Setelah makan mereka bertiga memutuskan untuk pulang, terlebih dahulu Pijar mengantarkan Meldy kerumahnya baru setelah itu mengantar Dea.
Begitu masuk kedalam rumah, Meldy disambut papanya yang sedang bersantai diruang keluarga.
"Papa." Sapa Meldy, duduk disofa samping papa Hendra lalu memeluk papanya itu.
"Anak cantik papa dari mana aja nih?." Tanya papa Hendra, mengusap lembut rambut Meldy.
"Jalan-jalan aja pa, tadi diajak Pijar."
"Udah makan belum?."
"Udah dong pa. Papa udah makan?."
"Udah juga."
Tak lama, Melvin ternyata juga baru pulang dan ikut bergabung dengan papa dan adiknya. "Tumben nih papa sama Meldy belum tidur?." Melvin duduk disofa kosong didepan Meldy dan papanya.
"Meldy baru sampai dirumah kak, makanya belum tidur." Jawab Meldy.
"Papa nungguin anak-anak papa pulang. Oh ya, papa mau ngomong sesuatu sama kalian, khususnya sama Meldy." Papa Hendra berubah jadi serius.
"Apa nih, kayaknya papa serius banget?." Melvin jadi penasaran hal apa yang akan disampaikan papanya.
"Besok kan hari minggu nih, kalian nggak ada acara kan?." Tanya papa Hendra.
"Nggak pa." Meldy dan Melvin kompak menjawab.
"Bagus, besok malam sahabat lama papa mau berkunjung ke rumah kita sama keluarganya. Jadi papa harap kalian tetap dirumah ya."
"Sahabat papa yang mana?." Tanya Meldy, masih betah duduk bergelayut dilengan papa Hendra.
"Kalian belum pernah ketemu, dia sahabat papa pas masa kuliah dulu. Kita berdua sama-sama berjuang merintis usaha dari awal. Karena sibuk dengan urusan masing-masing kita jadi jarang bertukar kabar." Jawab papa Hendra.
"Terus apa hubungannya sama Meldy pa?." Tanya Meldy lagi.
"Papa akan kasih tau kamu besok."
"Iiih papa, buat penasaran aja deh."
"Makanya tunggu besok kalau kamu penasaran. Udah ah, papa ngantuk, mau tidur. Kalian juga tidur sana." Papa Hendra mencium kening Meldy dan mengusap rambut Melvin.
"Kira-kira apa ya kak hubungannya sahabat papa mau berkunjung sama Meldy?." Tanya Meldy kepada Melvin.
"Kakak nggak tau dek. Udahlah kita tunggu aja sampai besok. Tidur gih, jangan mentang-mentang besok libur kamu begadang ya. Simpan dulu tuh novel nya." Melvin hapal kebiasaan adiknya yang suka membaca novel.
"Iya iya." Meldy cemberut, rasa penasarannya begitu dalam. Tak sabar menunggu besok untuk tau apa yang akan disampaikan papanya.
°°
Tok
Tok
Tok
"Kaaak, kak Melvin bangun dooong." Pagi-pagi sekali Meldy sudah bangun dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Melvin.
"Kak Melvin ayo dong bangun."
Ceklek.....
Pintu kamar terbuka, terlihat Melvin dengan muka bantalnya. "Apa sih dek, masih pagi loh. Ini hari minggu tau kakak mau tidur sampai siang." Ucap Melvin dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Kakak anterin Meldy belanja ya."
"Nanti siangan dikit lah, kakak ngantuk loh."
"Nggak bisa, sekarang kak Melvin. Aku mau masak untuk nanti malam. Ayo lah kak." Meldy menerobos masuk kedalam kamar Melvin, mendorong kakaknya itu masuk kedalam kamar mandi. "Buruan kakak mandi, aku tungguin." Mau tak mau Melvin mengikhlaskan kasur empuknya.
Benar saja, sampai Melvin selesai mandi Meldy masih betah menunggu sambil duduk dimeja belajar Melvin. "Siap-siap sana, katanya mau pergi. Kalau nggak kakak tidur lagi nih."
"Nggak lihat nih Meldy udah siap."
"Antusias banget kayaknya nyambut sahabat papa." Melvin mengambil baju dilemari.
"Ini juga papa yang nyuruh kak, Meldy disuruh masak." Meldy memang jago dalam memasak, jadi tak perlu diragukan lagi kalau soal rasa masakannya.
"Terus papa mana?."
"Dibawah lah, nggak mungkin ke kantor kan."
"Ya udah ayo, mau pake motor atau mobil nih?." Tanya Melvin.
"Paket mobil dong kakak ku sayang. Gimana caranya bawa belanjaan kalau kita pake motor."
"Emosian aja, cepat tua loh kamu." Melvin merangkul Meldy.
Kedua kakak adik itu telah sampai disalah satu pusat perbelanjaan. Melvin hanya mendorong keranjang belanjaan saja karena Meldy lah yang paling tau apa saja yang akan dibeli.
"Buah nggak sekalian aja dek?." Tanya Melvin bagitu mereka melewati pajangan buah-buahan.
"Nggak dulu deh kak, kemaren bibi habis belanja buah, masih banyak di kulkas." Jawab Meldy, sebelum berangkat tadi Meldy sudah lebih dulu mengecek apa saja yang kurang dibantu oleh bibi.
Biasanya Meldy belanja bulanan berdua dengan asisten rumah tangganya, tapi kali ini mumpung hari minggu dan Melvin dirumah, sekalian saja dia mengajak kakak nya itu belanja.
"Apa lagi nih?." Tanya Melvin lagi.
"Kakak ikut aja, banyak tanya banget deh."
"Biar kakak tau kamu tuh mau beli apa."
