Hari pertama Dira berada dirumah suaminya, ia terbangun dengan badan yang terasa sakit. Semalaman dia menangis hingga membuatnya tertidur di sofa.
Dira melihat sekeliling kamar, Denzo belum juga kembali. Ia tidak tahu kemana suami barunya itu pergi. Dira berusaha sabar dan ikhlas, bagaimanapun sifat dan sikap laki-laki itu, dia harus terima dan berharap Denzo bisa mencintainya.
"Aku harus sabar, ini hari pertama setelah menikah. Aku harus bisa buat mas Denzo menerimaku. Semangat Dira!" gumamnya pada diri sendiri.
Dira melangkah ke kamar mandi dengan semangat memulai hari.
***
Di ruang makan terlihat beberapa pelayan tengah menjalankan tugasnya. Makanan juga sudah tersedia di meja makan.
Denzo dilayani oleh pelayan, ia duduk memulai makan nya tanpa menunggu Dira.
"Tuan tidak menunggu Nona?" tanya Bi Nina saat melayani Denzo. Bi Nina sudah sejak kecil melayani dan bersama Denzo. Ia sudah seperti Ibunya.
"Tidak perlu, saya buru-buru," jawabnya singkat dan tidak peduli.
"Oh iya, Bi Nina jangan lupa berikan List pekerjaan yang harus dikerjakannya nanti. Dan sebelum saya pulang semua harus selesai." lanjutnya dengan tegas dan tanpa bantahan.
Setelah sarapan Denzo berangkat ke kantornya tanpa berpamitan pada Dira. Ia berjalan keluar dan sudah ada Rei Sekretarisnya menunggunya.
"Ayo," ucap Denzo masuk ke mobilnya.
Rei masih berdiri di tempatnya sambil berusaha melihat ke arah dalam rumah.
"Aku ingin lihat Nona baru ku," ucapnya tanpa sadar bahwa mata Denzo menatapnya tajam.
"Rei!" Suara tegas itu membuat Sekretaris Rei tersadar.
"Baiklah, sungguh pelit sekali bahkan kau tidak mengijinkan ku melihatnya," gerutu Sekretaris Rei sambil masuk ke mobil mengikuti perintah Tuan nya. Rei sebenarnya adalah teman Denzo, mereka cukup dekat, itu lah mengapa Rei terkadang terlihat sangat berani pada Denzo.
Rei mengemudikan mobil keluar dari pekarangan rumah menuju kantor. Rei melirik ke kursi belakang melihat wajah dingin Tuan nya.
Rei cemberut, ia tidak melihat wajah nona barunya. Padahal Rei penasaran sekali melihat istri Denzo. Bagaimana wajah wanita itu, yang telah membuat Denzo ingin menikah. Rei ingin kembali bertanya tapi aura Denzo terasa menyeramkan dan ia bisa merasakannya dibalik punggungnya.
***
Dira berjalan menuruni tangga, ia melihat Bi Nina serta beberapa pelayan yang bekerja di rumah itu.
"Nona Dira, sebaiknya Nona sarapan dulu," kata Bi Nina saat Dira menghampirinya.
Dira tidak merespon. Matanya sibuk mencari seseorang. "Mas Denzo, mana Bi?"
"Oh Tuan Denzo sudah berangkat ke kantor, Non," jawab Bi Nina.
Dada Dira terasa tercekat, suaminya tidak menunggu nya. Ia berusaha mempertahankan senyumnya.
Bi Nina menuntun Dira duduk di kursi makan. "Non makan dulu." Bi nina melayani Dira dengan mengambilkan makanan.
"Makasih Bi. Kita makan bareng aja Bi." ajak Dira menyuruh Bi nina ikut makan bersamanya.
"Tidak non, saya nggak enak cuma pelayan disini." tolak Bi Nina
"Non makan saja, oh iya setelah makan ada perintah dari tuan yang akan saya sampaikan sama, Non," ungkap Bi Nina merasa tidak enak.
"Baik, Bi. Saya makan dulu." Dira tersenyum sambil memulai makan.
Bi Nina masih berdiri disamping meja makan. Ia memandang Dira kasihan. Padahal mereka baru menikah tapi Denzo sudah bersikap buruk dan menyuruh nya bekerja seperti pelayan.
Sehabis makan kini Dira dan Bi Nina duduk disofa. Bi Nina terlihat ragu dan tidak tega menyampaikan pesan Denzo.
"Ada apa Bi? Katakan saja." Dira memegang tangan Bi Nina.
"Maaf Non." Bi Nina menunduk.
