Anna dengan tubuh gemetar perlahan maju mendekati Janetta. Wajahnya pucat pasi,
"Janetta… maaf. Aku tidak serius, aku hanya bercanda denganmu," ucapnya dengan suara lirih, berusaha terlihat tulus.
Alex langsung menyahut, berusaha meredam suasana. Ia menepuk pelan bahu Anna, lalu menatap istrinya dengan tatapan dingin.
"Janetta, Anna sudah minta maaf. Jangan berkecil hati lagi. Aku yakin dia hanya bercanda saja," katanya enteng, seolah masalah sebesar itu hanyalah hal sepele.
Ucapan Alex membuat hati Janetta semakin remuk. Ia menatap suaminya dengan mata berair, namun sorot matanya dipenuhi luka dan kebencian.
"Karena dia mantanmu, kau anggap semuanya hanya bercanda? Dan kau ingin aku melupakan semua perbuatannya begitu saja? Aku hampir menjadi korban kalau bukan karena Tuan Shen menyelamatkanku! Kau bahkan tidak menyalahkan dia sedikit pun. Alex Yang, kau sungguh keterlaluan!"
Alex mendengus, lalu berjalan mendekat, wajahnya kaku menahan marah. "Lalu apa yang kau inginkan? Aku akan membayarmu berapa pun yang kau minta. Masalah ini tidak perlu diperbesar. Lagi pula, Anna sudah minta maaf."
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Alex. Suara tamparan itu bergema di ruangan karaoke yang mulai terasa menyesakkan.
Janetta menatapnya tajam, suaranya penuh amarah yang terpendam. "Berselingkuh! Meninggalkan istri yang sedang hamil besar di tengah jalan hingga membuat anakku meninggal! Dan sekarang kau bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun? Alex Yang, apa kau masih pantas disebut manusia?"
Anna buru-buru maju, mencoba menghalangi, lalu menempelkan tubuhnya pada Alex sambil berkata dengan suara melas. "Janetta, jangan salahkan Alex lagi. Aku dan Alex saling mencintai sejak dulu. Hanya karena aku tidak tega menyakitimu, maka aku diam selama ini."
Wajah Janetta memerah karena marah. Tanpa ragu ia melayangkan tangannya ke arah Anna.
Plak! Plak!
Dua tamparan keras menghantam wajah Anna, membuat wanita itu terhuyung hampir jatuh. Janetta menatapnya dengan penuh jijik.
"Wanita rendahan sepertimu tidak layak bicara denganku."
Janetta kemudian menoleh ke arah suaminya. Matanya basah, namun tatapannya tetap tajam. "Alex Yang, karena kau berselingkuh dan telah menyebabkan anakku meninggal, aku akan menggugat cerai! Dan aku juga ingin meminta aset bagianku. Kau bisa berada di posisi ini karena bantuanku. Kalau tidak, kau bahkan tidak akan sebanding dengan seorang security di perusahaanmu!"
Tanpa memberi kesempatan Alex menjawab, Janetta berbalik dan melangkah pergi dengan penuh keyakinan.
Holdes yang sejak tadi hanya memperhatikan, kini berdiri perlahan. Tatapannya dingin, namun bibirnya melengkung tipis.
"Tuan Yang, urus dulu masalah rumah tanggamu. Setelah itu, barulah kita bisa membahas lagi masalah kontrak kerja sama," katanya datar. Dengan langkah santai namun penuh wibawa, ia ikut meninggalkan ruangan karaoke itu.
Mansion keluarga Yang.
Malam itu, suasana ruang keluarga dipenuhi ketegangan. Candy dan Jessie duduk bersama Anna, sementara Alex baru saja selesai menceritakan tuntutan Janetta.
"Apa? Tidak mungkin sama sekali!" seru Candy dengan wajah penuh amarah. "Dia tidak melakukan apa pun untuk keluarga ini. Bahkan anak saja tidak mampu dia pertahankan. Jadi dia tidak layak meminta pembagian harta!"
Jessie ikut menimpali dengan sinis. Ia melirik Anna yang duduk di sampingnya dengan tatapan penuh kepuasan. "Dia hanya menginginkan uang. Siapa dia? Apakah dia merasa dirinya menantu keluarga ini? Kakak Anna jauh lebih pantas dianggap menantu sejati."
Anna tersenyum samar, namun dengan nada lembut ia ikut menambah bensin ke dalam api. "Sepertinya Janetta serius. Dia juga terus menyalahkan Alex mengenai kematian anaknya."
Alex meremas rambutnya frustrasi. "Ma, kenapa saat itu Mama begitu cepat membawa jasad anakku pergi? Bukankah itu hanya membuatnya semakin tidak percaya? Mungkin saja dia akan datang ke sini mencari abu anakku."
Candy menatap putranya dengan raut wajah serius. Ia mencondongkan tubuh, lalu menurunkan suaranya hingga terdengar seperti bisikan. "Alex… ada satu rahasia yang belum Mama beritahu padamu. Sebenarnya… anakmu belum meninggal."
"Apa?!" Alex hampir melompat dari duduknya, wajahnya penuh keterkejutan. Anna pun ikut terbelalak.
Jessie menyeringai kecil, lalu berkata dengan nada sinis. "Kakak, wanita itu tidak layak menjadi ibunya. Jadi, saat dia melahirkan, kami bekerja sama dengan dokter untuk membawa pergi anak itu. Jadi tidak ada abu anak sama sekali."
Alex memandang ibunya dengan mata melebar. "Anakku masih hidup? Di mana dia? Apakah ini benar?"
Candy tersenyum puas, lalu mengangguk pelan. "Benar. Dia adalah keturunan keluarga kita. Saat ini dia berada di tempat yang aman. Mama sudah mengupah beberapa pengasuh untuk merawatnya. Mama bisa menerima anak itu… tapi tidak wanita itu. Kelak kau dan Anna yang akan menjadi orang tuanya."
Air mata haru bercampur lega menggenang di mata Alex. "Ma… anakku laki-laki atau perempuan?"
"Anak laki-laki," jawab Candy dengan bangga. "Dia adalah penerusmu."
Alex menghela napas panjang, lalu tersenyum puas. "Ma, terima kasih karena sudah merencanakan semua ini. Dengan begitu aku bisa menceraikan Janetta tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun. Tanpa bukti, dia tidak bisa menuntut apa pun dariku. Aku akan mencari pengacara terbaik untuk mengalahkannya."
Jessie menepuk tangannya sambil tersenyum licik. "Kakak, jangan lupa adakan perjumpaan pers. Umumkan bahwa kakak akan menikahi wanita yang paling kakak cintai. Biar wanita itu semakin sakit hati, biar dia sadar kalau dirinya tidak berharga."
"Saran yang bagus," kata Candy dingin.
Anna menunduk pura-pura malu, tapi senyum puas tak bisa ia sembunyikan. "Walau harus merawat anak wanita itu, tidak masalah. Setidaknya aku bisa menjadi istri Alex, menantu satu-satunya. Setelah aku melahirkan anakku sendiri, tetap saja darahku yang akan menjadi penerus sebenarnya."
"Alex, sudah malam. Pergi tidurlah. Aku ingin menemani bibi dan Jessie dulu," ucap Anna lembut, mencoba mengambil hati keluarga Yang.
"Baiklah, aku ingin pergi mandi dulu," jawab Alex sambil berdiri.
Setelah Alex berlalu, Candy menoleh ke Anna dengan senyum licik. "Anna, setelah Alex resmi bercerai, kau dan dia akan menikah. Kita akan mengadakan pesta meriah untuk mengumumkannya."
"Bibi, terima kasih karena memilihku," ucap Anna dengan nada penuh kepura-puraan.
Jessie ikut tersenyum. "Kakak, jangan sungkan. Kita sudah seperti keluarga sendiri. Wanita itu hanyalah orang luar."
Anna menatap keduanya, lalu berbisik dengan wajah serius. "Bibi, Jessie… aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Janetta dan orang tuanya. Mereka hidup sederhana. Dan tentu saja, mereka menginginkan harta keluarga Yang. Kita harus memikirkan cara agar mereka tidak mendapat kesempatan sedikit pun."
Jessie menatap Anna penuh antusias. "Apakah ada cara tercepat, tanpa harus berurusan panjang lebar dengan hukum?"
Anna tersenyum dingin, matanya berkilat kejam. "Ada. Tapi pertanyaannya, apakah kita berani melakukannya atau tidak. Kalau berani, maka semuanya akan berhasil dengan lancar tanpa hambatan."
Jessie mencondongkan tubuh, wajahnya tegang. "Kakak Anna, coba katakan rencanamu!"
Anna menghela napas panjang, lalu menatap keduanya dengan sorot mata menusuk. "Kalau ingin cepat… maka basmi hingga ke akarnya."
Candy dan Jessie saling berpandangan, wajah mereka berubah pucat. "M-Membunuh mereka?" bisik Candy nyaris tak terdengar.
Anna tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Bibi, ini satu-satunya cara. Setelah Janetta dan keluarganya lenyap, kita bisa hidup tenang. Dia juga tidak akan pernah tahu kalau anaknya masih hidup. Jadi, sebelum dia datang menuntut apa pun… kita harus segera jalankan rencana ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments