03

Setelah acara lamaran mendadak itu, Hana membersihkan semua ruangan. Selama ada Hana, mereka selalu memanfaatkan tenaganya.

Hana membereskan sisa piring-piring setelah menjamu para tamu tadi.

Saat sedang mencuci piring, Sinta datang ke dapur. Ia belum puas melihat sikap Hana yang masih terlihat tenang. S

eharusnya Hana bersikap putus asa, menangis, tertekan, bahkan bila perlu sampai ingin bunuh diri.

“Ka Hana, aku minta maaf. Ini semua bukan kemauanku, tapi kemauan Riko. Katanya, dia lebih nyaman denganku. Orang tua Riko juga sebelumnya sudah menemuiku. Mereka ingin mempunyai menantu sarjana, karena sekarang Riko sedang kuliah lagi. Selain itu, Riko juga sudah menjadi bos grosir, jadi mereka malu kalau punya menantu yang hanya lulusan SMA,” ucap Sinta, memprovokasi perasaan hana

“Yah, ambillah. Sampah memang cocok dengan tong sampah,” ucap Hana dengan nada dingin.

“Apa maksud Kakak?” tanya Sinta dengan nada kesal.

Hana membersihkan tangannya dari busa sabun, lalu membalikkan badan.

“Ka—apa maksud Kakak?” kembali Sinta bertanya.

“Kurang jelas?” ucap Hana. “Baiklah, aku akan perjelas. Ambillah Riko, karena memang sampah cocoknya bersama tong sampah.”

“Ka, jangan menghina aku, Ka. Aku tidak salah. Riko yang memaksa aku, Ka. Dia tidak nyaman sama kamu, karena katanya kamu egois dan keras kepala. Yang lebih penting, kamu itu tidak direstui oleh orang tua Riko,” ucap Sinta sambil menatap tajam.

“Ya, aku memang keras kepala, karena aku punya prinsip. Aku hanya akan menyerahkan kesucianku pada lelaki yang sah menjadi suamiku. Aku tidak akan menyerahkan tubuhku hanya karena cinta sesaat, karena aku bukan perempuan murahan,” ucap Hana dengan nada sinis, namun tetap tenang.

“Jadi, kamu mengataiku murahan, ya?” Sinta mulai terpancing emosi.

“Aku hanya berkata, wanita yang menyerahkan kesuciannya pada lelaki yang belum resmi menikah itu wanita murahan. Aku tidak menuduh kamu,” jawab Hana dengan dingin.

Plak! Sinta menampar dirinya sendiri dengan keras.

Lalu, ia mengubah ekspresinya menjadi seperti orang yang tertindas.

“Ibu... Bapak...” teriak Sinta.

Handoko dan Mirna keluar dari kamar. Rambut Mirna masih acak-acakan, sedangkan Handoko masih mengenakan sarung.

“Ada apa ini?” tanya Handoko dengan nada geram.

“Ibu, Kak Hana menamparku. Dia tidak terima Riko lebih memilih aku,” adu Sinta.

Plak! Tanpa ragu, Mirna menampar Hana.

Hana memegang pipinya yang terasa panas dan nyeri.

“Kenapa kamu menampar anakku, ha?” tanya Mirna sambil menatap tajam.

“Jelaskan!” teriak Mirna.

“Kenapa Ibu selalu menuntut aku memberi penjelasan tanpa tahu kebenarannya?” jawab Hana.

“Kurang ajar kamu!” Mirna hendak menampar Hana, namun tangannya ditahan oleh Hana.

“Mulai hari ini, aku tidak akan mengizinkan Ibu menamparku lagi, apalagi kesalahanku saja belum jelas,” ucap Hana dengan nada dingin.

Mirna menatap Hana dengan tajam. Hana pun membalas tatapan ibunya, tak kalah tajam

“Lepaskan, Hana!” ucap Handoko memberi perintah agar Hana melepaskan tangan Mirna.

Hana pun melepaskan tangan ibunya. Mirna mundur. Malam ini, Mirna merasa Hana berbeda. Dulu, meskipun keras kepala, Hana tidak pernah melawan jika dipukul. Namun, malam ini Hana berani menahan tangan ibunya, bahkan menatapnya dengan tajam.

“Hana, jelaskan. Kenapa kamu menampar Sinta?” tanya Handoko.

“Bapak juga percaya kalau aku menampar Sinta?” tanya Hana sambil menatap tajam pada ayahnya.

“Ya, siapa lagi kalau bukan kamu? Di dapur dari tadi hanya ada kamu dan Sinta.”

Plak! Hana menampar Sinta.

“Hanaa! Kenapa kamu menampar Sinta!” teriak Mirna.

“Kenapa kamu, Hana?” Handoko ikut marah.

“Ya, kalian kan menuduh aku menampar Sinta. Sekarang tuduhan kalian terbuktikan,” ucap Hana.

“Kurang ajar kamu!” teriak Mirna sambil mengangkat tangannya, hendak kembali menampar.

Namun, Hana menatap ibunya dengan tajam. Mirna terdiam—baru kali ini ia melihat tatapan Hana seperti itu.

“Sinta, ada apa dengan kamu? Jelaskan, Hana!”

“Kenapa aku yang terus harus menjelaskan?” balas Hana.

“Kenapa Sinta tidak pernah diminta menjelaskan? Sinta selingkuh dengan Riko, tapi kalian tidak pernah meminta penjelasan darinya. Sinta tidur di hotel bersama Riko, kenapa kalian tidak pernah meminta penjelasan?” ucap Hana dengan suara bergetar menahan emosi.

“Kakak bohong! Kenapa memfitnahku seperti ini? Kakak kejam... aku tidak terima!” Sinta menangis tersedu-sedu.

“Kurang ajar kamu, Hana! Sinta anak baik-baik, tidak mungkin melakukan itu!” Mirna tidak terima dan membela Sinta.

“Ya, kamu jangan menuduh sembarangan, Sinta. Menuduh wanita baik-baik berzina itu dosa besar...” Handoko juga tidak terima dengan tuduhan Hana.

Hana mengeluarkan beberapa foto dari sakunya.

“Ini... buktinya...” ucapnya sambil melemparkan foto-foto itu ke udara. Satu per satu lembaran jatuh ke lantai.

Tampak beberapa foto tak pantas antara Sinta dan Riko.

“Ini editan... ini editan! Aku difitnah!” Sinta panik, suaranya bergetar.

Lalu Hana mengambil ponselnya dan memutar sebuah video—adegan Sinta dan Riko di hotel.

“Dan aku masih punya banyak bukti lagi,” ucap Hana.

Suasana mendadak hening. Handoko merasa terpukul melihat foto dan video itu. Sinta adalah anak kesayangannya, anak yang selalu ia banggakan. Namun, bukti-bukti itu seakan meruntuhkan segalanya.

“Aa... aku dijebak... Ayah, aku dijebak...” ucap Sinta dengan suara gemetar.

“Hahaha... dijebak? Siapa yang menjebak kamu, ha?” tanya Hana.

“Kaaa... kamu! Kamu pasti yang menjebakku! Pantas saja tiba-tiba kamu menghubungiku dan menyuruhku ke hotel itu. Ternyata Kakak yang menjebakku! Kak... kenapa Kakak menghancurkan aku? Kak... kamu tega, Kak...” ucap Sinta sambil menangis.

“Kurang ajar kamu! Berani-beraninya kamu menghancurkan anakku, ha? Kejam kamu!” ucap Mirna dengan penuh amarah.

“Kalau aku mau menjebak Sinta, aku tidak akan menyuruh Riko. Riko itu pacarku... Riko itu tunanganku... Sebentar lagi aku dan Riko akan menikah. Aku bukan orang gila yang menyuruh tunanganku tidur dengan wanita lain...” Hana memberikan argumentasi yang sulit dibalas.

“Sinta... jelaskan, Sinta. Kenapa kamu melakukan hal tercela dengan Riko? Sinta, kenapa? Ayah kecewa sama kamu, Sinta...” ucap Handoko dengan wajah penuh kekecewaan.

