Bab 5. Pertahankan

Nabila seketika membalik tubuhnya dan kembali melangkah ke arah tangga. Hatinya sangat senang. Ternyata kerja di sana didukung banyak orang-orang baik. Walau pun ia sedih dengan kepergian bayinya, tapi keberadaan Enzo cukup membantunya mengurangi rasa kehilangan. Ia bahkan tak sabar untuk menyussui bayi itu kembali.

"Hextor ...." Herlina memandangi Nabila yang sedang menaiki tangga. "Bagaimana kalau tiba-tiba suaminya meminta istrinya kembali?"

"Apa!?" Hextor memukkul meja dengan kepalan tangan. "Mungkin dia harus merasakan timah panasku, beraninya main-main denganku!"

Herlina tersenyum tipis. Ia begitu senang dengan respon anaknya.

Hugo, ayah Hextor yang berdagu runcing, menegakkan punggungnya. "Ibu ... sudah. Jangan memprovokasi Hextor lagi. Saat ini ia sedang labil, jadi jangan sampai ia membunuh orang tanpa sebab yang jelas. Hextor hanya penjual senjata, bukan pemakai. Bukankah ibu tidak ingin ada banyak darah tumpah lagi, sejak bisnis ini dipegang Hextor? Cukup Sergio saja yang melakukan itu, tidak dengan Hextor!"

Herlina melirik suaminya. "Aku hanya memastikan saja, cucuku tidak ganti-ganti ibu sussu. Kasihan Enzo. Sudah tidak punya ibu, ayahnya pun sibuk. Lalu, sehari-hari itu dia sama siapa? Dia harus bersama orang yang tepat. Aku percaya pada Nabila dan berharap dia tidak cepat berhenti dari pekerjaannya karena aku tak mudah percaya dengan orang lain." Ia beralasan. "Alasanku bisa dimengerti 'kan?"

Baik Hextor mau pun Hugo, tak satu pun yang membantah. Hugo hanya menghela napas pelan.

"Sudahlah! Sudah waktunya solat Azhar. Ayo, kita solat dulu," ajak Herlina diikuti yang lain.

***

Terdengar ketukan dari luar. Mei membuka pintu dan masuk sambil membawa nampan berisi makan. Nabila berdiri dan takjub melihat makanan yang dibawa untuknya. Sepiring nasi putih, ikan kukus dengan bumbu rempah dan semangkuk sup bayam jagung. Ditambah potongan aneka buah dan segelas air putih. Ia belum pernah makan makanan selengkap ini. Bahkan tampak lezat. Matanya bercahaya saat nampan itu diletakkan di meja nakas. "Terima kasih ya, Bu. Makanannya kelihatannya enak."

"Pasti, dan kami pastikan ini cukup gizinya untuk kamu yang menyussui. Tidak perlu berterima kasih, karena ini sudah menjadi pekerjaanku. Aku harus memastikan kamu tidak mudah sakit."

"Tapi tetap saja, aku harus berterima kasih pada Ibu, karena telah membuatkan makanan enak ini," kata Nabila dengan senyum lebar.

"Ini masakan Chef Okto, bukan aku. Aku hanya membantu mengirimkan."

Nabila menyatukan tangannya sambil tersenyum manis memiringkan kepala. "Iya, tapi kalau tak ada Ibu, mungkin Chef Okto akan salah paham terus padaku. Terima kasih ya, Bu."

Mei sedikit salah tingkah karena Nabila berterima kasih padanya. Selama bekerja di situ, tidak ada satu orang pun yang bilang terima kasih padanya. "Polos sekali orang ini ya." "Eh, ya udah. Cepat dimakan, mumpung masih hangat."

"Iya, iya. Oh ya, Bu. Bisa pinjam mukenanya untuk solat magrib nanti? Saya tidak bawa mukena."

"Oh, bisa-bisa. Nanti Saya bawa ke atas."

"Makasih, Bu."

Mei pun pergi. Nabila memandangi makanan yang ada di meja nakas. Namun, tempat itu tidak ada meja makan karena itu ia membawa makan itu ke lantai dan duduk di sana. Ia tak mau tempat itu jadi kotor bekas ia makan.

Nabila menikmati setiap gigitan. Begitu nikmat dan bahagianya makan enak. Ia sering membayangkan ini saat lewat dekat meja makan majikannya dulu yang sering menitipkan cucian padanya. Ternyata Allah maha baik. Impiannya tercapai. Betapa bahagianya ia saat ini. Bahagia yang mungkin untuk orang lain tidak ada apa-apanya, tapi begitulah. Bahagia Nabila memang begitu sederhana.

Terdengar tangisan Enzo. Nabila yang hampir selesai makannya, buru-buru meneguk air di gelas dan berdiri. Dihampirinya boks bayi Enzo dan tampak bayi itu telah bangun. Enzo tampak terkejut, tapi kemudian tangan dan kakinya tak bisa diam melihat Nabila datang. Ia begitu senang dan ingin digendong.

"Enzoo ... sudah bangun ya? Mau mimik cucu?" Sapa Nabila dengan lembut. Karena membungkuk, kerudung Nabila bergantung dan menyentuh tubuh bocah itu.

Enzo berhasil mengambilnya dan dengan tangan kecilnya menarik-narik kerudung itu. Ia tampak takjub melihat Nabila yang berkerudung karena ibunya tidak pakai kerudung.

Nabila meraih tubuh si kecil. Digendongnya Enzo dan menepi ke tepi ranjang. Saat membuka kancing baju teratas, mulut Enzo langsung mengerucut. Sumber sussu itu kemudian datang dan bayi itu mulai tenang.

Enzo kini memperhatikan wajah Nabila. Diangkatnya satu tangan dan wanita itu mengulurkan jari telunjuknya. Jari-jari kecil itu meraih telunjuk Nabila dan menggenggamnya dengan erat.

Melihat respon Enzo, Nabila tersenyum. Siapa yang tidak? Enzo begitu tampan. Malah ia mewarisi mata elang Hextor walaupun dengan warna bola mata yang berbeda. Nabila mengusap pelan rambut Enzo yang lembut. Rambutnya bahkan lebih lembut dari rambut Haris.

Haris. Kenapa ia kembali teringat bayi itu? Ya, tentu saja. Bayi itu darah dagingnya yang tidak bisa begitu saja ia lupakan. Kembali matanya berkaca-kaca.

Tanpa sadar, Enzo melihatnya. Bayi itu beralih meraih kerudung Nabila dan menariknya. Saat itu Nabila tersadar dan menatap wajah kecil bayi itu. Dengan cepat ia mengusap sudut matanya di mana air matanya hampir jatuh. "Maafkan mbak ya, Enzo. Mbak gak kenapa-kenapa kok!"

Enzo sepertinya mengerti karena bayi itu tiba-tiba berhenti menyussu dan menatap wajah Nabila.

Nabila coba tersenyum dalam getir perasaan hatinya. "Ngak papa kok, Enzo. Mbak gak papa. Ayo, mimik lagi."

Beberapa saat, Enzo terdiam dan kemudian kembali menyussu pelan-pelan. Tiba-tiba bayi itu seketika terdiam. Wajahnya memerah.

Nabila memperhatikan wajah Enzo yang seperti menahan sesuatu. "Enzo, kamu eek ya?"

***

Di luar, Hextor mengantar kedua orang tuanya sampai ke depan pintu utama. Ia menatap mobil itu hingga jauh dari pandangan.

Hugo melirik istrinya dari samping. "Kenapa kamu bicara seperti itu pada Hextor tadi? Bukankah Hextor anakmu yang paling lembut, kenapa kini membuatnya marah?"

"Kamu membicarakan tentang Nabila?" Wanita itu mengangkat kedua alisnya.

"Ya, tentang siapa lagi? Kamu mau Hextor bertengkar dengan suaminya?"

Herlina malah tersenyum. "Anakku Hextor tidak sebodoh itu, kamu tahu, 'kan? Aku hanya memastikan Hextor akan mempertahankan Nabila, walaupun suaminya tiba-tiba datang mengambilnya."

"Apa maksudmu?" Hugo mengerut dahi.

"Feeling-ku mengatakan, mereka berdua cocok."

"Apa kamu sudah gila?" Hugo menatap istrinya lekat-lekat.

"Jangan berpikir buruk dulu. Aku sedang tidak merencanakan apa-apa, jadi jangan berpikir yang tidak-tidak!"

"Heh. Walaupun aku mafia, tapi aku tidak pernah merencanakan sesuatu yang buruk pada orang lain tanpa sebab, karena itu, kamu juga jangan bikin yang aneh-aneh." Hugo menatap ke depan.

"Tidak. Kan aku sudah bilang, ini hanya harapan seorang ibu karena keduanya tampak cocok. Itu saja. Memangnya aku tidak boleh mengungkapkan perasaanku padamu." Herlina merengut dan menatap ke arah jendela.

Hugo menoleh dan tersenyum sambil mencubit dagu istrinya dengan lembut. "Kamu itu ...."

Herlina kembali tersenyum dan melirik suaminya.

***

Hextor yang lelah, melangkah gontai di tangga. Seharian tidak melihat Enzo, ia jadi rindu. Sebelum masuk kamar Enzo, ia mengetuk pintu. Dilihatnya Nabila tengah mengganti baju Enzo di meja rak bayi.

"Oh, Pak. Sebentar." Nabila menyadari kedatangan Hextor di kamar. Ia tengah mengancingi baju si kecil.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

semoga harapan mama nya hextor jdi kenyataan yaa ,nabila jdi mantu nya suatu saat nanti

2025-09-01

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Jangan mbak dong... ibu kek...

