Saksi Mata

"Kami percaya padamu Roger",

"Aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik",

Roger baru saja keluar dari ruangan atasannya tuan Barnie.

Roger menerima sebuah tugas yang tidak biasa.

Roger seorang karyawan senior ditugaskan untuk melakukan peninjauan terhadap pembangunan pabrik baru yang berada di wilayah pedalaman hutan.

Roger bekerja di sebuah perusahaan batuan mineral. Roger sudah mengabdi selama lebih dari dua puluh tahun. Dan selama itu Roger tidak pernah keluar dari kantor pusat tempatnya bekerja apalagi ditugaskan di lapangan.

Perusahaan batuan mineral ini sudah memiliki anak perusahaan di berbagai belahan dunia. Pabrik operasional mereka ada di seluruh wilayah subur tempat batuan mineral berpotensi menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan tidak terputus.

Setelah lama tidak membuka pabrik operasional baru. Beberapa bulan lalu perusahaan telah memenangkan kesepakatan untuk membuka pabrik operasional yang baru lagi di lokasi yang sangat menjanjikan.

Dengan dibangunnya pabrik operasional yang baru ini menjadikan perusahaan batuan mineral tempat Roger bekerja resmi mempunyai genap sepuluh anak perusahaan di seluruh dunia.

Karena tidak mau ada kesalahan yang fatal. Untuk menghindari terjadi hal yang buruk. Maka perusahaan menunjuk seorang karyawan berpengalaman untuk mengawal proses pembangunan pabrik operasional yang baru ini. Yang dilakukan secara berkala dan bergantian.

Minggu depan giliran Roger yang harus berangkat untuk melakukan pengawasan dan melakukan penilaian terhadap perkembangan pembangunan pabrik operasional yang baru.

Mau tak mau Roger harus siap berangkat. Bukan tentang pekerjaannya yang menjadi kendala. Tapi harus jauh dari keluarga adalah tantangan yang berat. Terlebih bagi Roger yang baru dikaruniai anak kedua yang masih kecil baru berusia satu tahun. Sedang lucu-lucunya.

Meskipun hanya lima hari kerja tapi tetap saja berada di tempat yang jauh dari anak dan istri adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh siapapun. Tidak hanya jauh karena tempatnya terletak di beda negara. Tapi kata mereka di tempat pabrik operasional yang baru itu juga susah sinyal. Inilah yang menjadi kekhawatiran Roger yang jadi tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya setiap hari.

"Peluk dan cium ayah",

"Ayah kapan pulang?",

"Ayah hanya pergi sebentar hari minggu ayah sudah sampai rumah lagi",

"Jaga ibu baik-baik",

Roger berpamitan dengan anak pertamanya. Gadis lima tahun yang begitu mirip perangainya dengannya.

"Aku berangkat dulu",

"Aku akan mengusahakan untuk tetap menghubungi kalian",

"Jaga anak-anak baik-baik",

Pamit Roger kepada istrinya ibu dari anak-anak Roger.

Roger mencium anak keduanya yang sudah lelap tertidur.

Malam ini Roger berangkat ke bandara diantar oleh sopir perusahaan. Roger melarang anak dan istrinya untuk menemaninya ke bandara karena hari sudah malam.

Perjalanan selama kurang lebih enam belas jam dinikmati oleh Roger. Baru kali ini Roger bepergian sangat jauh tapi tidak untuk liburan.

Berangkat dari rumah hari Sabtu sampai di bandara tempat tujuan pada hari Minggu di siang hari.

ROGER

Dengan membawa papan nama bertuliskan tuan Roger. Seorang sopir perusahaan sudah siap menjemput Roger begitu turun di bandara.

"Tuan Roger?",

"Ya aku Roger",

"Mari ikut saya tuan Roger",

"Saya sopir dari perusahaan batuan mineral yang akan mengantar tuan Roger sampai ke pabrik yang baru",

"Berapa lama sampai ke sana?",

"Kira-kira lima jam tuan Roger",

Menaiki sebuah minivan yang sudah cukup tua. Roger mulai beradaptasi dengan lingkungan yang akan ditinggalinya selama beberapa hari ke depan.

Roger mulai menyukainya. Dimulai dengan sopir yang bersikap ramah dan mudah diajak bicara. Suasana yang asri. Pemandangan yang serba hijau dan lebat. Udara yang masih bersih.

Namun setelah cukup lama mobil melaju. Ketika Roger memasuki kawasan hutan yang lebih dalam. Terasa hawanya berbeda.

Berubah dari yang tadinya menenangkan. Menjadi lebih gelap dan menegangkan.

"Sebentar lagi kita sampai pabrik tuan Roger",

Baru saja sopir itu bilang seperti demikian. Mendadak mobil direm sampai berhenti.

"Kenapa kamu berhenti?",

Mereka berhenti di tengah jalan.

"Sebentar ada yang mau menyeberang",

Roger pun melihatnya ke depan.

Di depan sana ada kawanan mongoose yang sedang menyeberang.

"Apakah di hutan ini juga ada binatang buas?",

"Di hutan ini banyak binatang buasnya tuan Roger",

"Tapi tidak perlu khawatir karena mereka menjauh dari manusia",

"Siapa mereka?",

"Apakah ada pemukiman di sekitar sini?",

Setelah melihat kawanan mongoose atau garangan menyeberang. Roger melihat ada beberapa orang yang juga ikut menyeberang.

"Oh..."

"Mereka adalah orang-orang dari pemukiman yang jauh yang sedang mencari kayu bakar di dalam hutan",

Sopir yang ditugaskan untuk menjemput tuan Roger memiliki firasat yang kurang baik.

Pasalnya sopir itu sama sekali tidak melihat ada orang-orang atau manusia yang menyeberang jalan.

Namun tidak mungkin juga si sopir menceritakan tentang mistis dan mitos di hutan ini. Biasanya juga orang-orang dari luar jauh tidak akan percaya.

"Alhamdulillah",

"Sudah sampai tuan Roger",

"Silahkan turun",

Mobil berhenti di depan mess yang akan ditempati oleh Roger. Tentu saja rumah tinggal sementara dari utusan perusahaan pusat dibedakan dengan mess para pekerja atau karyawan yang lain. Lebih bagus tapi tinggal sendirian.

Roger tiba di mess tempatnya tidur selama lima malam ke depan ketika hari sudah mau petang.

Roger melihat kontruksi bangunan besar yang sedang dikerjakan di depan sana.

Di pabrik operasional baru yang sedang dibangun itulah besok pagi Roger akan mulai bekerja.

Mess atau kamar Roger sangat lengkap untuk ukuran tinggal di tengah hutan yang jauh dari pusat kota. Kamar mandi dan dapur terpisah di luar.

Untuk makan malam Roger harus memasak sendiri sama seperti pekerja yang lain. Hanya sarapan dan makan siang yang disediakan dengan cara dikirim setiap pagi oleh bagian katering.

Setelah perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan Roger sebenarnya ingin langsung tidur. Tapi ia tidak bisa melakukannya.

Mungkin ini karena perut Roger masih terlalu kosong.

Roger bergerak keluar kamar untuk ke dapur. Di lemari logistik banyak sekali makanan. Tapi mereka masih mentah.

Pasta, bubur, susu, dan roti. Hanya roti dan biskuit yang bisa langsung dimakan.

Karena malam harinya lumayan dingin. Roger memutuskan untuk membuat bubur instan. Ia tambahkan telur dan sosis yang diiris-iris.

Dapur ini langsung menghadap ke hutan. Tidak benar-benar di dalam ruangan.

Di kejauhan di antara pohon-pohon besar sana Roger melihat ada sosok putih yang sedang duduk di batang pohon.

Roger melihat sosok putih itu bergerak-gerak. Kemudian terdengar suara tawa mirip perempuan yang melengking.

Mungkin itu orang gila atau spesies hewan di hutan yang baru pertama kali didatanginya ini.

Begitulah pikir Roger sebelum akhirnya kembali ke kamar untuk tidur.

Esok harinya Roger bangun pagi-pagi.

Di hari pertama seharusnya Roger bekerja. Sudah ada sebuah kendala.

Ketika mau mandi airnya tidak mengalir. Roger mencoba mencari masalahnya. Tapi ia tidak tahu. Semuanya tampak baik-baik saja.

"Permisi",

"Dengan tuan Roger?",

"Ya silahkan",

Seorang petugas katering mengantarkan hidangan untuk makan pagi. Para petugas katering di proyek pembangunan pabrik ini datang dari pemukiman yang paling dekat. Sehari mereka datang dua kali. Pagi hari dan menjelang siang.

"Permisi bolehkah aku minta tolong?",

"Ada apa tuan Roger?",

"Kran airku mati",

"Biar aku periksa tuan",

Ketika pengantar katering itu membuka kran air di kamar mandi mess Roger. Airnya langsung keluar mengalir.

"Sudah bisa",

"Terimakasih",

Roger berpikir ia seharusnya bersabar sebentar lagi untuk menunggu datangnya aliran air di pagi hari. Ia tadi terlalu terburu-buru.

Setelah selesai persiapan. Ada yang datang.

Di hari pertamanya bertugas di lapangan ada yang menjemput Roger.

"Selamat pagi tuan Roger",

Namanya Tim. Dia adalah penanggung jawab pembangunan pabrik operasional yang baru. Selama lima hari kedepan Roger akan ditemani oleh Tim untuk melakukan pekerjaannya.

Roger pergi ke pabrik dari jam delapan pagi sampai jam empat sore. Di tengah hari biasanya Roger akan beristirahat sebentar untuk makan dan minum kopi. Roger ingin menyelesaikan tugas dan laporannya secepat mungkin. Jika bisa Roger ingin pulang lebih awal. Demi anak-anaknya.

Ketika malam hari Roger menelpon keluarganya. Tapi sebatas telpon suara. Itu pun juga putus-putus.

Untuk melakukan panggilan video gambarnya pecah-pecah dan tersendat.

Sebelum berangkat Roger sudah diperingatkan. Kata teman-temannya wilayah tempat pembangunan pabrik operasional yang baru ini seram di malam hari.

Tapi Roger tidak percaya akan hal yang seperti itu. Roger bukan tipikal orang yang tertarik dengan hal-hal yang berbau mistis apalagi mitos. Roger memandang suatu kejadian dengan berpikir secara rasional atau logika.

Meskipun pada akhirnya Roger mengalaminya sendiri.

Di malam yang ketiga tinggal di mess. Roger mengalami kejadian yang sangat aneh.

Roger malam itu gagal menghubungi keluarganya karena sinyalnya sangat buruk dikala langit mendung.

Roger keluar kamar supaya tidak bosan. Ia hanya duduk di teras mess untuk menyendiri. Roger memang tidak pernah pergi ke tempat mess para pekerja yang lain. Roger tidak suka dengan keramaian dan bau asap rokok.

Ada seorang perempuan yang datang menghampiri Roger.

"Apa aku boleh minta sesuatu untuk dimakan?"

"Ya tentu saja",

"Ambillah ini",

Roger memberikan tiga bungkus roti.

"Terimakasih",

Perempuan itu pergi begitu saja menghilang ditelan kegelapan malam. Sama seperti saat ia datang.

Keesokan harinya ketika berkeliling dengan Tim. Roger menanyakan pekerja perempuan yang datang kepadanya semalam. Roger masih hafal betul dengan wajahnya.

"Tim",

"Dimana pekerja perempuan itu ditempatkan?",

"Semalam dia datang ke tempatku",

Tim terkejut dengan pertanyaan Roger.

"Maaf tuan Roger",

"Di tempat ini sama sekali tidak ada pekerja perempuan",

Di hari terakhir Roger melakukan pengawasan dan peninjauan pembangunan pabrik operasional yang baru.

Roger sangat bersemangat karena besok pagi-pagi ia bisa langsung ke bandara untuk pulang.

Roger naik ke lantai bangunan teratas. Dengan teropong Roger bisa melihat semuanya dengan jelas.

Termasuk yang mengerikan.

Roger sedang meneropong jauh di bawah sana.

Para pekerja sedang melakukan cor. Mencetak lantai padat menggunakan bahan cair adukan beton.

Tiba-tiba ada seorang pekerja yang jatuh dari lantai atas. Jatuh di cor yang masih basah lagi dalam.

Roger sangat kaget.

Tapi tidak dengan para pekerja di sana. Mereka semua melanjutkan pekerjaan seperti tidak sedang terjadi apa-apa.

"Tim apa kamu melihat apa yang barusan aku lihat?",

"Itu sudah biasa terjadi tuan Roger",

Ketika Roger meninggalkan area pembangunan. Ia berpapasan dengan seorang laki-laki berpakaian serba hitam. Yang membawa kepala kerbau yang lehernya masih bercucuran darah.

"Siapa orang itu Tim?",

"Di sini mereka disebut dukun",

"Untuk apa kepala kerbau itu?",

"Untuk persembahan kepada para penunggu di hutan ini?",

"Itu sudah biasa terjadi tuan Roger",

Perjalanan pulang.

Dengan minivan yang sama dan sopir yang sama. Roger meninggalkan mess dan pabrik operasional yang baru yang pembangunannya hampir selesai.

Roger berhasil melakukan kewajibannya dengan sangat baik. Roger menyelesaikan laporan yang harus ia buat hanya dalam waktu empat hari. Dari lima hari waktu kerja yang diberikan.

Jumat subuh sampai di bandara. Pagi ini Roger akan terbang untuk pulang.

Selama perjalanan dari tempat mess ke bandara Roger hanya diam. Sama sekali tidak berbicara kepada sopir.

"Tuan Roger sedang sakit?",

Roger hanya menggelengkan kepala dan sedikit tersenyum.

Itu karena Roger melihat ada sosok seorang perempuan yang duduk di bangku paling belakang.

Perempuan yang sama yang mendatangi Roger di teras mess ketika waktu malam.

Roger sangat lega ketika sampai di bandara. Turun dari mobil perempuan yang duduk di bangku paling belakang tadi sudah tidak ada.

Sinyal di bandara lumayan kuat. Roger bisa menghubungi rumah.

"Ayah",

"Ayah dimana sekarang?",

"Lihat sekarang ayah dimana",

"Ayah sudah berada di airport hari ini ayah akan pulang",

"Dimana ibu dan adikmu?",

"Apakah sedang ada tamu?",

Roger melihat ada cangkir teh yang sudah diminum di meja ruang tamu.

"Ada tuan Barnie",

"Ibu sedang berada di dalam kamar bersama tuan Barnie",

"Adik sudah tidur",

"Apakah tuan Barnie sering datang ke rumah sayang?",

"Ya ayah tuan Barnie sering datang ke rumah selama ayah pergi bekerja",

"Apakah tuan Barnie menginap di rumah sayang?",

"Tidak ayah tuan Barnie datang waktu sore dan pulang saat larut malam",

"Apakah kamu mau menolong ayah sayang?",

Anak pertama Roger mengangguk.

"Ayah mau membuat surprise untuk ibu",

"Jangan bilang kepada ibu kalau ayah menelpon malam ini sayang",

"Dan jangan bilang kepada ibu kalau ayah besok akan pulang sampai di rumah",

"Tolong ayah sayang",

"Janji ayah aku tidak akan bilang kepada ibu",

"Terimakasih sayang ayah sangat mencintaimu dan juga adikmu",

Malam berikutnya di rumah Roger.

"Ibu dan tuan Barnie mau ke kamar",

"Kamu jaga adik mu jangan sampai terbangun",

Roger pulang sampai di rumah.

"Ayah",

"Sayang",

Roger menerima pelukan rindu dari putrinya.

"Adikmu sudah tidur?",

"Apakah ibumu dan tuan Barnie ada di dalam kamar ayah?",

"Kalau begitu temani adikmu di kamarnya",

"Ayah mau memberikan kejutan kepada Ibumu dan juga tuan Barnie",

Roger masuk ke dalam kamarnya.

"Roger?",

"Sayang?",

Istri Roger dan Barnie sangat terkejut melihat kepulangan Roger.

"Hai Barnie",

"Hai slut",

"BANG!",

"BANG!",

Masing-masing satu peluru menembus jantung dada istri Roger dan Barnie yang sama-sama dalam keadaan telanjang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!