"Kenapa Bibi minta maaf?" tanya Dira bingung.
Bi Nina menatap Dira dengan sendu. "Tuan Denzo memerintahkan Bibi, memberikan tugas untuk Nona." Bi Nina memberikan Kertas yang berisi pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Dira.
Dira tertegun melihat kertas itu.
Pekerjaan yang harus dia kerjakan, membersihkan ruang tamu, ruang tengah, membersihkan kolam renang, membersihkan halaman belakang, menyiram tanaman dan terakhir melepas gorden besar di ruang tengah, dan menggantinya. Dira menatap tak percaya isi kertas itu.
"Ini... "
"Maaf Non, Bibi tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan sampai memperlakukan Nona seperti ini." Bi nina menangis merasa bersalah.
"Bibi jangan nangis, mungkin
mas Denzo mau mengetes ku saja," ujar Dira dengan tenang meski hatinya merasa sakit diperlakukan seperti itu.
Dira berasal dari keluarga yang berada, jarang mengerjakan pekerjaan rumah karena sudah ada pelayan. Tapi meski begitu bukan berarti Dira tidak tahu pekerjaan rumah, bahkan Dira pintar memasak karena sejak kecil dia suka membantu mama dan Bi Arsi pelayanannya di rumah saat memasak.
"Non yang sabar ya." Bi Nina mengelus punggung Dira.
"Iya bi, gapapa kok. Yaudah aku kerjain pekerjaan aku dulu." Dira tersenyum menyakinkan. Ia berdiri memulai pekerjaannya.
Pekerjaan pertama Dira membersihkan ruang tamu, ia melap dan membersihkan debu di semua barang yang ada di lemari, lalu menyapu lantai dan kemudian mengepelnya. Dira mengerjakan pekerjaannya dengan serius.
Kini Dira sudah sampai ke pekerjaan membersihkan kolam. Ia duduk sejenak, beristirahat. Pandangan matanya sendu dan sangat lelah.
"Aku ga tau apa salahku hingga membuat mas mempermalukan ku seperti ini, aku bahkan baru bertemu dengan mas Denzo di pernikahan," gumam Dira menatap lurus kolam renang. Ia mengelap keringatnya di dahinya.
"Mas terlihat punya dendam padaku," lanjutnya
"Stop berpikir yang tidak-tidak Dira, mas Denzo tidak mungkin seperti itu," ucapnya menyanggah kembali ucapannya. Ia menghela napas lalu berdiri kembali melanjutkan pekerjaan nya. Ia tidak mau bersangka buruk pada suaminya, meski perlakuan suaminya buruk padanya.
Para pelayan merasa prihatin melihat Nona barunya. "Kasian sekali Nona Dira," ucap salah satu pelayan
"Nona bahkan baru datang kerumah ini, tapi sudah diperlakukan buruk oleh Tuan"
"Tuan Denzo memang sangat kejam"
Beberapa pelayan mengomentari perilaku Tuan Denzo tapi dengan suara bisik-bisik, takut akan didengar Tuan Denzo karena rumah ini memiliki banyak Cctv.
Bi Nina menghampiri pelayan yang memperhatikan Dira. "Kembali bekerja, jangan bergosip atau kalian mau tuan Denzo marah?" ucap Bu Nina membuat para pelayan itu takut dan kembali ke tempatnya bekerja.
Bi nina menggeleng pelan. Ia menatap Dira dari jauh. Bi nina mengambil minuman dan Cemilan lalu berjalan menghampiri Dira.
"Non."
Dira berbalik. "Iya Bi, kenapa?" tanya nya menghentikan aktivitasnya.
"Istirahat dulu, Non." Bi Nina menyimpan nampan nya di meja.
"Aku selesaikan semua dulu, Bi." Dira menolak istirahat memilih menyelesaikan pekerjaan nya.
Tanpa Dira tahu semua yang dia lakukan diawasi langsung oleh Denzo melalui cctv rumahnya.
Denzo terlihat serius menatap layar laptopnya. Ia tertegun melihat Dira yang bekerja, tidak menyangka wanita seperti Dira yang berasal dari keluarga kaya akan menerima dengan sabar perintahnya dan melakukan nya dengan baik.
Wanita yang cukup berbeda.
Tapi meski begitu, dendam Denzo tidak akan hilang karena melihat Dira yang berbeda dari kebanyakan wanita. Karena di pikiran Denzo, Dira adalah wanita jahat dan munafik, yang bersikap seolah tidak pernah melakukan kejahatan. Dendamnya tidak akan hilang sampai Dira benar-benar menderita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments