Badgirl/Badboy Love In Chaos
parkiran panas
Matahari siang menyengat, halaman sekolah dipenuhi suara motor dan mobil anak-anak Edelweiss High yang bersiap pulang. Di parkiran, beberapa geng nongkrong, sebagian lagi buru-buru kabur sebelum guru piket muncul.
Nayla melangkah santai, jaket kulit hitam disampirkan di bahu. Headset menggantung di telinganya, tatapannya cuek. Beberapa cowok otomatis melirik, dan ada yang sengaja bersiul pelan.
cwok random
“Badgirl lewat, siap-siap jatuh hati, bro.”
Nayla Anastasya
(melirik sekilas, lalu menaikkan alis sinis.)
Di sisi lain parkiran, Arkana sedang menyalakan motor sport hitamnya. Suara knalpot meraung, menarik perhatian banyak orang. Semua tahu, dialah badboy paling populer sekaligus paling dibenci guru.
Langkah Nayla dan motor Arkana hampir bersamaan. Takdir seolah sengaja mempertemukan mereka. Nayla berhenti tepat di depan motor Arkana.
Nayla Anastasya
(menyilangkan tangan, menatap tajam) “Eh, badboy sok keren. Suara knalpot lo berisik banget, bikin kuping sakit.”
Arkana Pradipta
(senyum miring, balas menatap) “Kuping lo aja yang terlalu manja. Lagi pula, lo kan suka bikin ribut juga, Nay. Nggak usah sok suci.”
Nayla Anastasya
(melangkah lebih dekat) “Sok banget lo. Semua orang tahu lo cuma cowok cari perhatian.”
Arkana Pradipta
(tertawa kecil, menurunkan helmnya) “Lucu. Padahal lo juga begitu. Bedanya… gue nggak pura-pura.”
Suasana parkiran mendadak sunyi. Beberapa murid yang sedang lewat menahan langkah, pura-pura sibuk tapi jelas memperhatikan. Pertemuan dua “raja dan ratu” masalah sekolah ini selalu jadi tontonan gratis.
Nayla Anastasya
(menatap tajam, nada menantang) “Lo pikir gue takut sama lo, Ka?”
Arkana Pradipta
(menyalakan mesin motor lebih keras, menunduk sedikit ke arah Nayla) “Harusnya lo takut. Tapi entah kenapa… gue lebih penasaran sama lo daripada kesel.”
Nayla Anastasya
( terdiam sepersekian detik, lalu tersenyum tipis penuh sindiran.)
Nayla Anastasya
“Jangan mimpi, Ka. Gue nggak ada urusan sama lo.”
Ia lalu berjalan melewati Arkana dengan santai, wangi parfumnya menyambar samar. Arkana hanya menatap punggung Nayla sambil menghela napas, senyum miring tak pernah hilang dari wajahnya
Arkana Pradipta
(dalam hati):
“Cewek sialan… kenapa tiap liat lo, gue malah makin pengen nyari gara-gara?”
Parkiran kembali riuh, tapi semua orang tahu… benih konflik – atau mungkin sesuatu yang lain – baru saja tumbuh antara Arkana dan Nayla.
Comments