Meta tiba di kediaman utama keluarga Arman. Di sana, hanya nenek nya dan juga beberapa pelayan yang tinggal.
"Kamu cantik sekali hari ini, sayang."
"Tentu dong sayang. Kita akan bertemu nenek. Jadi, aku harus terlihat cantik."
"Kamu memang sangat pintar. Kalau begitu, ayo kita turun. Sepertinya nenek sudah siap untuk menyambut kita."
Meta dan Arman masuk ke dalam ruang tamu. Para pelayan pun mulai menyiapkan minum dan cemilan.
Meta begitu bahagia bisa masuk ke keluarga kaya raya yang ada di kota itu. Dan ternyata, ia duluan tahu jika Arman adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya.
Saat masih berpacaran dengan Airin, Arman mengaku jika ia berasal dari keluarga sederhana. Sehingga Airin sering kali membantu nya di segala situasi.
Arman ketahuan saat Airin melamar pekerjaan di perusahaan orang tua nya. Karena Airin bisa di manfaatkan, Arman pun memulai semua drama nya saat itu. Termasuk jatuh cinta pada Meta.
"Sayang, rumah nenek mu sangat indah. Tapi, mengapa nenek malah menanam sayuran? Apa tidak jorok dan bau?"
"Nama nya juga orang tua. Mereka kan suka mencoba hal baru. Di depan nenek, kamu tidak boleh mengatakan hal ini."
"Baiklah. Pasti nenek mu sangat sensitif. Hal seperti ini saja tak boleh aku ucapkan."
Ehem
Ehem
Terdengar suara dari arah belakang mereka. Dan ternyata, nenek nya Arman dan salah satu pelayan nya, telah tiba.
"Siapa ini, Arman?"
"Nek! Apa kabar? Apa nenek sehat? Ini Meta, nek. Calon istri ku. Dia cantik kan, nek."
"Hay, nek. Aku Meta. Salam kenal." Ucap Meta lagi.
Nenek nya Arman tidak mengatakan apapun dan hanya menatap Meta dari atas hingga ke bawah.
Sang nenek pun duduk di atas sofa yang ada di sana. Arman dan Meta pun ikut duduk saat itu juga.
"Siapa yang suruh kalian duduk?" Ucap nenek.
"Tapi, nek."
"Kau, darimana kau dapatkan pakaian dan juga perhiasan ini?" Tanya nenek Arman.
"Ini. Hmmm,,, hadiah dari Ibu ku, nek."
"Hubungi Ibu mu sekarang dan tanyakan pada nya. Di mana ia membeli pakaian dan juga perhiasan itu."
"Nek! Nenek tidak sopan mengatakan hal itu pada Meta. Mengapa nenek ingin tahu semua hal pribadi nya? Dia calon istri ku, nek."
"Meta, apa kau tak bisa memberi jawaban? Jika kau berbohong, maka jangan harap aku bisa menerima mu sebagai cucu menantu ku."
Meta terdiam. Tak mungkin ia mengatakan jika ia mencuri nya dari Airin. Meta tak tahu harus berkata apa dan hanya menatap Arman.
"Cukup, nek. Aku tak perlu restu dari nenek. Aku kira nenek sudah berubah. Tapi ternyata, sama saja."
Prang..
Nenek nya Arman langsung melempar semua gelas yang berisi minuman dan piring cemilan. Semua nya berjatuhan di atas lantai.
Kejadian itu, tepat terjadi saat Leo dan juga Airin tiba di sana setelah mereka pulang dari butik.
Airin yang takut terjadi sesuatu pada bos baru nya, langsung masuk dengan tergesa-gesa, dan meninggalkan Leo.
"Nenek! Apa yang terjadi? Apa nenek terluka?" Ucap Airin sambil memeriksa tubuh Nenek Lina.
"Airin. Kami udah di sini? Nenek tak apa. Nenek hanya kesal pada wanita itu. Airin, kenapa hadiah yang nenek berikan pada mu, malah di pakai wanita itu. Apa kamu tidak suka hadiah pemberian nenek?"
Airin. Langsung saja menatap Meta yang ketakutan berdiri di samping Arman. Airin tak begitu ingat dengan pakaian dan juga perhatian itu. Tapi nenek Lina, sungguh sangat luar biasa.
"Nek. Dia adalah adik tiri Airin yang suka mencuri. Apapun yang Airin miliki, harus dia miliki juga. Jadi, mungkin hadiah nenek. Dia juga yang mengambil nya."
"Airin! Jaga bicara mu. Tak mungkin Meta mencuri pakaian dan juga perhiasan mu. Bisa jadi, perhiasan dan pakaian ini mirip."
"Mirip? Baiklah. Jika kamu memaksa, Arman. Kita akan periksa perhiasan dan juga pakainya itu. Pelayan, buka pakaian dan perhiasan wanita itu. Aku mau lihat, apakah itu memang benar milik nya."
"Nek. Jangan keterlaluan seperti ini. Aku akan menghubungi Mama dan Papa. Nenek sudah mempermalukan calon istri ku."
Arman begitu marah. Sedangkan Meta, ia sangat ketakutan.
"Tenang saja, Arman. Jika memang nenek salah, maka nenek akan mengganti kerugian. Nenek akan memberikan setengah dari saham yang nenek miliki padamu."
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh neneknya, Arman pun terdiam. Ternyata ia lebih memilih apa yang ditawarkan oleh neneknya daripada rasa malu yang dimiliki oleh Meta.
Tidak perlu menunggu waktu lama, para pelayan pun langsung membuka pakaian dan juga perhiasan yang dipakai oleh Meta saat itu juga.
"Meta, apa kamu masih ingin berbohong? Lihatlah tulisan yang ada di pakaian dan perhiasan ini? Dan kamu Arman, buka matamu lebar-lebar dan lihat wanita seperti apa yang telah kamu pilih untuk menjadi istrimu."
Mata Meta dan juga Arman terbelalak saat melihat sebuah label yang ada di dalam baju tersebut.
Jika tidak diperhatikan, maka tidak akan tahu jika ada tulisan seperti itu. Nama Airin tertulis di sana. Bahkan di dalam perhiasan itu pula.
Berarti memang sudah jelas jika perhiasan dan juga pakaian itu adalah milik Airin yang dicuri oleh Meta.
"Meta, tolong jelaskan apa ini?" ucap Arman yang kecewa.
"Sayang, maafkan aku. Ini semua gara-gara kak Airin. Ia sangatlah pelit. Jadi aku terpaksa meminjamnya sebentar. Tapi aku berjanji akan mengembalikan barang miliknya lagi."
"Kamu sungguh adik yang sangat tidak tahu malu, Meta. Seumur hidupku, aku telah memberikan semuanya padamu. Tapi kamu, masih juga mencuri calon suamiku. Dan ketika aku memiliki barang yang bagus, kamu pun ingin memilikinya."
Nenek Lina benar-benar tidak menyangka jika selama ini Airin menderita. Dan beliau juga sangat kesal dengan perilaku Meta di hari pertama bertemu dengannya.
"Arman. Jika kau ingin menikah dengan wanita ini, sampai kapanpun jangan panggil aku lagi nenek. Sekarang, segera pergi dari sini. Aku akan mengatakan hal ini juga pada orang tuamu."
Dan akhirnya, Arman dan juga Meta diusir dari kediaman nenek Lina. Meta diberikan pakaian lain sedangkan pakaian dan juga perhiasan yang dipakainya tadi, diambil kembali oleh nenek Lina.
"Nek, maafkan Airin karena tidak bisa menjaga amanah nenek."
"Sudahlah, tak apa. Pakaian dan perhiasan ini tak perlu kamu pakai lagi. Nanti nenek akan membelikan pakaian dan perhiasan yang baru."
"Tapi, nek."
"Jangan banyak membantah, Airin. Dengarkan saja apa yang dikatakan oleh ibuku."
Airin tak jadi bicara. Kedatangan Leo membuatnya bungkam. Ia memang datang di saat yang tepat dan membuat suasana yang tadinya aman dan tenteram, berubah menjadi horor.
Wajah itu tak bersahabat bahkan senyum pun tak pernah dilihat oleh Airin sejak tadi. Airin heran mengapa ia bisa salah dalam menunjuk seorang pria saat itu.
Akankah Airin kuat menghadapi pria tanpa ekspresi seperti itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
💝F&N💝
thor, up nya yg buuuuuuiiiiaaanyaaaaak
2025-08-30
1
Novansyah
seru KK lanjut tapi kalau bisa update nya jangan cuma 1 bab kk kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab kk biar enak bacanya
2025-08-31
1
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Mantul tuh si nenek 😂 emang harus digituin tu orang yg ga tau malu mah
2025-08-31
0