“jangan memarahi anakku” bela mirna tak terima sinta dimarahi

Kemudian mirna membawa sinta ke kamarnya,,tatapannya tajam pada hana seolah akan membunuh sinta saat iitu juga

Handoko menghela nafas panjang tubuhnya lunglai dia selalu mengajarkan kepada anak-anakkya untuk menjaga kehormatan tapi hari ini fakta tak bisa dibantah sinta sudah tidur dengan riko

Handoko pergi keteras rumah dia merasa terpukul

Suasana menjadi tegang. Setiap kali melihat ayahnya terpukul, Hana selalu merasa bersalah. Ia membuatkan kopi untuk Handoko, lalu melangkah ke teras rumah. Tampak Handoko sedang merenung seorang diri.

“Yah... maafkan Hana, Yah,” ucap Hana pelan.

Handoko menoleh, menatap putri sulungnya, lalu berkata,

“Hana, berjanjilah pada Ayah... jangan tinggalkan Ayah.”

Kata-kata itu terdengar sederhana, namun terasa sulit bagi Hana untuk melaksanakannya. Ingin rasanya ia membawa ayahnya pergi, tinggal bersama dirinya, jauh dari semua luka ini.

Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 25 hana mendonorkan darah
27 26 kemana hana
28 27 hana dalam bahaya
29 28 hana di selamatkan
30 30 hana dalam dilema
31 31 pelgi!!!!
32 32 pernikahan riko 1
33 33 pernikahan Riko 2
34 34 hana tolong aku
35 maharani kabur
36 maharani ketemu
37 riko semakin gelisah
38 di tagih hutang
39 pergi dari rumah
40 hal yang sebenarnya
41 rencana busuk sinta
42 orangtuaku ingin bertemu
43 hana datang ke rumah maharani
44 mulai menunjukan niat asli
45 kehidupan handoko
46 saling salah faham
47 sama busuknya
48 aku siapa bu
49 handoko pingsan
50 sinta mengadu
51 nasihat jefri
52 menggoda romi
53 percepat pernikahan hana
54 ke rumah handoko
55 sakit hati
56 lebih mirip kaka beradik
57 amarah yang meledak
58 maharani tidak sadarkan diri
59 ibu mengenalnya?
60 jadi anak baik
61 resepsi pernikahan hana
62 fakta sebenarnya
63 pertemuan dan permintaan aneh
64 perintah kaka. permintaan adik
65 siapa duluan
66 akad nikah andri
67 akad nikah dan akhir handoko
68 boncap 1
69 boncap 2
70 boncap 3
71 boncap 4
72 boncap 5
73 boncap 6
74 boncap 7
75 boncap 8
76 boncap 9
77 boncap 10
78 boncap 11
79 boncap 12
80 boncap 13
81 boncap 14
82 boncap 15
83 boncap 21
84 tamat
Episodes

Updated 84 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
25 hana mendonorkan darah
27
26 kemana hana
28
27 hana dalam bahaya
29
28 hana di selamatkan
30
30 hana dalam dilema
31
31 pelgi!!!!
32
32 pernikahan riko 1
33
33 pernikahan Riko 2
34
34 hana tolong aku
35
maharani kabur
36
maharani ketemu
37
riko semakin gelisah
38
di tagih hutang
39
pergi dari rumah
40
hal yang sebenarnya
41
rencana busuk sinta
42
orangtuaku ingin bertemu
43
hana datang ke rumah maharani
44
mulai menunjukan niat asli
45
kehidupan handoko
46
saling salah faham
47
sama busuknya
48
aku siapa bu
49
handoko pingsan
50
sinta mengadu
51
nasihat jefri
52
menggoda romi
53
percepat pernikahan hana
54
ke rumah handoko
55
sakit hati
56
lebih mirip kaka beradik
57
amarah yang meledak
58
maharani tidak sadarkan diri
59
ibu mengenalnya?
60
jadi anak baik
61
resepsi pernikahan hana
62
fakta sebenarnya
63
pertemuan dan permintaan aneh
64
perintah kaka. permintaan adik
65
siapa duluan
66
akad nikah andri
67
akad nikah dan akhir handoko
68
boncap 1
69
boncap 2
70
boncap 3
71
boncap 4
72
boncap 5
73
boncap 6
74
boncap 7
75
boncap 8
76
boncap 9
77
boncap 10
78
boncap 11
79
boncap 12
80
boncap 13
81
boncap 14
82
boncap 15
83
boncap 21
84
tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!