Jackpot Kerja Jaga Bayi Boneka

“Pantas pengasuh lain kabur,” gumam Juwita dalam hati sambil menepuk-nepuk punggung Princess yang mungil. “Mereka memang menganggap Tuan ini gila. Aku yakin juga sih tapi kasihan juga ya, sudah ditinggal istri, ditinggal anak, gimana nggak gila. Aku aja ditinggal bapak, hampir setengah gila, apalagi ditinggalin hutang 120 juta pula.”

Tangan Juwita gemetar saat menggoyang-goyangkan Princess agar tetap nyaman. Tangannya masih kaku karena selama ini cuma cuci piring dan nyuci pakaian orang, bukan menggendong bayi super realistis yang Tuan Zergan anggap nyata.

Zergan duduk di sofa, diam memerhatikan. Matanya tajam, tapi sorotannya lembut. Ia memperhatikan Juwita dengan serius, melihat setiap gerak tangannya, memastikan ia memperlakukan Princess dengan hati-hati. Sejujurnya, Zergan jarang tersenyum. Tapi kali ini, ada sedikit lengkungan tipis di bibirnya. Mungkin karena Juwita terlihat telaten atau mungkin karena ia benar-benar yakin gadis lusuh ini bisa menjaga anaknya dengan baik.

Sementara itu, Marlina dan Herman Tanubrata saling pandang. “Bagus sekali,” gumam Marlina pelan, hampir tak terdengar. “Lain dengan pengasuh sebelumnya gadis ini serius.” Herman mengangguk. “Dia telaten, itu yang penting. Zergan pasti cocok.”

Princess tampak “tertidur” kembali mata boneka yang bisa menutup dan membuka seakan bernyawa. Juwita menahan napas lega. Ia menurunkan boneka itu ke ranjangnya, menepuk-nepuk perlahan.

“Selamat tidur, ya, Princess sayang semoga mimpi yang indah,” ucap Juwita sambil tersenyum paksa, menahan tawa kecil karena ia tahu ini hanya boneka.

Zergan menatap ranjang itu, matanya serius. “Dia anakku. Jangan pernah anggap main-main.”

Juwita tersenyum kaku, menunduk, mencoba menahan diri. “Iya, Tuan eh maksudku Tuan Zergan. Anak Bapak maksudku, Princess.”

Marlina menepuk pundaknya lembut. “Bagus, Wit. Perlakukan dia seperti bayi sungguhan.”

Zergan berdiri, menatap Juwita. “Ayo kita keluar sebentar. Aku ingin membahas pekerjaanmu.”

Juwita patuh, mengikuti langkahnya. Orang tua Zergan ikut keluar, meninggalkannya hanya sedikit grogi tapi tetap menjaga sopan santun.

“Bisa perkenalkan nama dulu? Aku belum tahu asal-usulmu,” kata Zergan serius.

Juwita mengangguk. “Oh iya nama saya eh Juwita Larasati.” Ia menarik napas dalam, merasa seolah sedang audisi drama hidupnya sendiri.

Zergan mengangguk, menatapnya dalam-dalam. “Peraturannya simple. Kamu rawat anakku, aku bayar gaji kamu. Kamu tinggal di rumah ini, bisa tidur di kamar Princess. Kerja full waktu. Gaji 10 juta cukup?”

Juwita berpikir cepat. 24 jam makan, minum, belanja tapi Tuan ini bilang nanti disediakan semua? Wah, jackpot! “Oh iya, Tuan. Saya tidak keberatan. Tapi kalau saya mau makan, bolehkah saya keluar sebentar untuk belanja kebutuhan sehari-hari?”

Zergan menatapnya sambil mengangguk pelan. “Makan, minum, pakaianmu semua aku tanggung. Bahkan pakaianmu yang lusuh ini.” Ia menatap kemeja lusuh Juwita, celana belel, dan sandal jepit yang nyaris putus.

Juwita melongo. “Waduh aku lari dari dept collector, tapi sekarang malah dapat jackpot. Pakaian, makan, tidur kayak istri saja.”

“Bagaimana? Ada keberatan?” tanya Zergan, memastikan.

“Oh jelas tidak keberatan, Tuan!” jawab Juwita cepat. Siapa juga yang menolak tawaran ini? 10 juta sebulan, bebas dari dept collector, makan dan pakaian ditanggung jackpot banget.

Zergan tersenyum tipis. “Langsung kerja mulai hari ini. Besok aku pergi ke kantor, jadi hari ini aku yang akan menemani kamu berbelanja keperluanmu. Tapi tunggu Princess bangun dulu. Kita pergi bersama.”

Juwita hampir terbatuk saking kaget. Belanja keperluan? Tapi di sisi lain, hatinya melonjak. Ini aku sudah kayak istri bukan pengasuh lagi. Jackpot dua kali!

Ia menatap Zergan dengan kagum tapi masih grogi. “Oke, Tuan eh Tuan Zergan. Baik, saya akan ikuti arahan Bapak.”

Zergan tersenyum tipis, puas. “Bagus. Princess bangun, kita mulai latihan. Kamu harus siap, Wit. Dia harus merasa aman. Jangan sampai bayiku eh maksudku, Princess, merasa kurang perhatian.”

Juwita menelan ludah. “Iya, Tuan saya akan lakukan yang terbaik.”

Marlina dan Herman saling pandang lagi, tersenyum. “Lain dengan pengasuh sebelumnya. Gadis ini serius dan lucu juga,” kata Marlina.

Juwita, di balik senyumnya yang kaku, mulai membayangkan hidupnya di rumah megah itu: bangun pagi, menggendong Princess, belanja keperluan, makan, tidur semua ditanggung. Ia sadar ini pekerjaan absurd tapi jackpot, plus lucu banget kalau Desi tahu.

“Ya ampun aku benar-benar masuk ke dunia sinetron. Bayi nyata (versi Tuan Zergan), aku jadi pengasuhnya, makan dan pakaian ditanggung hidup absurd tapi menyenangkan,” gumamnya dalam hati sambil menatap Princess yang “nyenyak tidur”.

Juwita mengikuti Santi menyusuri halaman rumah yang luas. Tanah taman rapi berumput hijau, ada kolam ikan kecil di pojok, dan beberapa pohon besar menaungi gazebo cantik di samping rumah. Juwita melangkah pelan, sepatu sandal jepitnya nyaris tersangkut batu hias, tapi ia menahan tawa.

“Wah gila ya, rumahnya luas banget. Bisa buat main lari-larian sama Princess eh, maksudnya boneka Princess,” gumam Juwita dalam hati.

Santi menoleh sambil tertawa. “Iya, Wit. Aku dulu juga kaget pertama kali masuk. Tapi kerja di sini seru. Fasilitas hidup kita dijamin aman, makanan, pakaian, bahkan tempat tidur. Aku di sini gaji cuma 7 juta, tapi tetap nyaman.”

Juwita mengangguk, sambil menatap berbagai ruangan yang terbuka di sekelilingnya. “Kasian juga ya nasib Tuan Zergan. Aku cuma ditinggal bapak aja udah hampir gila, eh ini dia ditinggal istri dan anak.” Ia menarik napas panjang. “Nasib seseorang kadang memang gak bisa ditebak.”

Santi menepuk punggung Juwita. “Betul, Wit. Dulu Tuan Zergan humoris, kocak banget. Tapi sejak kecelakaan itu ya dia berubah total. Bahkan sudah beberapa kali ke psikolog tetap saja belum pulih. Orang tua Zergan, Nyonya Marlina dan Tuan Herman, sayang banget sama dia. Makanya mereka beli boneka khusus mirip Princess, biar Tuan Zergan tetap merasa dekat dengan anaknya.”

Juwita mengangguk pelan. “Wah kerja di sini berarti nggak cuma ngurus boneka, tapi juga harus sabar sama Tuan Zergan ya.”

“Ya, tapi percayalah, kalau kamu bisa adaptasi, semuanya bakal gampang. Lagipula, Wit, kamu kelihatan telaten sama Princess,” kata Santi sambil tersenyum.

Juwita tersenyum kaku. “Iya, tapi jangan sampai nanti ketahuan aku panik kalo Princess bangun. Bayi ini eh, boneka ini realistis banget. Kalau salah gerak, bisa ketipu sama Tuan Zergan.”

Belum sempat Santi melanjutkan cerita tentang istrinya, tiba-tiba terdengar suara dari pembantu lain.

“Wita, Tuan Zergan memanggilmu!”

Juwita menoleh kaget. “Ya ampun baru pertama kali dipanggil langsung. Eh… tapi Princess lagi tidur, untunglah.”

Santi tersenyum, sedikit menahan tawa. “Iya, Wit. Nanti kamu bakal terbiasa. Yuk, kita pergi ke kantor Tuan Zergan. Jangan lupa, mulai sekarang kamu harus fokus penuh. Princess dan Tuan Zergan itu hmm agak spesial.”

Juwita menghela napas, menatap Princess yang masih tidur nyenyak di ranjang pinknya. “Oke aku harus serius. Kalau nggak, nanti Tuan Zergan bisa panik lagi dan aku bakal kena marah.”

Mereka melangkah ke kantor Zergan. Ruangan itu rapi, dengan jendela besar yang menghadap ke taman. Zergan duduk di kursi besar, menatap Juwita dengan tatapan tenang tapi tajam. Princess tetap terbaring di ranjang bonekanya, diam dan terlihat seperti bayi sungguhan.

“Selamat datang, Juwita Larasati,” ucap Zergan, suaranya berat tapi pelan. “Ingat, Princess adalah segalanya bagiku. Jangan mengecewakanku.”

Juwita menunduk sopan. “Iya, Tuan saya janji.”

Zergan mengamati gerak-geriknya, lalu berkata, “Mulai hari ini, kamu tinggal di sini. Semua kebutuhanmu makan, pakaian, peralatan akan saya sediakan. Fokusmu hanya satu yaitu Princess.”

Juwita nyengir. Astaga, ini udah kayak istri sih cuma bedanya aku belum nikah. “Baik, Tuan saya akan lakukan yang terbaik.”

Santi tersenyum nakal dari belakang. “Lihat? Mudah kok, Wit. Kalau kamu bisa adaptasi, semua bakal lancar. Lagipula, ini rumah nyaman banget. Bisa dibilang jackpot.”

Juwita mengangguk, menatap Princess lagi. “Ya jackpot tapi penuh tanggung jawab. Semoga aku nggak panik pas Princess bangun nanti.”

Bersambung

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

cuma ngasih boneka kok Wit... gampang 😁

2025-09-02

0

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Punya Hutang
2 Loker Ajaib
3 Jalan ke Rumah Calon Majikan
4 Bukan Bayi Biasa
5 Jackpot Kerja Jaga Bayi Boneka
6 Perubahan Kecil Zergan
7 Pergi Berbelanja
8 Dress Pink dan Steak Mewah
9 Malam Pertama di Rumah Zergan
10 Sarapan Bersama
11 Masa Lalu zergan
12 Telponan Dengan Desi
13 Keong Racun Tengah Malam
14 Senyum-Senyum Sendiri
15 Bunga Bermekaran di Kantor Zergan
16 Dibelanjakan Tuan Zergan
17 Kedatangan Desi
18 Desi Berbelanja Dengan Zergan
19 Perhatian Untuk Juwita
20 Kesedihan Juwita Kekhawatiran Zergan
21 Hutang Lunas
22 Perjanjian Kebahagiaan
23 Gelisah Malam Mingguan
24 Siap-siap Menjadi Cantik
25 Bianglala Bahagia
26 Kelinci Putih dan Telur Gulung
27 Kesedihan Zergan
28 Pengumuman Buat Kamu
29 Zergan Duda Gantung
30 Gembungan di Balik Celana Zergan
31 Makam Princess Tanubrata
32 Makan di Warung Kaki Lima
33 Liontin Huruf G
34 Aurora Juwita Kelihatan
35 Ke Kantor Zergan
36 Memijat Tuan Zergan
37 Ghazira Jewel & Mining
38 Pengumuman Author
39 Debaran Sentuhan Tangan
40 Permohonan Lima Puluh Juta
41 Mengejar Cinta Tuan Zergan
42 Pijatan Malam Pertama
43 Yang Dekat dan Yang Kembali
44 Rasa Penyesalan Indira
45 Ciuman Pertama
46 Penyatuan Dua Hati
47 Siap Menjadi Istrimu
48 Kedatangan Indira
49 Bahagia Sesaat
50 Pertemuan Takdir
51 Dua Kalung, Dua Takdir
52 Kabel Menolak Mati
53 Di Ujung Harapan
54 Operasi Berhasil
55 Juwita Sadar, Zergan Panik
56 Tangis, Cinta dan Tawa
57 Lebih Dekat, Lebih Hangat
58 Keberanian Cinta
59 Persiapan Pernikahan
60 Akad
61 Takdir Terindah
62 Pengumuman Akhir dari Author
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Tiba-tiba Punya Hutang
2
Loker Ajaib
3
Jalan ke Rumah Calon Majikan
4
Bukan Bayi Biasa
5
Jackpot Kerja Jaga Bayi Boneka
6
Perubahan Kecil Zergan
7
Pergi Berbelanja
8
Dress Pink dan Steak Mewah
9
Malam Pertama di Rumah Zergan
10
Sarapan Bersama
11
Masa Lalu zergan
12
Telponan Dengan Desi
13
Keong Racun Tengah Malam
14
Senyum-Senyum Sendiri
15
Bunga Bermekaran di Kantor Zergan
16
Dibelanjakan Tuan Zergan
17
Kedatangan Desi
18
Desi Berbelanja Dengan Zergan
19
Perhatian Untuk Juwita
20
Kesedihan Juwita Kekhawatiran Zergan
21
Hutang Lunas
22
Perjanjian Kebahagiaan
23
Gelisah Malam Mingguan
24
Siap-siap Menjadi Cantik
25
Bianglala Bahagia
26
Kelinci Putih dan Telur Gulung
27
Kesedihan Zergan
28
Pengumuman Buat Kamu
29
Zergan Duda Gantung
30
Gembungan di Balik Celana Zergan
31
Makam Princess Tanubrata
32
Makan di Warung Kaki Lima
33
Liontin Huruf G
34
Aurora Juwita Kelihatan
35
Ke Kantor Zergan
36
Memijat Tuan Zergan
37
Ghazira Jewel & Mining
38
Pengumuman Author
39
Debaran Sentuhan Tangan
40
Permohonan Lima Puluh Juta
41
Mengejar Cinta Tuan Zergan
42
Pijatan Malam Pertama
43
Yang Dekat dan Yang Kembali
44
Rasa Penyesalan Indira
45
Ciuman Pertama
46
Penyatuan Dua Hati
47
Siap Menjadi Istrimu
48
Kedatangan Indira
49
Bahagia Sesaat
50
Pertemuan Takdir
51
Dua Kalung, Dua Takdir
52
Kabel Menolak Mati
53
Di Ujung Harapan
54
Operasi Berhasil
55
Juwita Sadar, Zergan Panik
56
Tangis, Cinta dan Tawa
57
Lebih Dekat, Lebih Hangat
58
Keberanian Cinta
59
Persiapan Pernikahan
60
Akad
61
Takdir Terindah
62
Pengumuman Akhir dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!