Skandal Madu Presdir
Ruben Juan Tares, pria berusia 32 tahun yang merupakan Presdir di sebuah perusahaan, dia baru saja menjemput istrinya yang keluar dari rumah sakit. Setibanya di rumah, dia mendorong kursi roda milik Felicia, dua minggu lalu wanita itu mengalami kecelakaan dan baru pulih setelah menjalani perawatan intensif.
Tidak ada keluarga yang menyambut, karena mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sehingga Ruben langsung membawa istrinya ke kamar.
"Mereka benar-benar keterlaluan!" gerutu Ruben sambil mendesahkan napas kasar.
Felicia yang mendengar itu sontak mengelus punggung tangan suaminya yang masih bertengger di kursi roda. "It's oke. Lagi pula aku sudah sembuh." katanya, namun itu semua tak lantas membuat raut wajah Ruben berubah.
Ditambah tiba-tiba Felicia mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. Dia menyerahkannya pada Ruben, dan membuat pria itu mengernyit heran.
"Apa ini, Sayang?" tanya Ruben, dilihat sekilas amplop tersebut berasal dari rumah sakit. Dan tebakan Ruben sangat tepat.
"Maafkan aku sebelumnya, Ben. Aku melarang dokter menyampaikannya, supaya aku sendiri yang memberikan hasil ini padamu. Selama di rumah sakit, aku juga melakukan pemeriksaan lain, dan hasilnya—aku mandul," jawab Felicia to the point dan begitu enteng, memaparkan isi yang ada di dalam amplop tersebut. Padahal wanita itu baru saja pulang ke rumah, tapi Felicia justru langsung membicarakan hal yang sangat serius.
Tentu saja Ruben tercengang. Mulutnya sampai menganga, dan tak langsung percaya dengan ucapan istrinya. Sontak dengan gerakan tergesa dia langsung terduduk dan membuka amplop tersebut, lalu membacanya secara teliti.
Di sana, dikatakan bahwa Felicia memang mengalami kendala di kesuburannya. Tanpa pikir panjang Ruben langsung meremas kertas itu sampai lusuh dan dilemparkannya secara sembarangan. Dia sama sekali tak percaya.
"Ini pasti salah. Lagi pula kenapa kamu menjalani pemeriksaan ini sendirian? Seharusnya kamu melakukan tes bersamaku, kita kan suami istri, Fel! ucap Ruben yang tak ingin membuat istrinya kecewa dengan situasi ini. Apalagi wanita itu sering disudutkan oleh ibunya.
Felicia tertunduk, tapi dia malah mengulas senyum, seolah semua ini bukan masalah yang begitu besar. "Dokter tidak mungkin bohong kan, Ben? Lagi pula aku tidak apa-apa. Mau aku periksa sendiri atau bersamamu. Itu semua tidak mengubah apapun. Aku tetap wanita mandul! Makanya sampai saat ini kita belum juga dikaruniai anak."
"Fel—"
"Keluarga kita butuh penerus, Ben," sela Felicia sebelum suaminya melanjutkan pembicaraan. Kemudian mereka saling menatap lekat. "Tapi aku tidak mungkin bisa hamil. Jadi bagaimana kalau kamu dapatkan anak itu dengan cara lain?" Lanjut Felicia, dengan pemikiran yang sangat konyol. Karena selama pernikahan mereka yang sudah menginjak dua tahun, mereka belum juga dikaruniai momongan.
"Maksudmu?" tanya Ruben dengan mata yang membulat.
"Pinjam rahim wanita lain," jawab wanita itu, tatapannya meyakinkan.
Ruben sampai memundurkan wajahnya, saking tak habis pikir dengan ide Felicia yang sangat tiba-tiba. Wanita lain? Apa itu artinya Felicia menginginkan dia menikah lagi? Atau justru wanita itu sedang meminta cerai padanya?
"Katakan dengan jelas, Fel! Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" cetus Ruben, nadanya mulai terdengar tak ramah.
Felicia menelan ludahnya, dia sudah menebak bahwa respon suaminya pasti akan seperti ini. Namun, demi menggapai tujuannya, Felicia akan terus berusaha untuk merayu Ruben.
"Aku bersedia dimadu. Tapi aku punya persyaratan sebelum kamu melakukannya," balas Felicia dengan mimik serius.
"Tidak! Kamu sudah gila, Fel!" sentak Ruben mulai terbakar emosi. Namun, Felicia langsung meraih tangan Ruben dan menggenggamnya erat.
"Aku akan membiarkanmu menikah, tapi tidak untuk menyentuhnya. Karena dokter bilang ada banyak cara untuk menghasilkan anak tanpa harus berhubungan. Dan tugas wanita itu hanya hamil tanpa diakui statusnya di depan publik. Setelah dia berhasil melahirkan. Anak itu akan menjadi anak kita! Penerus keluarga Tares. Bagaimana? Kamu setuju kan dengan ideku?" jelas Felicia, yang entah mendapat ide gila dari mana? Karena hal tersebut akan mengorbankan banyak pihak, termasuk wanita malang yang akan terpilih mengandung benih Ruben.
Ruben menggelengkan kepalanya secara perlahan. Berusaha menolak keinginan istrinya.
"Kita bisa melakukannya tanpa melibatkan orang lain, Fel. Bayi tabung? Berapa sih biayanya? Aku akan lakukan supaya kita bisa punya anak!" tegas Ruben, namun Felicia malah terlihat sendu dan berkaca-kaca.
"Tidak bisa, Ben. Dokter bilang itu sulit, jadi pasti semua usaha kita akan gagal. Dan aku akan terus-menerus dihina oleh Mama, memangnya kamu mau?" balas Felicia tak kalah menggebu. Ibu mertuanya memang cukup cerewet, jadi mungkin dia bisa membungkamnya dengan cara seperti ini.
"Jadi maksudmu—aku menikahi wanita lain hanya untuk mengandung anak kita tanpa diketahui siapapun, termasuk Mama dan Papa?" tebak Ruben—lalu Felicia pun langsung menganggukkan kepala karena Ruben sudah mengerti penjelasannya. "Lalu setelah itu?"
"Ceraikan dia dan beri dia uang yang banyak. Artinya kita butuh wanita miskin!" pungkas Felicia seolah tak punya hati nurani. Dan hanya wanita bodoh yang bersedia melakukan hal tersebut. Menjual rahim yang dihargai sebatas rupiah.
*
*
*
Makan malam sudah tersedia di meja panjang. Semua anggota keluarga Tares pun langsung berkumpul di sana untuk menikmati hidangan. Hanya ada sekitar tujuh orang, karena Tuan Tares dan Nyonya Sandra hanya memiliki dua orang anak laki-laki. Dan semuanya sudah berkeluarga, adik Ruben yakni Charlie bahkan sudah memiliki seorang anak. Hal tersebut yang sering membuat Felicia dibandingkan dengan adik iparnya.
"Selamat datang kembali, Fel, maaf Mama tidak bisa ikut menjemputmu, karena tadi Mama ada arisan," ujar Sandra sambil meayangkan tatapan pada Felicia.
Felicia yang masih menikmati makan malam lantas mengangkat kepala. "Terima kasih, Ma. Lagi pula kan ada Ruben, Mama tidak perlu minta maaf seperti itu." balasnya tersenyum.
Sandra manggut-manggut.
"Tapi kamu bisa jalan lagi kan? Dan kecelakaan itu tidak sampai membuat rahimmu bermasalah kan? soalnya Mama sempat dengar dari teman, kecelakaan itu bisa bikin mandul," ujar Sandra, pertanyaan itu lebih terdengar seperti cibiran yang membuat Ruben kembali terbakar.
"Dokter bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Felicia akan kembali berjalan setelah rutin belajar, dan sebentar lagi kami pasti punya anak, Ma. Mama tidak perlu pusing-pusing menanyakan itu terus," potong Ruben sebelum istrinya menjelaskan dengan jujur. Felicia pun menatap Ruben dengan heran. Apakah itu artinya Ruben sudah benar-benar setuju dengan idenya?
"Oh iya? Baguslah kalau begitu. Kalian sudah hampir dua tahun menikah. Masa mau menunda-nunda terus. Kalah nanti sama Charlie dan Luna," balas Sandra kembali menandingkan. Dan yang dibicarakan malah tersenyum tipis, karena merasa bahwa Sandra selalu berada di pihak mereka.
"Yakan mereka menikah karena Luna hamil duluan juga," timpal Ruben cuek—tak suka jika ibunya sudah bicara demikian. Karena pastinya hal tersebut akan menyinggung hati Felicia—yakni wanita yang sangat dicintainya.
"Jaga ucapanmu, Kak! Jangan mengungkit yang sudah lalu terus," seru Charlie sambil menggenggam tangan Luna yang langsung pucat, sebagai sesama suami, dia juga tak terima jika istrinya jadi bahan pembicaraan.
"Seharusnya kamu bilang begitu pada Mama!" balas Ruben. Selera makannya mendadak hilang, lantas dia pun segera bangkit dan memindahkan sang istri ke kursi roda.
Mereka berlalu dari sana. Padahal sisa makanan di piring masih begitu banyak.
"Sudah biarkan, orang yang merasa kalah saing memang suka sensi terus bawaannya, lagi pula Mama bicara seperti itu supaya Felicia sadar," timpal Sandra untuk mengembalikan situasi di meja makan. Sementara Tuan Tares sendiri, memilih untuk tidak peduli apa yang sedang dibahas oleh anak-anak dan istrinya.
*
*
*
"Bagaimana, An, apakah kamu sudah mendapat kandidatnya?" tanya Ruben pada sang asisten yang dia beri tugas untuk mencari wanita yang mau menyewakan rahimnya.
Andrey mendekat, lalu menyerahkan sebuah map berisi biodata wanita yang sudah dia kumpulkan.
"Semuanya ada di sana, Tuan," jawab Andrey, Ruben langsung menganggukkan kepala, akhirnya dia menerima ide gila dari istrinya.
*
*
*
Gaes, bantu dukung karya baru ngothor ya, jangan lupa subscribe, bintang lima, like dan komentarnya, love you💋💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Niͷg_Nσͷg🕊
jreng jreng jangan smapai nanti kamu tergoda dengan istri keduamu Ben? 🤭 siapa tahu sebenarnya felicia tidak mandull 🤭 semua hanya akal2lan felicia saja 🤣
Awas lho fel? kamu yang membukakan pintu untuk orang baru datang, jangan smapai nanti kamu menyesall, karena Ruben terlanjur nyaman 😁
2025-08-25
2
enur 🍀⚘
ini sebelum Sheana masuk di keluarga Tares y thor .. seperti ini kejadian ny 🤭
2025-08-25
0
Threeanie
Hati2 Ben,,memasukan orang baru yg lama bisa tersingkir 😄🤭
2025-08-25
0