Bab 2

...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...

Bab 2 – Tatap Mata yang Mengusik

Pagi itu, laboratorium artefak di pusat kota sepi, kecuali suara jarum jam yang berdetak perlahan dan bunyi alat-alat penelitian yang berderik. Cahaya matahari menembus jendela besar, memantul di permukaan meja kayu yang dipenuhi pecahan artefak, buku catatan, dan botol-botol kecil berisi cairan aneh. Lyra Winter melangkah masuk, tas kulit tergantung di bahu, mata birunya menyapu ruangan dengan cekatan.

Ia menaruh tasnya di kursi dan meletakkan notebook kecil di atas meja. Seperti biasa, hari-harinya dimulai dengan memeriksa pecahan artefak terbaru—salah satu yang baru ia dapat dari koleksi tua kota itu. Namun, ada sesuatu yang membuatnya menahan napas sejenak. Sebuah sensasi asing, tipis namun nyata, seperti udara di laboratorium kini sedikit berbeda—lebih hangat, lebih… hidup.

Lyra menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri. "Ah, mungkin aku terlalu sensitif pagi ini," gumamnya. Ia membuka lembar catatan dan menata pecahan artefak di depan mata. Tangan terampilnya memeriksa setiap sudut pecahan jimat kuno itu, mengamati ukiran halus yang sulit dimengerti manusia biasa.

Namun di balik fokusnya, mata Lyra sesekali menatap pintu laboratorium. Nalurinya memberi sinyal, ada sesuatu—atau seseorang—di luar jendela kaca besar. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan sepenuhnya. Ia mengangkat alis, mencoba memproyeksikan ketenangan. “Kalau ada orang yang mencoba mengejutkanku, kau salah,” bisiknya, senyum tipis menghiasi wajahnya.

Di luar, berdiri di bayangan gedung di seberang laboratorium, Theron Valecrest mengamati dengan seksama. Mantelnya yang hitam berkibar pelan diterpa angin pagi. Matanya yang keperakan menatap Lyra dengan penuh minat, menyapu setiap gerakan, setiap ekspresi wajahnya. Ia sudah menunggu momen ini selama berhari-hari, tapi kini, berada begitu dekat, rasanya campur aduk: kagum, penasaran, dan sedikit gugup—perasaan yang jarang ia rasakan setelah ratusan tahun hidup.

Theron melangkah ringan di atas bayangan, memastikan dirinya tetap tersembunyi. Ia tahu, meski Lyra manusia biasa, aura yang dimilikinya membuatnya sulit untuk disembunyikan sepenuhnya. Setiap napas, setiap gerakan tubuh Lyra yang ringan, mampu ia rasakan melalui indera penciumannya yang tajam. Aroma pagi—kopi, roti panggang, dan sesuatu yang lebih… personal—mengiringinya seperti peta yang menuntun ke mate-nya.

Lyra, tanpa sadar, kini merasa pandangannya seolah tertarik pada sudut gelap ruangan. Ia menunduk untuk memeriksa pecahan artefak, namun inderanya menolak menenangkan diri sepenuhnya. Ada kehadiran yang berbeda, kuat namun tidak menakutkan, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. “Tidak mungkin aku yang membayangkan ini, kan?” pikirnya, menelan ludah.

Saat itu, suara langkah ringan terdengar di belakangnya. Lyra menoleh cepat, jantungnya sedikit melompat. Di sana berdiri seorang pria muda, tinggi, berambut hitam gelap yang rapi, mengenakan jas panjang berwarna gelap. Wajahnya tampan tapi memancarkan aura misterius dan kekuatan yang tidak biasa. Matanya menatap Lyra dengan intensitas yang membuatnya terhenti sejenak.

“Selamat pagi,” suara pria itu terdengar lembut namun tegas, nada yang sulit diabaikan. “Aku harap aku tidak mengganggumu.”

Lyra mengerutkan alis, menahan napas sebentar, mencoba menilai pria ini. “Eh… selamat pagi?” jawabnya pelan, suara sedikit bergetar. “Si… siapa… kau?”

Theron tersenyum tipis. “Nama saya Theron Valecrest. Aku… baru saja pindah ke kota ini. Aku mendengar tentang penelitian mu, dan ingin melihatnya sendiri.” Suaranya halus tapi memiliki nada otoritas alami yang membuat Lyra terkejut. Ada kesan bahwa pria ini tidak biasa—bukan orang yang bisa ditemui setiap hari.

Lyra menatapnya lebih tajam, mencoba menilai apakah pria ini berbohong atau tidak. Nalurinya mengingatkannya bahwa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang… tidak manusiawi. Namun, ia juga penasaran. “Aku… aku tidak tahu harus bilang apa. Aku biasanya bekerja sendiri,” katanya, mencoba menyembunyikan rasa gugup.

Theron melangkah sedikit lebih dekat, matanya tak lepas dari Lyra. “Aku menghargai privasi. Aku tidak akan mengganggu. Aku hanya ingin belajar… tentang artefak yang kau teliti.” Nada suaranya lembut tapi menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan—ada aura kuno yang membuat Lyra merasakan campuran kagum dan sedikit takut.

Lyra menelan ludah. “Artefak… maksudmu… penelitian ini?” Ia menunjuk pecahan jimat di meja. “Baiklah… tapi aku tidak janji bisa menjelaskan semuanya. Beberapa hal terlalu rumit.”

Theron mengangguk, tersenyum tipis. “Aku suka tantangan. Dan aku yakin… aku bisa belajar banyak darimu.”

Percakapan itu singkat, tapi cukup untuk membuat udara di laboratorium terasa berbeda. Lyra merasakan denyut aneh di dadanya—bukan takut, tapi penasaran yang mengusik. Sementara Theron, yang sudah hidup ratusan tahun, merasakan sesuatu yang jarang ia alami: ketertarikan yang tidak bisa dijelaskan oleh logika. Mate-nya ini, meski manusia, memiliki keberanian dan kecerdasan yang membuatnya terpesona.

Lyra memutuskan untuk menunjukkan pecahan artefak. “Ini adalah salah satu jimat kuno yang aku temukan di gudang kota tua. Motifnya rumit, dan ada simbol-simbol yang belum aku pahami sepenuhnya.” Ia menyebarkan potongan jimat itu di meja, tangan terampilnya menunjuk satu per satu.

Theron menunduk, menatap dengan seksama. Setiap ukiran yang ia lihat tampak seperti kombinasi simbol magis dan energi yang tersimpan. Ia menahan diri agar tidak menyentuhnya, meski keinginan untuk menjelajahi setiap detail itu begitu besar. Ia menyadari—Lyra bukan hanya manusia biasa. Pengetahuan dan intuisi yang dimilikinya membuat artefak itu hidup lebih dari sekadar benda mati.

“Mengagumkan,” bisik Theron. “Kau benar-benar mengerti apa yang kau pegang. Jarang sekali manusia memiliki kemampuan seperti ini.”

Lyra tersenyum tipis, sedikit bangga tapi juga waspada. “Jarang manusia yang tertarik pada hal-hal kuno, apalagi memahami simbol. Kau… berbeda.” Ia menatap Theron, mencoba mencari jawaban dari mata keperakannya yang intens. Ada sesuatu yang aneh, tapi ia belum bisa menempatkan kata yang tepat.

Theron tersenyum tipis, menyadari bahwa Lyra mulai menebak bahwa ia bukan manusia biasa. “Mungkin berbeda… tapi bukan berarti buruk,” ujarnya lembut. Suara itu membuat udara di antara mereka bergetar, seperti arus halus yang tidak bisa dijelaskan.

Percakapan itu berlanjut dengan pertukaran pengetahuan tentang artefak. Lyra menjelaskan sejarah simbol-simbol kuno, sementara Theron menanyakan detail yang membuat Lyra terkejut—ia tampak mengetahui lebih banyak daripada yang manusia biasa tahu. Ada logika, tetapi juga… sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia.

Seiring pagi berganti siang, suasana di laboratorium tetap tegang tapi nyaman. Lyra mulai merasakan kehadiran Theron bukan sebagai ancaman, tapi sebagai sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak. Theron, di sisi lain, terus mempelajari Lyra—setiap gerakan, ekspresi, dan suara yang keluar dari bibirnya. Mate-nya ini, pikirnya, adalah misteri yang layak untuk dipecahkan.

Di luar laboratorium, cahaya matahari menguat, tetapi Theron tetap berada dalam bayangan gedung, memastikan dirinya aman. Ia tahu, interaksi pertama ini hanyalah awal dari perjalanan panjang. Dunia vampirnya dan dunia manusia Lyra belum sepenuhnya bersatu—konflik, rahasia, dan tradisi yang menunggu di Valecrest akan segera muncul. Namun untuk saat ini, ia hanya ingin menikmati momen ini: berada begitu dekat dengan mate-nya, merasa hidup, dan merasakan sesuatu yang manusiawi, sesuatu yang membuat ratusan tahun kehidupannya terasa baru lagi.

Lyra menatap pecahan jimat terakhir, tersenyum pada dirinya sendiri. Hari ini berbeda. Ada sesuatu di udara, sesuatu yang membuatnya merasa hidup lebih penuh—misteri yang baru saja memasuki kehidupannya, dan mungkin, hanya mungkin, orang yang kini berdiri di depan meja ini akan menjadi bagian dari misteri itu.

Dan di laboratorium yang sederhana itu, dua dunia mulai berbaur: dunia manusia yang penuh rasa ingin tahu dan keberanian, serta dunia vampir yang abadi dan misterius. Pertemuan pertama mereka menjadi langkah awal dari perjalanan yang tidak akan pernah mereka lupakan—sebuah cerita tentang cinta, kekuatan, rahasia, dan takdir yang telah menunggu ratusan tahun untuk terwujud.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!