2025-09-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ditinggal Pergi
2 Bab 2. Baby Enzo
3 Bab 3. Lapar
4 Bab 4. Ibu ASI
5 Bab 5. Pertahankan
6 Bab 6. Serba Salah
7 Bab 7. Sergio
8 Bab 8. Bercanda
9 Bab 9. Berjemur
10 Bab 10. Lidah Mertua
11 Bab 11. Pengertian
12 Bab 12. Siapa
13 Bab 13. Mabuk
14 Bab 14. Janji
15 Bab 15. Seblak
16 Bab 16. Dahlia
17 Bab 17. Curiga
18 Bab 18. Pecat
19 Bab 19. Ganjaran
20 Bab 20. Ponsel
21 Bab 21. Video Call
22 Bab 22. Pengganggu
23 Bab 23. Maaf
24 Bab 24. Kabur
25 Bab 25. Vila
26 Bab 26. Ngambek
27 Bab 27. Reuni Keluarga
28 Bab 28. Panik
29 Bab 29. Nama Vila
30 Bab 30. Izin
31 Bab 31. Penawaran
32 Bab 32. Menahan Amarah
33 Bab 33. Pulang
34 Bab 34. Kena Omel
35 Bab 35. Klinik
36 Bab 36. Trauma
37 Bab 37. Makam Haris
38 Bab 38. Ketahuan
39 Bab 39.Tanda Tangan
40 Bab 40 Cadar
41 Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42 Bab 42. Ulang Tahun
43 Bab 43. Mama
44 Bab 44. Kecelakaan
45 Bab 45. Cinta
46 Bab 46. Diincar
47 Bab 47. Minuman
48 Bab 48. Mafia
49 Bab 49. Marco Dan Sergio
50 Bab 50. Mantan
51 Bab 51. Kembali
52 Bab 52. Sarapan Lagi
53 Bab 53. Yakin
54 Bab 54. Melamar
55 Bab 55. Menikah
56 Bab 56. Bersamamu
57 Bab 57. Kembali Hilang
58 Bab 58 Mantan Terlupakan
59 Bab 59. Ngambek
60 Bab 60. Tawanan
61 Bab 61. Menunggu
62 Bab 62. Ketemu
63 Bab 63. Pencarian
64 Bab 64. Pengejaran
65 Bab 65. Lupa
66 Bab 66. Keluarga Kita
67 Bab 67. Pulang Ke Rumah Kita
68 Bab 68. Demi Kamu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Bab 1. Ditinggal Pergi
2
Bab 2. Baby Enzo
3
Bab 3. Lapar
4
Bab 4. Ibu ASI
5
Bab 5. Pertahankan
6
Bab 6. Serba Salah
7
Bab 7. Sergio
8
Bab 8. Bercanda
9
Bab 9. Berjemur
10
Bab 10. Lidah Mertua
11
Bab 11. Pengertian
12
Bab 12. Siapa
13
Bab 13. Mabuk
14
Bab 14. Janji
15
Bab 15. Seblak
16
Bab 16. Dahlia
17
Bab 17. Curiga
18
Bab 18. Pecat
19
Bab 19. Ganjaran
20
Bab 20. Ponsel
21
Bab 21. Video Call
22
Bab 22. Pengganggu
23
Bab 23. Maaf
24
Bab 24. Kabur
25
Bab 25. Vila
26
Bab 26. Ngambek
27
Bab 27. Reuni Keluarga
28
Bab 28. Panik
29
Bab 29. Nama Vila
30
Bab 30. Izin
31
Bab 31. Penawaran
32
Bab 32. Menahan Amarah
33
Bab 33. Pulang
34
Bab 34. Kena Omel
35
Bab 35. Klinik
36
Bab 36. Trauma
37
Bab 37. Makam Haris
38
Bab 38. Ketahuan
39
Bab 39.Tanda Tangan
40
Bab 40 Cadar
41
Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42
Bab 42. Ulang Tahun
43
Bab 43. Mama
44
Bab 44. Kecelakaan
45
Bab 45. Cinta
46
Bab 46. Diincar
47
Bab 47. Minuman
48
Bab 48. Mafia
49
Bab 49. Marco Dan Sergio
50
Bab 50. Mantan
51
Bab 51. Kembali
52
Bab 52. Sarapan Lagi
53
Bab 53. Yakin
54
Bab 54. Melamar
55
Bab 55. Menikah
56
Bab 56. Bersamamu
57
Bab 57. Kembali Hilang
58
Bab 58 Mantan Terlupakan
59
Bab 59. Ngambek
60
Bab 60. Tawanan
61
Bab 61. Menunggu
62
Bab 62. Ketemu
63
Bab 63. Pencarian
64
Bab 64. Pengejaran
65
Bab 65. Lupa
66
Bab 66. Keluarga Kita
67
Bab 67. Pulang Ke Rumah Kita
68
Bab 68. Demi Kamu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!