Bab 4

Dua minggu kemudian.

Janetta yang baru keluar dari rumah sakit, mengenakan pakaian kasual. Tubuhnya masih tampak lemah, tetapi sorot matanya penuh luka dan amarah. Malam itu ia melangkah mantap menuju sebuah klub malam mewah yang ramai dipenuhi pengunjung dari kalangan atas. Musik berdentum dari balik dinding, lampu neon berkilauan, namun hati Janetta terasa hampa.

Dengan nafas berat, ia mendorong pintu salah satu ruangan karaoke. Aroma alkohol dan asap rokok langsung menyergap hidungnya. Di dalam, matanya membulat seketika.

Alex duduk santai di sofa, lengannya melingkari bahu Anna. Senyum puas menghiasi wajah keduanya. Namun yang membuat Janetta kaku adalah sosok pria lain di sudut ruangan, sedang merokok dengan tatapan tajam namun santai—Holdes Shen. Pria itu, yang pernah menolongnya di rumah sakit, kini terlihat begitu akrab dalam lingkaran pertemanan suaminya.

"Kenapa dia ada di sini? Dia mengenal Alex?" batin Janetta dengan perasaan bercampur aduk.

Holdes menatapnya sekilas, lalu tersenyum tipis seakan menguji keberaniannya.

"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Alex dengan dingin, suaranya menusuk hati.

Janetta menegakkan tubuhnya, sorot matanya penuh tekad.

"Alex Yang, aku tidak peduli kau ingin bersama wanita tidak tahu malu itu. Tapi serahkan anakku sekarang juga," katanya lantang, meski suaranya bergetar menahan emosi.

Alex mendengus, lalu melirik Anna yang pura-pura menunduk. "Jaga mulutmu. Anna bukan wanita tidak tahu malu. Kenapa kau tidak sadar diri?"

Janetta menggenggam erat telapak tangannya menahan air mata yang ingin jatuh. "Kau meninggalkanku di jalan saat hujan deras. Aku hampir mati kehabisan darah, tapi kau malah bersenang-senang dengan dia. Aku adalah istrimu, Alex! Saat aku dirawat di rumah sakit, kau bahkan tidak datang menjengukku," suaranya pecah penuh kepedihan.

Alex mendadak bangkit, matanya merah menahan amarah. "Menjengukmu? Untuk apa? Kalau bukan karena dirimu yang lemah, anakku tidak akan meninggal!"

Plak!

Sebuah tamparan keras dari tangan Janetta mendarat di wajah Alex. Seluruh ruangan terdiam, hanya dentuman musik dari luar yang terdengar samar.

Nafas Janetta terengah, tubuhnya gemetar, tapi tatapannya begitu tegas. "Kau yang salah! Jangan beraninya menyalahkanku. Kau dan jalang itu sudah bekerja sama, bukan? Saat aku di rumah sakit, mantanmu ini malah membayar empat preman untuk melecehkanku!"

Anna langsung menggeleng, matanya berkaca-kaca, mencoba memasang wajah polos. "Janetta, aku tahu kau marah padaku. Tapi untuk apa aku melakukan itu padamu?" ucapnya dengan suara melas.

Tanpa ragu, Janetta menampar keras wajah Anna hingga wanita itu hampir terjengkang. Alex buru-buru memeluknya.

"Janetta, apa kau sudah gila?! Berani sekali kau menyakitinya!" bentak Alex dengan nada tinggi.

Holdes di sudut ruangan hanya menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap Janetta dengan ekspresi dingin. Senyum tipisnya semakin jelas, seakan menikmati pertunjukan di depannya.

Janetta mengangkat dagunya, menahan sakit di dada. "Sakit hati karena aku menampar selingkuhanmu? Alex Yang, kau sungguh menjijikkan. Kau, ibumu, dan adikmu—semuanya bajingan!"

Alex mengepalkan tangannya, wajahnya merah padam. "Jaga mulutmu! Kau tidak berhak menghina kami. Cepat berlutut minta maaf pada Anna! Kalau tidak, jangan salahkan aku menceraikanmu!"

Janetta menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Suaranya tegas, tanpa ragu sedikit pun.

"Dia hanya jalang yang tidak tahu malu. Kau ingin aku berlutut minta maaf? Tidak mungkin sama sekali! Aku juga tidak peduli kalau harus bercerai denganmu. Besok segera datang ke kantor untuk menandatangani surat perceraian. Dan mengenai anakku… aku yakin kalian sekeluarga telah menyembunyikannya. Aku akan menemukannya walau harus ke ujung dunia!"

Alex mendengus sinis, wajahnya dipenuhi amarah.

"Kau benar-benar tidak tahu diri! Selama ini kalau bukan karena aku menikahimu, kau pikir ada pria yang mau padamu? Pria mana yang akan menyukai wanita miskin sepertimu?" ucapnya ketus, suaranya penuh hinaan.

Janetta menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya bergetar menahan emosi.

"Jangan lupa, saat itu kau yang mengejarku dan melamarku. Bukan aku yang mengejarmu, Alex! Andaikan aku tahu kau hanyalah pria murahan, aku pasti sudah menolak lamaranmu sejak awal," jawabnya lantang tanpa gentar.

Wajah Alex memerah, genggaman tangannya mengeras. Ia mengangkat tangan, berniat menampar istrinya sendiri. Namun sebelum sempat bergerak, suara berat dan dingin menghentikan niatnya.

"Sebagai seorang pria yang tega memukul istrinya sendiri… sepertinya aku harus mempertimbangkan kembali kerja sama kita," ucap Holdes perlahan, tapi setiap kata keluar dengan tekanan kuat.

Alex seketika kaku. Tangannya yang terangkat pun terhenti di udara. Ia menoleh cepat, wajahnya berubah cemas.

"Tuan Shen…" ucapnya tergagap.

Holdes menjatuhkan puntung rokoknya ke asbak, lalu mencondongkan tubuh ke depan dengan tatapan penuh arti.

"Tuan Yang, aku benar-benar tidak menyangka urusan rumah tanggamu seberantakan ini. Tadi kau memberitahu aku bahwa kau akan segera menikahi wanita ini," ujarnya sambil melirik Anna sekilas. "Tapi ternyata kau masih memiliki istri sah."

Senyum tipis menghiasi bibir Holdes, namun matanya dingin menusuk.

"Kalau dalam rumah tanggamu saja tidak ada kejujuran… bagaimana aku bisa percaya padamu untuk mengurus proyek bernilai miliaran yuan?" katanya tenang, tapi jelas bernada ancaman.

Wajah Alex pucat, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.

Holdes mengangkat alisnya sambil menatap Alex dan Anna bergantian. Suaranya terdengar datar, namun menekan.

"Ada satu hal lagi. Mengenai empat pria yang ingin melecehkan istrimu—itu memang benar terjadi. Mereka dikirim oleh wanita ini." Ia melirik Anna dengan senyum tipis yang membuat udara di ruangan terasa dingin. "Aku ada di lokasi, dan aku sendiri yang memberi pelajaran pada mereka. Tidak tahu apa yang akan kau lakukan setelah tahu… selingkuhanmu ini berniat membahayakan istrimu."

Alex menelan ludah, matanya terbelalak. "Tuan… anda dan istriku… saling kenal?" tanyanya dengan nada penuh curiga.

Janetta menegakkan tubuhnya, matanya bersinar marah. "Kalau bukan karena Tuan Shen, jalang ini pasti sudah berhasil mempermalukan aku," ucapnya tajam, tanpa ragu sedikit pun menuding Anna.

Anna buru-buru menggenggam lengan Alex, wajahnya pucat, air mata berusaha dibuat-buat.

"Tidak mungkin… Anna, kau tidak mungkin melakukan itu, kan?" tanya Alex dengan suara bergetar, setengah tidak percaya.

"Ini hanya salah paham, Alex." Anna memeluk lengannya lebih erat, suaranya melas. "Janetta yang menyusun semua ini… dia ingin menyingkirkan aku."

Holdes menyeringai tipis. Ia mengambil ponsel dari sakunya, lalu meletakkannya di meja. "Kalian mau bukti?"

Dengan satu sentuhan, layar ponsel menyala, memperlihatkan rekaman mengerikan. Empat pria yang dulu dikirim untuk melecehkan Janetta kini tampak berteriak-teriak ketakutan, tubuh mereka berlumuran darah, sementara bayangan buaya raksasa menyambar di tepi sungai. Jeritan terakhir mereka terdengar jelas sebelum video berakhir dalam genangan merah.

Alex dan Anna membeku. Wajah mereka pucat pasi, tubuh mereka bergetar hebat setelah melihat pemandangan tragis itu.

"Itu… itu…?" suara Alex tercekat, hampir tak keluar dari tenggorokannya.

Holdes menyandarkan tubuhnya di sofa, "Aku paling tidak suka menyakiti wanita," katanya datar. "Mereka melakukannya di depan mataku. Jadi mereka menjadi santapan buaya peliharaanku. Itu sudah adil. Jadi lebih baik kalian mengakui kesalahan kalian. Kalau tidak, mungkin giliran kalian yang akan menjadi santapan buaya berikutnya."

"Siapa sebenarnya Holdes Shen? Kenapa dia seolah-olah sedang membelaku? Dan… kenapa wajahnya terasa tidak asing? Di mana aku pernah melihatnya?" batin Janetta, pikirannya kalut bercampur rasa penasaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!