yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.
Mau kabur percuma, mau melarikan diri tidak tahu jalan pulang. Kepala Shan-xui rasanya mau pecah, apalagi melihat tubuh yang sekarang dia tempat, tubuh gadis muda yang mengalami ketidakadilan luar biasa.
"Oh dewa, apakah aku melakukan kesalahan besar? setelah ditabrak mobil malah sekarang nyawaku tersangkut di tempat ini. Aku harus menerima atau bagaimana? mau pulang tidak tahu jalan pulang, mau pergi tidak tahu mau ke mana." Shan-xui nampak mengeluh ketika dia berbalik dia menatap wajah Ming-na yang sangat mirip dengan wajah Wei-lan muridnya. apalagi sekarang ini gadis itu sendirian.
"Nyonya, apa yang terjadi? kenapa nyonya seperti ini?" tanya Ming-na yang sedikit takut. gadis itu yakin kalau junjungannya sekarang ini sedang tidak baik-baik saja dan dia yakin kalau junjungannya itu sekarang sedang hilang ingatan.
"Bolehkah kamu menceritakan sesuatu padaku? akibat terjatuh di danau itu aku sedikit mengalami lupa ingatan." Shan-xui mencoba untuk berbicara dengan Ming-na.
Ming-na menganggukkan kepalanya, dia kemudian duduk bersama Shan-xui sembari menceritakan beberapa kejadian yang ada di kerajaan.
"Oh... jadi ini namanya kerajaan Rong? Kenapa namanya aneh sekali, Kenapa tidak pakai kerajaan Xin, Shun, Shan atau apa gitu." gumam Shan-xui dalam hati. setelah itu dia menghela nafas perlahan dengan begitu dalam.
"Nyonya, jangan pernah tinggalkan aku, aku tidak mau sendirian, aku tidak mau hidup sendiri." ucap Ming-na sembari meneteskan air matanya.
"Sudah sudah, tidak usah menangis seperti itu, lagi pula aku tidak mau bunuh diri atau mengakhiri hidupku. Hidup ini sangat berharga, dibuang sama satu pria Kenapa tidak cari pria yang lain? lagian kaisarmu itu benar-benar sangat bodoh, dia kira wajahnya tampan hingga bisa membuang ku begitu saja?" ujar Shan-xui yang kemudian menggerakkan tangannya. rasanya tubuhnya benar-benar kaku luar biasa. "Besok pagi kita bersihkan tempat ini, Kita buat tempat ini jadi tempat yang layak untuk dihuni. Kalau seperti ini tempat ini seperti kandang ayam saja." ucap Shan-xui yang kemudian mengajak Ming-na untuk tidur.
Ming-na mengangguk dengan begitu semangat, Baru kali ini dia mendengar suara junjungannya yang begitu percaya diri.
Berbeda di tempat lain, seorang pria berdiri dengan angkuh bahkan kata-katanya seolah mengisyaratkan semua perkataannya adalah kebenaran dan mutlak.
"Wanita itu benar-benar tidak punya malu dan tidak punya harga diri sama sekali. Dia mengira dengan dia bunuh diri maka aku akan menerimanya? akan menganggapnya sebagai istri? tidak, aku tidak akan pernah mau menerimanya sekarang dia hanyalah wanita yang sudah aku buang kata." kaisar Hei jin.
"Entah sudah berapa kali selir Lin selalu mencoba untuk bunuh diri, dia tidak pernah lelah untuk mencari perhatian dari yang mulia." ucap Yusan. seorang pria yang memiliki jabatan jenderal di kerajaan Rong.
"Kamu benar sekali jenderal, walaupun berkat ayahnya jenderal terdahulu kerajaan kita memenangkan peperangan, tapi aku tidak tertarik dengan putrinya yang sudah diangkat menjadi selirku itu. Wanita itu tidak mempunyai daya tarik sama sekali, bahkan untuk membuatku menyukainya itu tidak akan pernah terjadi." jawab kaisar Hei jin.
Tak berselang lama seorang wanita datang ke tempat kaisar Hei jin, dia nampak tersenyum ketika melihat sang kaisar masih terjaga malam itu.
"Yang mulia kaisar." panggil selir Wei xian.
"Kalau begitu hamba pamit dulu yang mulia jenderal yosan kemudian pergi dari ruangan kaisar Hei jin.
"Yang mulia, apakah aku tidak mengganggumu?" tanya selir Wei xian. bibirnya tersenyum begitu lebar wajahnya nampak menunjukkan sisi menggoda, tangannya nampak memberikan kode gerakan.
"Tentu saja selirku, tidak mungkin kamu menggangguku." jawab kaisar Hei jin yang kemudian menarik selir kesayangannya itu di pangkuannya. salah satu tangannya terulur menyentuh pipi selir Wei xian.
"Begitukah? aku takut kalau aku mengganggu yang mulia." ucapnya dengan nada manja nan menggoda.
Tentu saja kaisar Hei jin langsung tertawa terbahak-bahak, seketika pria itu menggendong selir kesayangannya. "Aku tahu kamu merindukanku, selir. Maka dari itu aku akan memberikanmu hadiah." kata kaisar Hei jin yang kemudian langsung meletakkan selir kesayangannya itu di atas ranjangnya.
Malam itu adalah malam panjang untuk sang kaisar, malam di mana kaisar selalu tidak pernah mendapatkan kepuasan sama sekali. Beberapa isterinya selalu tak mampu menemani sang kaisar di atas ranjangnya. Setiap kali mereka baru bercinta, selalu saja isteri-isterinya akan pingsan tak sadarkan diri.
"Selalu saja seperti ini, setiap kali aku baru memulai mereka selalu saja pingsan terlebih dahulu, memangnya apa yang salah denganku? Kenapa mereka tidak pernah ada yang memberikan aku kepuasan sama sekali." ucap kaisar Hei jin. kedua matanya nampak menatap selir Wei xian yang sudah terkapar tidak berdaya dan pingsan di atas ranjangnya.
Rasa kesal bercampur aduk, Dia mempunyai begitu banyak selir namun tidak ada satu wanita pun yang bisa memuaskannya. Terkadang rasa kesal membuatnya frustasi luar biasa, sudah berapa banyak wanita yang dia nikahi, namun setiap kali dia akan melakukan hubungan istrinya akan pingsan di setiap permainan mereka.
Semua wanita yang bersama dengan kaisar Hei jin tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah mereka pingsan, mereka selalu mengira kalau mereka sudah berhubungan dengan sang kaisar. Nyatanya mereka belum sempat melanjutkan sudah pingsan terlebih dahulu, tak ada yang merasakan keanehan, yang mereka rasakan malah mereka sudah melakukannya dengan sang kaisar. Padahal kaisar selalu kesal, dia memendam semua kekesalan itu dalam hati karena dia tidak ingin semua orang tahu kalau dia mempunyai kelemahan.
Pagi telah menjelang, selir Wei xian sudah terbangun, dia nampak tersenyum ketika tubuhnya merasakan capek yang teramat sangat. Kedua matanya menatap ranjang yang sudah kosong hanya ada dirinya, Dia mengira kalau sang kaisar sudah terbangun terlebih dahulu.
"Hemmm.. Aku selalu menemani yang mulia, tidak akan ada yang berani kepadaku, aku selalu melayani yang melihat kaisar dan membuatnya sangat puas. Dia adalah kunci menuju kesuksesanku." ucap selir Wei xian dengan bangga.
*Bersambung*
Terima kasih sudah membaca novelku, baca juga novelku yang lainnya.
*Isteri bar-bar bos mafia
*Jangan sakiti aku
*Kekasih gelap suamiku
*Delisa
Dan masih banyak lagi, semoga suka dengan karyaku, mohon dukungannya juga ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments