[21 September — 2015]
*POV Haruki
Saat ini aku sedang duduk di sofa di dalam ruang tamu di rumah Sakura.
Dan sekarang, aku sedang berhadapan langsung dengan ayah dan ibu Sakura.
Sungguh suasana yang cukup canggung. Namun satu jam yang lalu, suasananya tidaklah seperti ini.
Di saat aku sedang mengantar Sakura pulang ke rumahnya, semua itu terjadi.
•Satu jam yang lalu...
[•] Kediaman Keluarga Yoshimoto
Saat Sakura membuka pintu rumah, di dalam terlihat sangat sepi. Sampai Akari datang dengan bekas tamparan di wajahnya.
Sakura bertanya padanya, Akari menjawab kalau ibu mereka sudah pulang. Pada saat itulah aku kembali teringat dengan perkataan Hana saat itu.
-Sakura memiliki orang tua yang tidak peduli terhadapnya
Sakura langsung menoleh ke arahku dan memintaku untuk secepatnya pergi dari sini. Namun ibu mereka datang lebih dulu sebelum dia menyuruhku pulang.
Ibunya datang dengan mata melotot yang sedang memandang Sakura.
Sakura dan Akari ketakutan dengan tatapan itu. Namun... aku melihat sesuatu di balik tatapan itu.
Sama seperti saat aku menyesal karena tidak bisa menyelamatkan Sakura di garis waktu sebelumnya.
Tatapan mata penuh penyesalan.
Meski begitu... meskipun begitu... dia sudah menampar Akari dan memarahi Sakura. Aku tak bisa biarkan ini berjalan lebih lama lagi.
Aku pun berjalan maju dan menghadapinya langsung, ibu Sakura.
Aku mengeluarkan semua yang ada di dalam pikiranku pada saat itu juga.
Dan beruntungnya, semua yang aku katakan itu benar adanya.
Yoshimoto Hanabi, ibu dari Sakura dan Akari, dia menceritakan pada kedua anaknya. Alasan dia melakukan semua itu.
Saat mendengar itu, aku kembali teringat hal yang ingin dikatakan oleh Manabe-san pada saat itu.
"Ternyata hal seperti ini yang ingin anda katakan pada kami semua pada saat itu, Manabe-san. Kenapa kau tidak langsung beritahu kami?" batinku.
Setelah menceritakan semua yang terjadi, Akari melepaskan genggamannya dari lengan Sakura. Lalu maju dan meminta maaf sambil menangis kepada ibu mereka.
Lagi pula tak mungkin ada seorang ibu yang membenci anaknya. Kalaupun ada, mereka hanyalah orang bodoh.
Beberapa saat setelah Akari meminta maaf pada ibunya, Sakura pun maju dan berhadapan langsung dengan ibu mereka.
Namun aku tak menghentikannya setelah melihat tatapan mata Sakura. Sebuah tatapan yang penuh dengan cahaya harapan di dalamnya.
Saat Sakura berjalan melewatiku, "Terima kasih, Haruki-kun," itulah yang diucapkan olehnya.
Setelah melewatiku, Sakura berhenti tepat di depan ibunya.
"Ibu... ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Beberapa saat setelah mereka berbicara, ibu Sakura menelepon ayah tiri mereka untuk segera datang ke rumah.
Aku berpikir kalau tugasku sudah selesai di sana. Namun saat aku hendak melangkahkan kakiku ke luar. Ibu mereka menahanku untuk pergi.
"Kau jangan pergi dulu, pacar Sakura. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu saat suamiku datang."
•Saat ini...
Dan setelah ayah mereka datang... kondisinya pun jadi seperti ini.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Silakan dinikmati teh hangatnya, Haruki-kun," ucap Sakura menyajikan secangkir teh hangat.
Aku memegang gagang cangkir teh itu, lalu mengesapnya. Namun, kedua orang tua Sakura terus memandangiku.
Aku meletakkan kembali cangkir teh ke atas piring kecil di atas meja.
Aku tersenyum canggung saat melihat kedua orang tua mereka.
"Ano... apa yang ingin kalian bicarakan padaku?"
Ayah dan ibu Sakura saling memandang sebelum menjawab pertanyaanku.
"Sebelum ke inti pembicaraannya... sebagai ayah dari Sakura dan Akari, aku ucapkan terima kasih terlebih dahulu padamu, Minamoto Haruki-kun," ucap ayah Sakura.
"Maaf karena tadi sudah mengejutkanmu, Minamoto-kun," sambung Hanabi, ibu Sakura.
Setelah perkataan dari ibu Sakura, suasana menjadi hening sesaat.
Entah apa yang saat ini ada di dalam pikiran semua orang selain aku di ruangan ini... tak ada satu pun yang memulai pembicaraan kembali.
Prok!
Suara tepuk tangan Akari memecah suasana hening ini.
"Bagaimana kalau kita mulai pembicaraannya, semua!" ujar Akari.
Sakura tersenyum menatap Akari sebelum menatapku.
"Haruki-kun... ayo kita selesaikan dengan cepat!"
* * *
[•] SMA Hoshizora
•Ruang osis
*POV Megumi
Saat ini, sebagai wakil ketua kelas, aku sedang menggantikan Yoshino-san untuk menghadiri rapat di ruang osis.
Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari setiap kelas dan anggota osis.
Dalam rapat ini, kami sedang membahas terkait kegiatan tahunan di sekolah kami. Yakni, festival sekolah.
"Bagaimana? Apakah kita akan mengadakan festival gabungan di setiap angkatan atau tidak?" tanya ketua osis Hoshizora Kōkō, Shigure Shin.
Setelah pertanyaan itu, perwakilan dari kelas 3-A mengangkat tangannya. Dia adalah Amane Shinji, ketua kelas 3-A.
"Bagaimana kalau setiap kelas mengadakan semacam kios atau pameran, seperti kios yang menjual satu jenis makanan, ataupun pameran seni dari setiap kelas?"
Sungguh saran yang cukup panjang. Dan aku berada di antara orang-orang dengan pemikiran yang sama.
Bagaimana caraku dapat mengatasinya... Yoshino-san?
•Beberapa jam yang lalu...
Tepat setelah bel pulang berbunyi, Yoshino-san menghampiri mejaku.
"Kamihara-san, bisa tolong gantikan aku di rapat di ruang osis kali ini? aku ada keperluan mendadak."
Setelah mengatakan itu, Yoshino-san langsung pergi ke luar kelas tanpa membiarkan aku menjawab terlebih dahulu.
Kenapa malah aku?!
•Saat ini...
Dan sekarang, aku jadi harus menghadiri rapat sepenting ini. Yoshino-san... aku memiliki banyak pertanyaan untukmu nanti.
[2 jam kemudian]
[•] Gerbang sekolah SMA Hoshizora
Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya aku berhasil melewati rapat itu.
Aku menghela napas lega sambil melemaskan lenganku yang terus gemetar saat rapat berlangsung.
"Kamihara-san!"
Seseorang datang memanggilku sambil menepok pundakku. Aku berbalik dan melihat orangnya.
"Ah, Tsurugi-san... terima kasih atas bantuanmu saat rapat tadi."
Orang yang menepok pundakku adalah Tsurugi Rinka, wakil ketua osis Hoshizora Kōkō.
"Tidak, tidak... aku tidak banyak membantumu, Kamihara-san. Tetapi saranmu saat di rapat tadi sangat bagus! kalau bukan karena saranmu, mungkin kami akan mengadakan rapat kembali," ucap Tsurugi-san menggelengkan kepalanya.
Sambil tersenyum ragu, aku memandang Tsurugi-san setelah mengatakan itu.
Saran yang itu ya? aku tidak menyangka kalau mereka semua akan langsung menyetujuinya.
Tsurugi-san tersenyum sambil memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Oh ya, Kamihara-san. Kenapa kamu yang menghadiri rapat itu dan bukannya Yoshino-san?!"
Saat mendengar Tsurugi-san menyebut nama itu, aku langsung mengepalkan tangan dan mengerutkan dahiku.
"Bisakah kau jangan sebutkan nama itu di depanku untuk sementara ini, Tsurugi-san?"
Senyum Tsurugi-san lengkungan bibir Tsurugi-san langsung berubah menjadi datar setelah ucapanku.
"Maaf... Kamihara-san," Tsurugi-san memalingkan wajahnya ke samping.
Ah... maaf, Tsurugi-san.
[22 September — 2015]
[•] SMA Hoshizora
•Ruang kelas 3-C
Keesokan harinya, begitu aku sampai di kelas. Aku langsung menghampiri meja Yoshino-san dengan amarah yang masih menggebu.
"Yoshino-san... bisa kau beri tahu aku alasanmu tidak bisa ikut rapat kemarin?!" tanyaku sambil berjalan menghampirinya.
Yoshino-san menaikkan pundaknya begitu melihatku menghampiri mejanya. Dia memaksakan senyumannya.
"Maaf, Kamihara-san... " Yoshino-san mengalihkan pandangannya dariku. "...Aku tidak bisa memberi tahumu."
Saat dia mengalihkan pandangannya, aku dapat memikirkan beberapa kemungkinan di dalam pikiranku ini.
Bukan tanpa alasan, itu karena aku sudah sekelas dengannya sejak tahun pertama.
Beberapa saat setelah itu, emosiku menjadi tak terkendali saat tebakanku benar.
Dia, Yoshino-san tidak bisa ikut rapat hanya karena diajak kencan oleh pacarnya. Sungguh menyebalkan.
Aku pun mulai memarahinya karena mengenyampingkan tugasnya sebagai ketua kelas hanya karena pacarnya.
•beberapa menit kemudian...
"Maafkan aku... Kamihara-san!" Yoshino-san membungkukkan badannya meminta maaf.
"Jangan ulangi lagi ya... Yoshino-dono," balasku.
Tepat setelah Yoshino-san meminta maaf padaku, Haruki datang menghampiriku.
"Megumi!"
Aku berbalik. "Ada apa, Haruki?"
"Apa kau ada waktu sebelum bel masuk? ada yang ingin aku bicarakan denganmu... "
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments