Bab 4 - Pedang Misterius yang Hilang

Hujan tak kunjung reda malam itu. Gemuruh petir masih berulang, menerangi langit kelam hanya untuk sekejap, lalu kembali menenggelamkan dunia dalam kegelapan. Seakan-akan langit ikut meratap atas jiwa-jiwa yang gugur di bumi.

Di dalam gua yang sunyi, hanya suara tangisan bayi yang terdengar jelas. Tangisan itu menusuk, menggema, dan seolah melawan suara badai di luar. Bayi mungil itu, Lin Feng, terus menangis, seakan tahu bahwa dunia yang menyambutnya bukanlah dunia penuh kasih, melainkan dunia yang dipenuhi darah, pedang, dan pengkhianatan.

Tetua Qingyun berdiri tegak di sisi jasad muridnya. Wajahnya tegas, namun sorot matanya penuh duka. Ia memandang wanita muda itu lama, lalu menutup kedua matanya dengan lembut. "Tidurlah dengan tenang," gumamnya, suaranya lirih namun penuh keteguhan. "Aku akan menepati janjiku."

Pedang panjang berwarna perak kebiruan yang berada di samping jasad itu bergetar perlahan. Pedang Naga Langit. Pedang yang telah menelan darah begitu banyak orang dalam sejarah, dan kini menunggu pewaris sejatinya. Cahaya samar dari bilahnya masih berdenyut, seperti napas seekor naga yang tengah tertidur.

Tetua Qingyun meraih pedang itu, mengangkatnya dengan kedua tangan. Berat pedang itu seakan jauh melampaui logika logam biasa; bukan hanya berat karena bahan pembuatannya, tapi juga karena sejarah dan takdir yang terkandung di dalamnya.

Pedang itu pernah menjadi simbol kemuliaan, tapi kini juga menjadi alasan banyak pihak jatuh ke dalam jurang ambisi dan keserakahan.

Namun, malam itu belum berakhir. Dari luar gua, suara langkah kaki kembali terdengar. Tidak hanya satu, melainkan puluhan. Suara derap kaki menjejak lumpur, bercampur dengan teriakan-teriakan kasar.

Tetua Qingyun mengangkat kepalanya, sorot matanya berubah dingin. "Mereka belum selesai rupanya."

Tiga pria berjubah hitam yang tadi ia bunuh hanyalah perintis. Pasukan utama kini datang. Obor-obor menyala, menembus gelapnya hujan. Bayangan belasan orang muncul di mulut gua, mata mereka menyala dengan nafsu yang tak bisa ditutupi.

"Di sana!" teriak salah satu dari mereka. "Pedang itu! Pedang Naga Langit ada di tangan orang tua itu!"

Tatapan mereka serentak terarah pada bilah pedang di tangan Tetua Qingyun. Bahkan di tengah hujan deras, cahaya biru dari pedang itu tetap memancar, menarik mata setiap orang yang melihatnya.

Tetua Qingyun berdiri di depan bayi dan jasad muridnya, tubuhnya tegap seperti gunung. "Siapa pun yang ingin merebut pedang ini," ucapnya, suaranya bergemuruh bagaikan petir, "harus melangkahi tubuhku terlebih dahulu!"

 Para pengejar itu tak gentar. Mereka berteriak serentak, menghunus pedang, tombak, dan berbagai senjata lain. Belasan bayangan segera menerjang masuk.

Tetua Qingyun menarik napas panjang. Aura dalam tubuhnya meledak, menyebar ke seluruh gua. Batu-batu bergetar, dinding gua retak, dan udara menjadi begitu berat hingga sulit bernapas.

Ia melangkah maju. Dengan satu tebasan pedangnya, cahaya biru meluncur bagai naga yang keluar dari kedalaman samudra. Suara raungan menggema, seakan naga itu benar-benar hidup.

Darah memercik. Tiga orang terdepan langsung terbelah tubuhnya, jatuh tanpa sempat berteriak.

Namun musuh-musuh lainnya tidak berhenti. Mereka menyerang secara bergelombang, mengerahkan kekuatan penuh untuk merebut pedang itu. Suara logam beradu dengan logam, teriakan perang bercampur dengan dentuman energi, membuat malam semakin mencekam.

Tetua Qingyun bergerak cepat, tubuhnya seakan menyatu dengan pedangnya. Setiap tebasan menghasilkan kilatan cahaya yang mematikan. Satu demi satu musuh tumbang, darah mereka mengalir bercampur dengan hujan, mengotori tanah di sekitar gua.

Namun jumlah musuh terlalu banyak. Meski tubuhnya masih tegap, napas Tetua Qingyun mulai terasa berat. Usiannya sudah menua, dan energi yang ia gunakan tak lagi semurni dahulu.

Di sela-sela pertempuran, seorang pria berjubah hitam lebih besar dari yang lain maju ke depan. Di tangannya, sebuah tombak panjang dengan ujung berwarna merah gelap berkilau dalam kilat.

"Tetua Qingyun!" teriaknya, suaranya keras. "Kau boleh kuat, tapi waktumu sudah lewat! Serahkan pedang itu, atau aku akan mengakhiri hidupmu malam ini!"

Ia menjejak tanah, melompat ke udara, lalu menghujamkan tombaknya. Udara bergetar, tanah bergetar, kekuatan dari tombak itu menembus bumi.

Tetua Qingyun menatapnya dengan dingin. Ia mengangkat pedang, menahan serangan itu. Dentuman keras terdengar, membuat gua bergetar lebih keras. Batu-batu runtuh dari langit-langit gua, debu berterbangan.

Namun Tetua Qingyun tidak mundur. Dengan teriakan lantang, ia mengerahkan sisa kekuatannya, melawan dorongan tombak itu. Cahaya biru dari pedangnya meledak, menghantam tubuh lawannya.

Pria berjubah hitam itu terhempas jauh, darah memuncrat dari mulutnya. Tubuhnya menghantam batu besar, membuatnya remuk.

Namun, tubuh Tetua Qingyun sendiri ikut berguncang hebat. Wajahnya pucat, napasnya terengah. Ia tahu, dirinya tidak bisa terus bertahan.

Ia menoleh ke belakang. Bayi kecil itu masih menangis, tangisannya terdengar semakin kuat, seakan menyuarakan tekad untuk hidup. Di sampingnya, jasad muridnya terbujur kaku, wajahnya masih menyimpan senyum samar meski telah meninggal.

Tetua Qingyun memejamkan mata sejenak. Hatinya perih.

"Pedang ini…" gumamnya lirih. Ia menatap Pedang Naga Langit yang berkilau di tangannya. "Jika tetap di sini, pedang ini akan menjadi alasan Lin Feng diburu tanpa henti. Tidak… aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."

Dengan tangan bergetar, ia mengangkat pedang itu tinggi. Bibirnya bergerak, merapalkan mantra kuno yang sudah lama ia pelajari. Cahaya biru dari pedang itu semakin terang, lalu berubah menjadi kilatan-kilatan kecil seperti sisik naga yang beterbangan di udara.

Para musuh yang masih hidup terhenti, wajah mereka penuh ketakutan. "Apa yang dia lakukan…?!"

Tetua Qingyun mengerahkan seluruh kekuatan terakhirnya. Dengan suara bergemuruh, ia berteriak, "Pergilah, Naga Langit! Menghilanglah dari dunia ini sampai waktunya tiba! Carilah tuan sejati yang akan membangunkanmu kembali!"

Pedang itu bergetar hebat, mengeluarkan suara raungan panjang yang bergema ke seluruh hutan. Kilatan cahaya biru menelan seluruh gua, membuat semua orang menutup mata.

Ketika cahaya itu meredup, pedang itu telah lenyap.

Hanya tersisa udara dingin, dan keheningan yang menggetarkan jiwa.

Para pengejar saling berpandangan, wajah mereka pucat pasi. Tanpa pedang itu, tujuan mereka lenyap. Mereka kehilangan alasan untuk bertempur. Satu per satu, mereka mundur dengan tergesa-gesa, meninggalkan gua yang kini hanya menyisakan tiga hal: jasad, hujan, dan tangisan bayi.

Tetua Qingyun terhuyung, lututnya hampir jatuh. Tubuhnya gemetar karena mengeluarkan energi terlalu banyak. Namun ia berhasil tetap berdiri, memandang ke arah Lin Feng yang masih menangis keras.

Ia tersenyum tipis. "Anak kecil… kini pedang itu bukan lagi bebanmu. Saat waktunya tiba, ia akan kembali kepadamu. Dan pada saat itu… dunia akan berubah karena namamu."

Ia lalu mengangkat bayi itu, mendekapnya erat di dada.

Malam semakin larut, hujan semakin deras. Namun di dalam gua itu, sebuah takdir telah berubah. Pedang yang menjadi rebutan banyak orang kini telah hilang entah ke mana, tersegel oleh kekuatan yang bahkan musuh terkuat pun tak mampu melawan.

Dan seorang bayi, Lin Feng, kini menjadi pusat dari rahasia besar.

Tetua Qingyun menatap ke luar gua, ke arah hutan yang gelap gulita. "Mari pergi, Lin Feng. Jalanmu masih panjang, dan dunia belum tahu siapa dirimu. Namun suatu hari nanti… semua akan berlutut di hadapan nama yang lahir dari malam ini."

Tangisan bayi itu perlahan mereda, digantikan dengan suara hujan yang tak kunjung berhenti.

Terpopuler

Comments

Nanik S

Nanik S

Pedang Naga Langit.. kelak akan mencari Tuanya Sendiri

2025-09-14

1

Didi h Suawa

Didi h Suawa

lanjut,

2025-09-18

0

Luthfi Afifzaidan

Luthfi Afifzaidan

lg update

2025-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Bayi yang Lahir dalam Kegelapan
2 Bab 2 - Darah yang Membasahi Malam
3 Bab 3 - Ratapan Terakhir Sang Ibu
4 Bab 4 - Pedang Misterius yang Hilang
5 Bab 5 - Bayi dalam Pelarian
6 Bab 6 - Tetua Qingyun
7 Bab 7 - Sekte yang Terlupakan
8 Bab 8 - Anak Yatim dari Han
9 Bab 9 - Tatapan Penuh Kasih
10 Bab 10 - Latihan Pertama
11 Bab 11 - Cemoohan Murid Senior
12 Bab 12 - Warisan Terakhir
13 Bab 13 - Api yang Tak Pernah Padam
14 Bab 14 - Pukulan yang Mematahkan Ego
15 Bab 15 - Guru Kedua
16 Bab 16 - Saudara Seperguruan yang Angkuh
17 Bab 17 - Liu Tian
18 Bab 18 - Permusuhan yang Dimulai
19 Bab 19 - Tekad di Bawah Bulan
20 Bab 20 - Jurang di Dalam Hati
21 Bab 21 - Hujan Darah di Hutan Bambu
22 Bab 22 - Serangan Bandit
23 Bab 23 - Ketakutan Pertama
24 Bab 24 - Menyembuhkan Luka dengan Rumput Liar
25 Bab 25 - Rahasia Tubuh yang Unik
26 Bab 26 - Ujian Murid Inti
27 Bab 27 - Pertarungan di Arena Batu
28 Bab 28 - Duel yang Membara
29 Bab 29 - Luka yang Membekas
30 Bab 30 - Riak di Dalam Sekte
31 Bab 31 - Latihan di Bawah Tekanan
32 Bab 32 - Murid Inti Baru
33 Bab 33 - Jalan Kultivasi yang Terbentang
34 Bab 34 - Tebasan Pertama yang Membelah Langit
35 Bab 35 - Gelombang yang Tersembunyi
36 Bab 36 - Menyatu dengan Langit dan Bumi
37 Bab 37 - Fondasi yang Semakin Kokoh
38 Bab 38 - Rencana Gelap Liu Tian
39 Bab 39 - Lembah Seribu Kabut
40 Bab 40 - Kabut yang Memisahkan Jalan
41 Bab 41 - Bayangan yang Mengoyak Jiwa
42 Bab 42 - Pengkhianatan di Balik Kabut
43 Bab 43 - Puncak Pengkhianatan
44 Bab 44 - Jalan Pedang yang Tercemar
45 Bab 45 - Bayangan di Perbatasan
46 Bab 46 - Gelombang Sekte di Selatan
47 Bab 47 - Rapat Darurat di Sekte Langit Biru
48 Bab 48 - Bayangan di Kota Besar
49 Bab 49 - Api yang Menjalar ke Istana
50 Bab 50 - Pertemuan Bayangan
51 Bab 51 - Bayangan di Balik Singgasana
52 Bab 52 - Bayangan istana
53 Bab 53 - Cahaya Giok di Malam Chang'an
54 Bab 54 - Jejak Racun dalam Istana
55 Bab 55 - Jalan Berdarah ke Selatan
56 Bab 56 - Takdir Giok dan Asosiasi Dan Yao
57 Bab 57 - Ujian Kabut Beracun
58 Bab 58 - Ujian Darah dan Obat Beracun
59 Bab 59 - Ritual Penyucian Racun
60 Bab 60 - Jalan Rahasia Menuju Istana
61 Bab 61 - Bayangan Pemberontakan
62 Bab 62 - Bayangan Sekte Putih di Ibukota
63 Bab 63 - Pertempuran di Kanal Bawah Tanah
64 Bab 64 - Pertempuran di Barat Laut
65 Bab 65 - Pertempuran Bayangan dan Tengkorak
66 Bab 66 - Pemberontakan di Istana
67 Bab 67 - Rahasia yang Terungkap
68 Bab 68 - Bayangan Topeng Emas
69 Bab 69 - Pemulihan dan Pembersihan
70 Bab 70 - Konsolidasi Kekaisaran
71 Bab 71 - Kitab Dewa Naga
72 Bab 72 - Bisikan Naga
73 Bab 73 - Jalan Latihan Kitab Dewa Naga
74 Bab 74 - Kehendak Naga
75 Bab 75 - Undangan Turnamen Pendekar Muda
76 Bab 76 - Bayangan Para Jenius
77 Bab 77 - Perjalanan
78 Bab 78 - Sambutan Para Jenius
79 Bab 79 - Lembah Pedang Ilusi
80 Bab 80 - Pertarungan Pembuka
81 Bab 81 - Zhao Liang vs Xu Ren
82 Bab 82 - Pertarungan Para Jenius
83 Bab 83 - Langit dan Perak Bertabrakan
84 Bab 84 - Aura Naga Bangkit
85 Bab 85 - Pandangan Para Raksasa Sekte
86 Bab 86 - Babak 32 Besar
87 Bab 87 - Pertarungan yang Cepat
88 Bab 88 - Mei Xue vs Lan Ru
89 Bayangan 8 Besar
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 - Bayi yang Lahir dalam Kegelapan
2
Bab 2 - Darah yang Membasahi Malam
3
Bab 3 - Ratapan Terakhir Sang Ibu
4
Bab 4 - Pedang Misterius yang Hilang
5
Bab 5 - Bayi dalam Pelarian
6
Bab 6 - Tetua Qingyun
7
Bab 7 - Sekte yang Terlupakan
8
Bab 8 - Anak Yatim dari Han
9
Bab 9 - Tatapan Penuh Kasih
10
Bab 10 - Latihan Pertama
11
Bab 11 - Cemoohan Murid Senior
12
Bab 12 - Warisan Terakhir
13
Bab 13 - Api yang Tak Pernah Padam
14
Bab 14 - Pukulan yang Mematahkan Ego
15
Bab 15 - Guru Kedua
16
Bab 16 - Saudara Seperguruan yang Angkuh
17
Bab 17 - Liu Tian
18
Bab 18 - Permusuhan yang Dimulai
19
Bab 19 - Tekad di Bawah Bulan
20
Bab 20 - Jurang di Dalam Hati
21
Bab 21 - Hujan Darah di Hutan Bambu
22
Bab 22 - Serangan Bandit
23
Bab 23 - Ketakutan Pertama
24
Bab 24 - Menyembuhkan Luka dengan Rumput Liar
25
Bab 25 - Rahasia Tubuh yang Unik
26
Bab 26 - Ujian Murid Inti
27
Bab 27 - Pertarungan di Arena Batu
28
Bab 28 - Duel yang Membara
29
Bab 29 - Luka yang Membekas
30
Bab 30 - Riak di Dalam Sekte
31
Bab 31 - Latihan di Bawah Tekanan
32
Bab 32 - Murid Inti Baru
33
Bab 33 - Jalan Kultivasi yang Terbentang
34
Bab 34 - Tebasan Pertama yang Membelah Langit
35
Bab 35 - Gelombang yang Tersembunyi
36
Bab 36 - Menyatu dengan Langit dan Bumi
37
Bab 37 - Fondasi yang Semakin Kokoh
38
Bab 38 - Rencana Gelap Liu Tian
39
Bab 39 - Lembah Seribu Kabut
40
Bab 40 - Kabut yang Memisahkan Jalan
41
Bab 41 - Bayangan yang Mengoyak Jiwa
42
Bab 42 - Pengkhianatan di Balik Kabut
43
Bab 43 - Puncak Pengkhianatan
44
Bab 44 - Jalan Pedang yang Tercemar
45
Bab 45 - Bayangan di Perbatasan
46
Bab 46 - Gelombang Sekte di Selatan
47
Bab 47 - Rapat Darurat di Sekte Langit Biru
48
Bab 48 - Bayangan di Kota Besar
49
Bab 49 - Api yang Menjalar ke Istana
50
Bab 50 - Pertemuan Bayangan
51
Bab 51 - Bayangan di Balik Singgasana
52
Bab 52 - Bayangan istana
53
Bab 53 - Cahaya Giok di Malam Chang'an
54
Bab 54 - Jejak Racun dalam Istana
55
Bab 55 - Jalan Berdarah ke Selatan
56
Bab 56 - Takdir Giok dan Asosiasi Dan Yao
57
Bab 57 - Ujian Kabut Beracun
58
Bab 58 - Ujian Darah dan Obat Beracun
59
Bab 59 - Ritual Penyucian Racun
60
Bab 60 - Jalan Rahasia Menuju Istana
61
Bab 61 - Bayangan Pemberontakan
62
Bab 62 - Bayangan Sekte Putih di Ibukota
63
Bab 63 - Pertempuran di Kanal Bawah Tanah
64
Bab 64 - Pertempuran di Barat Laut
65
Bab 65 - Pertempuran Bayangan dan Tengkorak
66
Bab 66 - Pemberontakan di Istana
67
Bab 67 - Rahasia yang Terungkap
68
Bab 68 - Bayangan Topeng Emas
69
Bab 69 - Pemulihan dan Pembersihan
70
Bab 70 - Konsolidasi Kekaisaran
71
Bab 71 - Kitab Dewa Naga
72
Bab 72 - Bisikan Naga
73
Bab 73 - Jalan Latihan Kitab Dewa Naga
74
Bab 74 - Kehendak Naga
75
Bab 75 - Undangan Turnamen Pendekar Muda
76
Bab 76 - Bayangan Para Jenius
77
Bab 77 - Perjalanan
78
Bab 78 - Sambutan Para Jenius
79
Bab 79 - Lembah Pedang Ilusi
80
Bab 80 - Pertarungan Pembuka
81
Bab 81 - Zhao Liang vs Xu Ren
82
Bab 82 - Pertarungan Para Jenius
83
Bab 83 - Langit dan Perak Bertabrakan
84
Bab 84 - Aura Naga Bangkit
85
Bab 85 - Pandangan Para Raksasa Sekte
86
Bab 86 - Babak 32 Besar
87
Bab 87 - Pertarungan yang Cepat
88
Bab 88 - Mei Xue vs Lan Ru
89
Bayangan 8 Besar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!