"Nah." Meldy memberikan selebar kertas yang berisi list apa saja yang akan mereka beli.
"Apa ini? Yang kakak tau cuma cabe, kecap sama bawah doang." Melvin bingung dengan nama bahan-bahan yang tertera di kertas itu.
"Tadi ngotot mau tau, gimana? Bingung kan?."
"Hehe, emang lebih tepatnya kakak ikutin kamu aja." Melvin menyengir, menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Hampir satu jam lebih mereka berkeliling di super market itu, akhirnya semua yang Meldy butuhkan telah mereka dapatkan. Kini saatnya menggantri dimeja kasir untuk membayar.
"Dek mau ini nggak?." Melvin mengambil sebuah cokelat kesukaan Meldy.
"Mau dong, kakak tau aja kesukaan aku."
Melvin meletakkan cokelat itu dengan belanjaan yang lainnya. Setelah membayar mereka langsung pulang karena Meldy harus memasak. Tak sendiri kok masak nya, Meldy selalu dibantu bibi.
°°
"Danial kamu mau kemana?." Tanya bunda Kanaya. Hari minggu ini mereka hanya menghabiskan waktu dirumah.
"Main basket bun sama teman-teman." Jawab Danial.
"Adik kamu mana?." Tanya papa Edgar, pasangan suami istri itu tengah duduk santai diteras rumah sambil menikmati teh hangat dipagi hari.
"Lagi molor lah pa, ngapain lagi dia."
"Anak itu ya."
"Biarin lah pa, hari minggu ini." Bela bunda Kanaya.
"Kalau gitu Danial pamit ya bun, pa."
"Jangan telat pulang nya, ingat nanti malam kita mau pergi loh." Ucap bunda Kanaya.
"Iya bunda, Danial ingat kok."
Bertepatan dengan Danial yang sudah menunggangi kuda besi nya, Dea keluar dengan muka kusutnya.
"Hooaam, bunda sama papa asik banget berduaan." Dea bersandar di pintu.
"Anak gadis jam segini baru bangun. Lihat tuh kakak kamu bangun pagi terus." Ucap papa Edgar.
"Hari minggu loh pa, masa marah juga."
"Mandi sana, habis ini kamu ikut bunda."
"Mau kemana bun?".
"Ke mall." Mendengar jawaban itu mata Dea terbuka lebar. Mall adalah tempat favorit Dea, apalagi pergi bersama bundanya, apapun yang Dea inginkan pasti dibelikan.
"Mall? Ayo bun, bahagia banget lah Dea."
"Kamu ini, belanja aja pikiran nya. Sudah mandi sana, bunda juga mau siap-siap."
Dea kembali naik kelantai dua, masuk kedalam kamarnya bersiap untuk mandi..
Bagitu sampai di mall, bunda Kanaya mengajak Dea kesebuah toko pakaian branded. "Eits mau kemana kamu?." Bunda Kanaya menahan langkah Dea yang akan ngacir pergi.
"Milih baju lah bun."
"No, kali ini kamu nggak boleh beli baju. Kamu bantuin bunda pilih hadiah buat anak sahabat papa kamu."
"Ya elah bun, sayang banget kalau udah kesini nggak belanja." Protes Dea.
"Kan ini belanja, tapi bukan buat kamu."
"Iya deh iya. Emangnya anak sahabat papa itu cewek apa cowok sih?." Tanya Dea sambil cemberut.
"Dua-duanya.".
"Ha?."
"Anaknya cewek sama cowok. Kata papa sih yang cewek badannya agak kecil dari kamu, kalau yang cowok sepantaran Danial."
"Emangnya sahabat papa itu nggak mampu beliin anaknya baju." Ucap Dea ngasal.
"Sembarangan kamu. Sahabat papa itu pengusaha sukses tau, sama kayak papa."
"Lah terus kenapa bunda beliin baju?."
"Emangnya salah? Nggak kan?."
"Nggak sih." Sambil ngobrol mata ibu dan anak itu terus fokus memilih baju-baju yang akan mereka pilih.
"Kita berkunjung kesana nggak mungkin kan dengan tangan kosong.
"Emangnya itu sahabat papa yang mana sih bun?."
"Sahabat papa waktu kuliah dulu. Mereka udah lama nggak kontekan, bunda aja ketemu sahabat papa itu waktu dulu dia datang di nikahan bunda sama papa."
"Kok bisa? Bukannya sahabat itu sering komunikasi ya bun?."
"Nggak tau juga sih bunda. Tapi kata papa kamu, sahabat nya itu dulu sempat pindah keluar kota. Pas istrinya meninggal jadi mereka pindah lagi ke Jakarta." Bunda Kanaya menceritakan yang dia ketahui, sesuai dengan yang diceritakan suaminya.
Hanya membeli untuk anak sahabat papa nya saja? Tentu tidak dong, bukan Dea namanya kalau pergi ke mall tidak membeli apa-apa. Memang tidak membeli baju, tapi Dea mengajak bunda Kanaya ke toko cosmetic untuk membeli makeup dan skincare nya.
"Janjinya nggak beli apa-apa, lah ini sama aja bunda tekor banyak kamu buat."
Dea menyengir. "Kan janjinya nggak beli baju, ini emang baju bun?."
"Hmmm, bisa aja kamu." Bunda Kanaya mengandeng tangan anak perempuannya itu. "Ayo kita makan, bunda lapar nih."
"Let's go bun. Restoran Korea ya bun."
"Terserah kamu aja, bunda sih ngikut."
Anak dan ibu itu jika jalan berdua tampak seperti adik dan kakak yang sedang berbelanja. Walaupun rentang usia mereka cukup jauh, tapi dengan wajah yang awet muda itu berhasil membuat bunda Kanaya kelihatan tak jauh beda dengan Dea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments