...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...
Bab 1 – Aroma Pagi yang Mengusik
Pagi itu, matahari menembus tirai jendela apartemen Lyra Winter dengan lembut, memercikkan cahaya hangat ke lantai kayu yang bersih. Aroma roti panggang hangat dan kopi pahit mengisi ruangan kecil yang sederhana tapi rapi—sebuah refleksi dari wanita yang tinggal di dalamnya. Lyra duduk di kursi dekat meja makan, tangannya memegang secangkir kopi yang panas, sambil menatap roti panggang yang baru saja keluar dari toaster.
Ia mengaduk-aduk kopi pahit itu perlahan, menikmati aroma yang kuat dan sedikit pahit di ujung lidahnya. Sambil menunggu beberapa menit sebelum sarapan benar-benar dimulai, Lyra menatap jendela yang menghadap ke jalanan kota. Mobil-mobil lalu-lalang, orang-orang berjalan cepat, dan suara hiruk-pikuk kehidupan manusia biasa menjadi latar dari pagi yang tenang ini.
Lyra menarik napas panjang, merasa lega bisa memulai hari dengan ritme yang sederhana. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, ia terbiasa memikul tanggung jawab—tidak hanya dalam keluarganya, tapi juga dalam pekerjaannya sebagai junior peneliti artefak. Ia menaruh harapan tinggi pada dirinya sendiri, selalu ingin tampil teliti dan sempurna, namun pagi ini, ia sengaja membiarkan dirinya menikmati momen sederhana: kopi pahit dan roti hangat.
Sambil menggigit sepotong toast yang renyah, Lyra menyadari ada sesuatu yang berbeda hari ini. Sesuatu yang sulit dijelaskan, seolah udara pagi membawa aroma asing—tidak menakutkan, tapi cukup membuat bulu kuduknya meremang. Ia menatap sekeliling apartemen, mencondongkan tubuh sedikit ke jendela, mencoba menelaah perasaan aneh itu.
“Ah, mungkin terlalu banyak bekerja kemarin,” gumamnya pelan pada diri sendiri. “Oke, fokus pada kopi dulu.” Ia tersenyum tipis, tapi indera alaminya tetap waspada. Sejak kecil, Lyra memiliki intuisi yang kuat, kemampuan untuk merasakan kehadiran orang lain, bahkan tanpa melihat mereka. Biasanya, intuisi itu berguna saat meneliti artefak kuno, tapi pagi ini, ada sensasi berbeda—lebih… hidup.
Sementara itu, di ketinggian gedung yang tak jauh dari apartemennya, sosok yang tidak manusiawi mengamati dengan mata yang tajam dan waspada. Theron Valecrest berdiri di tepi atap, mantel hitamnya berkibar tertiup angin pagi yang dingin. Ia menatap apartemen Lyra dengan serius, memeriksa setiap detail dari jendela kecil yang menyinari dapurnya. Aroma yang memikat itu—campuran kopi, roti hangat, dan aura manusia yang unik—membuatnya tersenyum tipis.
Theron menarik napas panjang, membiarkan indera penciumannya menyerap aroma mate-nya. Ia telah menunggu ratusan tahun untuk menemukan seseorang seperti Lyra—manusia biasa dengan aura yang begitu kuat dan khas. Tidak ada yang salah dengan detik ini; hanya ada rasa penasaran dan perlahan, rasa kagum yang tak bisa ia sembunyikan.
Di dalam apartemen, Lyra kembali menyesap kopi pahitnya, tanpa sadar aroma asing itu semakin dekat, seolah ada mata yang memperhatikannya dari jarak yang tak terlihat. Ia menunduk, kembali fokus pada toast yang kini sudah setengah habis. Namun, nalurinya menolak menenangkan diri sepenuhnya. Ada sesuatu yang mengintai, tapi bukan dalam arti mengancam—lebih seperti rasa penasaran yang lembut namun intens.
Dengan reflek, Lyra menaruh sendok dan gelas di meja, menatap langit pagi dari jendela lebih lama. “Kalau kau pikir aku tidak tahu ada yang mengamati… kau salah,” bisiknya, setengah bercanda, setengah serius. Aura percaya diri dan keberaniannya membuat udara di apartemen terasa berbeda—sebuah sinyal bagi siapa pun yang menonton bahwa wanita ini bukanlah target yang mudah.
Theron menahan senyum tipis di balik bayangan. Ia melangkah sedikit maju di tepi atap, menikmati momen kecil ini. Sudah ratusan tahun ia hidup, bertemu banyak manusia, dan sebagian besar mereka terlalu lemah atau takut untuk memikat perhatiannya. Tapi Lyra berbeda. Cerdas, berani, mandiri, dan… misterius. Ia bisa merasakan kehadiran Theron, meski ia belum tahu apa yang sebenarnya mengawasinya.
Sementara itu, Lyra merapikan piring dan cangkirnya, bersiap berangkat ke laboratorium artefak. Tas kulitnya tergantung rapi di bahu, dan notebook kecil yang selalu dibawanya untuk mencatat penelitian menempel di tangan. Ia menatap jam dinding, menyesal harus segera meninggalkan kenyamanan apartemennya.
Langkah kaki Theron di atas atap terdengar tipis, hampir tak terdengar bagi manusia biasa. Ia mencondongkan tubuh, bersiap untuk turun lebih dekat ke apartemen Lyra, ingin melihat lebih jelas sosok yang telah menjadi pusat pikirannya selama berhari-hari ini. Namun, ia menahan diri. Dunia manusia penuh risiko—dan ia harus berhati-hati, terutama saat berurusan dengan manusia biasa yang memiliki keunikan seperti Lyra.
Lyra membuka pintu apartemennya, membiarkan udara pagi masuk. Aroma kopi dan toast yang tersisa masih menempel di dapur, menambah kenyamanan di pagi yang sejuk ini. Ia menutup pintu dan melangkah keluar, matahari pagi menyinari wajahnya, tanpa menyadari bahwa di atas gedung, mata Theron mengikuti setiap geraknya dengan cermat.
Sepanjang jalan ke laboratorium, Lyra merasa ada sesuatu yang berbeda. Hati kecilnya berdebar, bukan karena takut, tapi karena sensasi asing yang terus mengusik. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri, sambil berpikir tentang pekerjaan hari ini. Pecahan artefak baru menunggu di lab, dan rasa ingin tahunya yang tinggi membuatnya antusias.
Theron tetap mengikuti dari kejauhan, bergerak cepat namun hati-hati. Ia memperhatikan Lyra menyeberang jalan, tersenyum pada pedagang kecil di pinggir jalan, dan menyapa tetangga yang ia kenal. Setiap gerakan, sekecil apa pun, membuatnya semakin yakin: mate-nya ini berbeda dari semua manusia yang pernah ia temui.
Dan pagi itu, aroma kopi pahit dan roti panggang yang sederhana telah menjadi penanda awal dari pertemuan dua dunia—dunia vampir yang tua dan abadi, serta dunia manusia yang penuh rasa ingin tahu dan keberanian. Tanpa mereka sadari, hari itu akan menjadi langkah pertama dari perjalanan yang akan mengubah hidup Lyra dan Theron selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments