BAB 3

20 Tahun yang lalu.

"Ma, kita mau kemana?" tanya Isani yang masih berumur 7 tahun. Ia dan Mamanya, berada dalam sebuah taksi saat ini.

"Bertemu Papa."

"Hore!!!" seru Isani girang, kedua lengannya terangkat ke atas. Sudah cukup lama ia tak bertemu papanya, dan ia rindu sekali. "Kita mau staycation di hotel ya Mah, sama Papa?" tadi dia melihat Mamanya membawa sebuah koper, dan sekarang ada di bagasi. Biasanya kalau membawa koper, pasti diajak pergi jauh dan menginap.

Erna tak menjawab, ia sibuk dengan ponselnya.

Isani melihat ke luar jendela mobil, menikmati pemandangan di luar sambil membaca tulisan-tulisan di depan bangunan atau di kendaraan. Senyuman tak lekang dari bibir mungilnya, hatinya diliputi kebahagiaan saat ini.

Taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah tingkat dua yang lumayan besar. Erna keluar lebih dulu, lalu disusul Isani yang membawa tas sekolahnya. Ia tak mengecek apa isi tas tersebut, yang pasti cukup berat saat dia gendong.

Dengan sebelah tangan menyeret koper, Erna menuntun Sani ke pintu gerbang. Pagar yang tidak dijaga sekuriti tersebut, tidak digembok, ia buka dari luar, lalu masuk bersama Sani.

"Ini rumah siapa, Mah?" Sani memperhatikan rumah besar tersebut. "Rumahnya bagus."

"Kamu mau tinggal disini?"

"Mau, mau," sahut Sani cepat, sedikit melonjak karena girang. "Apa kita akan pindah kesini, Mah?"

Erna menatap Sani, tersenyum miring, lalu kembali melihat ke depan. Sesampainya di teras, ia menelepon Fatur. "Aku ada di depan rumah kamu."

Mata Isani terus memperhatikan sekeliling rumah. Halaman yang luas dihiasi bunga dan pepohonan juga lampu taman. Di carport, ada sebuah mobil hitam yang terparkir. Mobil itu... rasanya ia tak asing.

"Mah, itu seperti mobil_. Papa," panggil Isani lantang, melihat Papanya keluar dari dalam rumah tersebut. Ia langsung berlari, memeluk Papanya.

Alih-alih membalas pelukan Isani, atau mencium lalu mengangkatnya ke atas seperti biasa jika mereka baru bertemu, kali ini Fatur hanya mematung, mulutnya terbuka setengah, dan wajahnya pucat.

"Papa, Sani kangen." Sani yang masih polos dan tak mengerti apa-apa, mendongak menatap Papanya sembari tersenyum. Ia memang termasuk anak periang yang suka tersenyum.

"Sani, Sani," setelah berhasil menguasai diri setelah syok beberapa saat, Fatur buru-buru melepas pelukan Sani. Ia menoleh ke arah pintu, takut seseorang tiba-tiba muncul dari sana.

"Papa, Sani kangen," rengek Isani yang ingin kembali memeluk Papanya, sayang, tubuhnya malah didorong.

Fatur mendorong bahu Sani ke arah Erna. "Buruan pulang!" ujarnya dengan mata membulat sempurna, menatap Erna sengit. "Bawa Sani pulang, nanti aku transfer uang," tak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain membujuk dengan iming-iming uang. Dengan ekspresi gelisah, kembali melihat ke arah dalam rumah.

"Aku gak butuh uangmu lagi," tolak Erna, tersenyum jumawa. "Aku sudah muak dengan janji manis kamu. Sejak aku hamil hingga sekarang, kamu cuma janji-janji terus mau nikahin aku, tapi apa, semua hanya sebatas janji."

"Erna!" tekan Fatur. "Tolong fahami kondisiku, Farah sedang hamil, tak mungkin aku menceraikannya dan menikahimu."

Erna tersenyum kecut, kedua lengannya dilipat di dada. "Aku sudah bosan dengan segala alasanmu. Aku sudah tak berminat menikah denganmu lagi, karena aku sudah dapat pengganti yang jauh lebih kaya darimu," mendorong bahu Fatur dengan telunjuknya.

"Jadi benar dugaanku, kamu selingkuh selama ini," kedua telapak tangan Fatur mengepal, rahangnya mengeras. Belakangan ini, ia merasa Erna sedikit berubah. Ia juga beberapa kali memergoki Erna asyik dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri, seperti orang kasmaran yang sedang chatingan.

"Selingkuh?" Erna tertawa ngakak. "Antara kita gak ada ikatan apa-apa, jadi kamu gak bisa nyebut aku selingkuh. Justru yang selingkuh itu kamu," menunjuk Fatur. "Kamu selingkuh dari Farah."

Fatur menggeleng, mulutnya menganga. Sungguh, ia tak percaya jika selama ini, telah diselingkuhi oleh selingkuhannya. Setiap bulan, ia selalu mentransfer uang untuk Erna dengan nominal yang lumayan, hampir sama dengan uang bulanan Farah, tapi ini balasannya.

"Aku gak mau basa-basi lagi," Erna mendorong Sani ke arah Fatur. "Urus anakmu, aku gak bisa bawa dia."

Sani menatap ibunya, bingung apa arti kalimat barusan.

"Apa maksud kamu?" Fatur mengernyit bingung.

Erna menarik koper yang ada di sebelumnya, mendorong ke arah Fatur. "Mulai hari ini, Sani ikut kamu."

"Er, kamu jangan main-main ya," Fatur tak henti-henti melihat ke arah dalam rumah, takut Farah atau Yumi tiba-tiba muncul.

"Aku gak main-main. Kekasihku mau menikahiku, tapi dia tak mau aku bawa anak. Jadi mulai sekarang, Sani ikut kamu karena dia tanggungjawab kamu."

"Ibu macam apa kamu hah!" bentak Fatur. Emosi membuat ia lupa jika bisa saja, suaranya terdengar hingga dalam. "Demi laki-laki, kamu campakkan anak kamu."

"Aku tidak mencampakkannya, aku hanya memberikan dia pada ayah kandungnya. Apa itu salah?"

"Ayah kandung?" celetuk Farah yang baru muncul dari dalam. "Ada apa ini?" dengan hati gelisah dan penuh tanya, ia menatap Sani dan Erna bergantian. Ia mengingat-ingat wajah wanita di depannya tersebut, rasanya mereka pernah bertemu beberapa kali, meski tidak kenal.

"Ma, Mama, aku bisa jelasin," dengan tubuh sedikit gemetar karena cemas, Fatur mendekati Farah, memegang lengannya. "Me-mereka."

"Aku selingkuhan suamimu," ujar Erna lantang. "Dan anak ini," menunjuk Sani. "Darah daging suami kamu."

Sontak, Farah menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan. Kakinya lemas, hampir terjatuh jika tubuhnya tidak ditahan oleh Fatur. Ia menatap Sani, tubuhnya gemetar melihat anak yang usianya hampir sama dengan anaknya, ternyata adalah hasil selingkuh suaminya.

"Mah, Mah tenang, aku bisa jelasin," Fatur berusaha menenangkan Farah yang wajahnya mulai pucat pasi dan tubuhnya gemetar hebat. Saat ini, Farah tengah hamil 7 bulan.

"Apa ini benar, Pah?" gumam Farah, matanya mulai memanas, dadanya sesak.

Fatur hanya diam sembari menunduk, tangannya masih menahan bahu Farah, takut istrinya tersebut jatuh.

"Pah, jawab," dengan sisa kekuatan yang dia punya, Farah menoleh ke arah Fatur. Bukan jawaban, namun mata berkaca-kaca suaminya yang ia dapatkan. Tangis Farah pecah seketika, dengan kasar, ia menyingkirkan tangan Fatur dari bahu dan lengannya. "Jahat kamu, Pah. Kurang ajar!" dengan tubuh yang lemas, memukul dada Fatur meski ia yakin, pukulannya yang tanpa tenaga itu, mungkin tak terasa untuk suaminya.

Farah menatap anak kecil yang terlihat ketakutan, usianya hampir sama dengan anak pertamanya, Yumi, ini artinya, suaminya telah berselingkuh sejak mereka baru menikah. Bisa saja saat dia hamil Yumi, Fatur sudah mulai selingkuh.

"Maafin Papa, Mah," Fatur menyeka sudut matanya yang berair. Ia sangat menyesal, meski mungkin sangat terlambat.

Hati Farah hancur lebur, ia hanya bisa menangis sambil mengusap perut buncitnya. Anak dalam kandungannya berjenis kelamin laki-laki, yang dia fikir akan jadi pelengkap dalam rumah tangga dan makin membawa kebahagiaan, tapi ternyata, ia salah, badai justru datang.

Erna berdecak melihat drama sepasang suami istri yang sedang tangis-tangisan tersebut. "Sudahlah Mbak, gak usah nangis. Tenang aja, aku kesini buat ngembalikan suami kamu kok. Aku udah gak mau sama dia."

Farah menatap Erna penuh kebencian, kedua telapak tangannya terkepal kuat. Ia maju, mendekati Erna dan melayangkan telapak tangan, sayangnya bisa ditahan oleh Erna dengan mudah. Yang ada, dia malah terhuyung ke belakang karena Erna mendorongnya, untung Fatur sigap menahan tubuhnya hingga tak sampai jatuh.

"Keterlaluan kamu Erna!" bentak Fatur.

"Aku hanya membela diri," bantah Erna, tersenyum miring. "Udahlah, gak usah sok mau nampar atau mukul aku," menatap Farah nyalang. "Wanita hamil kayak kamu, gak akan bisa melawan aku."

PLAK

Erna melongo, telapak tangannya memegang pipi yang terasa panas. Fatur menamparnya dengan keras. Bukan keras lagi, tapi sangat keras hingga pipinya kebas dan sudut bibirnya berdarah.

"Jangan berani sentuh istriku," ancam Fatur.

"Cie... mulai belain istri nih," Erna malah cekikikan. "Eh Mbak, aku kasih tahu ya," menatap Farah. "Jangan baper karena dibela suami kamu, biasanya kalau sama aku, dia selalu ngejelek-jelekin kamu. Dia bilang kamu gak bisa ngurus diri, habis lahiran badannya gembrot, badan kamu juga bau."

"Cukup Erna!" bentak Fatur, rahangnya mengeras, dan kedua matanya memerah.

"Bahkan dia juga bilang, kamu gak enak mainnya, kalah jauh sama aku," Erna masih saja tak mau diam. Rasanya puas melihat Farah malu dan Fatur naik darah.

"ERNA!" teriak Fatur. Tangannya sudah melayang di udara, namun ia tahan karena melihat Sani menangis. Anak sekecil itu, harus dihadapkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya, bagaimana ia tak menggigil ketakutan.

Farah mengurut dadanya yang sakit, harga dirinya seperti diinjak-injak saat si pelakor, membuka semuanya. Suami yang di depannya terkesan baik, ayah yang baik juga, ternyata berbeda jauh jika di belakangnya.

"Sudahlah, pacarku mau menjemputku sebentar lagi," Erna melihat jam di ponselnya. "Mas, jaga Sani ya, rawat dia dengan baik disini."

Farah yang mulanya menunduk, langsung mengangkat wajah. "A-apa maksudnya?" menatap Erna dan Fatur bergantian.

Erna mendekati Sani, mengusap kepalanya. "Anak ini namanya Isani, mulai sekarang, dia akan tinggal disini bersama Papanya."

"Enggak! Aku tidak mau!" teriak Farah, menggeleng cepat. "Bawa anak haram itu pergi dari sini!" menunjuk ke arah pintu gerbang. "Aku tak sudi melihatnya."

Erna mengangkat kedua tangannya. "Sayangnya gak bisa, dia akan tinggal disini bersama Papanya, Papa kandungnya," ulangnya penuh penekanan. "Bye, aku pergi dulu. Dada Sani, baik-baik ya disini sama Papa dan Mama Farah," tersenyum, melirik Farah.

"Gak mau," Isani menggeleng cepat sambil menangis. "Sani mau ikut Mama, Sani mau tinggal sama Mama," memegang kuat kaos yang dipakai Erna, takut benar-benar ditinggal disini.

"Maaf sayang, Mama gak bisa bawa kamu." Erna melepas paksa tangan Sani dari kaosnya, berjalan cepat menuju pintu gerbang.

"Mama... " Isani berlari mengejar Mamanya. "Sani mau ikut Mama," menarik lengan Mamanya, lalu memeluk wanita itu kuat-kuat. "Isani gak mau tinggal disini, Sani mau ikut Mama," sambil terisak, menatap Mamanya.

"Sani, lepasin Mama!" Erna berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Sani.

"Gak mau, Sani mau ikut Mama. Jangan tinggalin Sani, Ma. Sani janji gak akan nakal, Sani akan nurut sama Mama."

Bug

Erna mendorong Sani hingga terjatuh. Melihat itu, Fatur berlari menghampiri Sani dan Erna.

"Keterlaluan kamu Erna!" bentak Fatur. "Ibu macam apa kamu yang mau meninggalkan anaknya." Ia membantu Sani bangun.

"Gak usah sok jadi ayah yang baik. Kamu juga bukan laki-laki yang baik, karena laki-laki yang baik, tidak akan berselingkuh saat istrinya baru melahirkan anak untuknya."

Mendengar itu, Farah yang berpegangan pada pilar teras, makin lemas, perlahan tapi pasti, tubuhnya merosot ke lantai.

Tin tin tin

Suara klakson dari sebuah mobil mewah yang berhenti di depan rumah, membuat semua orang melihat kesana.

"Kekasihku sudah datang. Selamat tinggal, Mas. Sani, jadi anak yang baik ya Nak," tersenyum, lalu membalikkan badan, berjalan ke arah pagar.

"Mama... " teriak Isani, dia ingin mengejar Mamanya, namun tubuh kecilnya ditahan oleh Fatur. Meski Sani anak selingkuhan, ia sangat menyayanginya. "Mama... Sani ikut," terus berontak, berusaha melepaskan diri dari pelukan Papanya. "Mama..., Mama," Sani meraung-raung melihat Mamanya masuk ke dalam mobil. "Mama, jangan tinggalin Sani," teriaknya saat mobil hitam membawa pergi sang Mama.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg🕊

Niͷg_Nσͷg🕊

huftt dada ikutan sesak 🤧 anak kecil yang tak tahu apa2, harus ikut2tan dalam masalah orang tuanya. sani hanyalah korban, tapi dia harus menanggung banyak luka karena kesalahan ibunya 😭🤧 fatur juga kurang asemm, kebanyakan tingkah..akhirnya lihat anak2mu saling membenci dan akhirnya tetap sani yang jadi korban.

Apa mungkin erna kecantol sama ayahnya Yusuf yaa? 🤔 makanya Yusuf juga punya dendam sama sani 🤔 Yusuf yang akhirnya menikahi sani, karena Dafa menghamilii yumi. tapi ajakan nikah yusuf , karena yusuf ingin balas dendam sama Sani. ishhhh kalau emang begitu ? astagaa..bener2 Erna ibu durhakim. meninggalkan anaknya demi laki2 dan akhirnya sani, yang harus menanggung semua kesalahannya..

2025-08-21

7

Kar Genjreng

Kar Genjreng

😭😭 ternyata ibunya isani sengaja meninggalkan nya kepada ayahnya,,,ya begitu laki laki terkadang ketika istri abis melahirkan ada yang sengaja mencari pengganti,,,, beruntung punya suami Alhamdulillah lurus,,,, berangkat kerja pagi pulng tepat waktu,,,ya apa bila ada acara di luar pasti vidio call,,, ketika abis melahirkan bangun pagian bikin makanan buat ku dan anak yg besar,,,malam cuci pakean. strika baju kemeja nya sendiri,,, sampai satu bulan,,, kalau lihat isani kasian ya kita sebagai wanita sangat sedih',, pantaslah isani di sakiti ya oleh ibu tirinya dan kakak tirinya,,

2025-08-21

4

airhy_10

airhy_10

dan pacar barunya ayahnya yusuff...
ibunya yg bangsattt knp anaknya yg jd korban😭😭
sekarang marak ibu kyk gini ..GK peduli sama anak yg penting dia bisa hidup bahagia foya2😩😩
akhir zaman

2025-08-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!