Ch. 2 - Kilas Balik yang Tragis

[15 Tahun yang lalu]

[•] Prefektur Nagano

Dulu keluargaku tinggal di pinggiran Nagano. Aku lahir dan dibesarkan di sana sebagai Yanagi Sakura.

Pada saat itu, ayah dan ibuku sangat bahagia karena aku terlahir di keluarga ini. Aku pun sangat senang karena memiliki kedua orang yang sangat menyayangiku.

Keluarga yang bahagia. Hanya itulah yang kalimat yang dapat menggambarkan kondisi keluargaku pada saat itu.

Suatu hari aku bertanya pada ibuku. Sebuah pertanyaan yang cukup konyol, namun ibuku menjawabnya dengan wajah tersenyum.

"Ibu... Kenapa aku diberi nama Sakura? Padahal kan aku lahir saat musim dingin?"

Ibuku tersenyum dan tertawa, lalu menjawab pertanyaanku.

"Dengar ya, Sakura... Alasan ibu menamaimu 'Sakura' itu karena ayahmu lho!"

Aku memiringkan kepalaku dengan bingung. Ibuku tertawa kembali melihat tingkah laku-ku.

"Sakura... Ayahmu itu percaya kalau musim semi akan datang membawa kebahagiaan dan kehangatan. Karena itulah ayahmu menyarankan nama 'Sakura' untuk anak pertamanya. Ayahmu yakin, kalau kamu akan membawa kebahagiaan dan kehangatan di keluarga ini, Sakura."

Pada saat ibu mengatakan itu, aku yang masih kecil sama sekali tidak tahu maksud yang dikatakan ibuku.

Seandainya aku mengetahuinya, mungkin aku dapat mempertahankan keluargaku ini.

[Musim panas, 14 tahun yang lalu]

Setahun berikutnya, seorang adik lahir dari rahim ibuku. Dia dinamai Akari, Yanagi Akari.

Ayahku menamainya dengan nama itu karena Akari lahir pada malam hari saat cahaya bulan purnama menerangi bumi.

Pada saat Akari dilahirkan, aku yakin kalau ayah memiliki alasan memilih nama itu untuknya.

Akari yang berarti cahaya. Dia mungkin akan membawa cahaya penuntun untuk keluarga ini di masa depan nantinya.

Sejak kelahiran Akari, keluarga kami menjadi utuh dan memiliki kebahagiaan yang tiada habisnya.

Begitulah yang aku pikirkan pada saat itu. Namun kenyataan berkata lain...

* * *

[10 Tahun yang lalu]

Kini, usiaku telah menyentuh 7 tahun, dan Akari berusia 4 tahun.

Untuk merayakan ulang tahun Akari yang keempat, ayahku mengajak kami sekeluarga liburan bersama di Shizuoka.

Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan seorang pria yang sedang bersama istrinya yang sedang hamil tua.

Pria itu tampak panik. Ayahku pun turun dan menolong pria itu.

Ternyata pria itu sedang mencari tumpangan untuk mengantarkan istrinya ke rumah sakit untuk persalinan.

Pria itu bernama Manabe Kunimi, dan istrinya bernama Manabe Mina.

Saat sampai di rumah sakit, sang ibu berhasil melahirkan anaknya dengan selamat.

Untuk berterima kasih, Manabe-san meminta keluargaku untuk menginap di penginapan yang dia urus bersama istrinya secara gratis.

Ayahku pun menerima tawaran itu dengan senang hati.

Keluargaku pun menginap di penginapan milik Manabe-san. Serta, kami pergi ke berbagai tempat di sekitar sana. Sungguh liburan yang menyenangkan.

Liburan yang menyenangkan itu pun, selesai dengan cepat. Dan kami pun, harus segera pulang ke rumah.

Sepulangnya dari liburan, aku sempat bertengkar dengan Akari hingga membuatku kabur dari rumah.

Bodohnya aku pada saat itu. Aku tak tahu arah pulang sehingga tersesat di tempat yang aku tak tahu di mana.

Pada saat itulah, aku bertemu dengan cinta pertamaku. Dia datang dan menolongku untuk kembali ke rumah.

Dia anak yang sangat baik. Namun aku tak tahu siapa namanya dan di mana anak itu tinggal. Dia pergi tanpa memberitahu namanya padaku.

* * *

[9 Tahun yang lalu]

Keluargaku masih menjadi keluarga yang bahagia. Namun dari sinilah semuanya berubah...

Pada saat itu, aku dan Akari terkena demam tinggi. Ayah dan ibu sangat khawatir terhadap kami berdua.

Sebenarnya, demamku dan Akari pada saat itu tidaklah terlalu tinggi sehingga memerlukan uang yang banyak untuk mengobatinya.

Namun bukan dari sanalah masalahnya berasal...

"Sayang! Bagaimana kita akan membayar biaya pengobatan anak-anak?!"

"Aku tidak tahu bagaimana caranya, Hanabi. Tapi akan aku usahakan semampuku."

"Semampumu bagaimana?! Kamu kan belum lama ini dipecat dari pekerjaanmu!"

"Aku akan mencari pekerjaan dengan cepat, Hanabi. Apa pun akan aku lakukan untuk mengobati mereka berdua!"

Aku terbangun di tengah malam dan mendengar perdebatan ayah dan ibuku.

Seminggu yang lalu, ayahku dipecat dari pekerjaannya. Karena itulah, kondisi keuangan keluargaku sedang sangat menurun.

Ayahku bersikeras untuk mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan uang. Sementara ibuku tidak ingin ayah memaksakan dirinya.

Aku sangat ingin membantu mereka berdua, namun kondisiku tidak memungkinkan untuk melakukannya.

•Seminggu kemudian...

Setelah melewati masa krisis, ayah berhasil mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi untuk membiayai kehidupan keluargaku.

Ayahku pun berhasil mendapatkan uang untuk mengobati kami.

Dalam waktu dekat, aku dan Akari pun telah sembuh dari demam hingga dapat bermain sambil tertawa kembali.

Namun ibu selalu tampak murung setelah tahu kalau ayah mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang cukup.

Aku tak tahu apa yang menjadi beban pikiran ibu pada saat itu. Diriku yang masih tampak polos tak mungkin mengetahuinya.

Seandainya aku tahu, mungkin aku dapat menyelamatkannya dari keterpurukan.

* * *

[8 Tahun yang lalu]

Sudah setahun berlalu sejak ayah mendapatkan pekerjaan baru. Namun ayah selalu pulang larut malam, bahkan tidak pernah tidur cukup setiap harinya.

Selain itu, ayah hampir tidak pernah mendapatkan cuti dari bosnya.

Satu hari, aku melihat ayah sedang duduk di sofa sambil memandangi laptop dengan mata sayu.

Aku pun datang menghampiri ayahku.

"Ayah... Kenapa ayah selalu pulang larut malam?"

"Ayah harus bekerja keras untukmu dan Akari, Sakura. Kalau ayah berhenti, nanti kita tidak akan bisa makan enak lagi."

Ayah menjawab dengan senyum pahit di wajahnya.

Aku sangat ingin meminta ayah untuk berhenti memaksakan dirinya. Namun aku tak bisa melakukannya.

Meskipun sangat kelelahan, ayah tetap tersenyum padaku. Ayah mengatakan sebuah kalimat padaku.

"Sakura... Suatu saat nanti kamu akan menghadapi masalah yang sangat berat, sama seperti ayah saat ini. Tetapi... Kamu harus tetap tersenyum saat menghadapinya ya, Sakura."

Kata-kata itu, selalu aku ingat hingga saat ini. Aku percaya, kalau ayah sengaja meninggalkan nasihat itu untukku di masa depan nantinya.

Namun... Senyuman itu, merupakan senyuman terakhir yang aku lihat dari ayahku.

[Musim gugur, 8 tahun yang lalu]

Karena terlalu memaksakan dirinya, ayahku mengalami sakit keras yang membutuhkan banyak biaya untuk mengobatinya.

Ibuku hampir mengalami depresi karena harus memutar otak untuk memenuhi biaya rumah sakit ayahku.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh anak kecil sepertiku. Aku hanya bisa diam meratapi kenyataan ini.

Mulai dari kejadian itulah. Secara perlahan, ibuku mulai berubah sejak kejadian itu.

Dulu, ibu merupakan orang yang selalu menyayangiku dan Akari.

Namun kini, dia mulai memarahi dan menyalahi kami berdua.

"Gara-gara kalian berdua, ayah kalian jadi memaksakan dirinya. Ini semua salah kalian!" itulah yang ibu katakan padaku dan Akari.

Aku tak bisa membalas perkataannya sama sekali. Itu karena yang dikatakan oleh ibu adalah kebenaran.

Karena aku dan Akari yang sakit pada saat itulah, ayah harus bekerja hingga memaksakan dirinya.

Bahkan aku tak menyadarinya sama sekali. Kalau ayah bekerja di perusahaan gelap yang selalu memaksa karyawannya bekerja tanpa henti.

Dan setelah aku ingat-ingat kembali, liburan itu adalah yang terakhir bagi keluargaku.

Karena harus tetap dirawat di rumah sakit dalam waktu lama, ayahku dipecat dari pekerjaannya.

Tepat sebulan setelah ayah dirawat di rumah sakit. Ayahku pun mengembuskan napas terakhirnya di sana.

Keluargaku pun telah berubah 180 derajat sejak hari itu.

* * *

[Saat ini, 21 September — 2015]

Sekarang, tepat 8 tahun sejak kematian ayah kandungku.

Dan saat ini, aku harus berhadapan langsung dengan ibuku untuk melindungi Haruki-kun.

"Siapa orang yang kamu bawa itu, Sakura?!"

"Dia adalah pacarku, ibu."

Aku harus bisa menghadapinya, jika tidak, maka aku tidak akan bisa melangkah lebih jauh lagi—

"KENAPA KAMU MEMBAWA ORANG SEPERTI ITU KE RUMAH, SAKURA?!"

Ibu berteriak sangat kencang padaku. Namun kenapa aku tidak bisa membuka mulutku untuk membalas perkataannya?

Ayolah... Aku harus bisa membalas perkataan ibu.

"Ibu, aku—"

"Naa... Kenapa kau memarahi anakmu sendiri?! Aku sudah cukup muak melihatmu memarahi Sakura."

Saat aku ingin membalas perkataan ibu, Haruki-kun menyela perkataanku. Dan itu sangat buruk.

"Haruki-kun, sudahlah... Kamu simpan saja amarahmu!"

"Tidak bisa Sakura! Aku tidak bisa menahan amarahku lebih dari ini. Ibumu sudah menampar Akari, dia juga sudah memarahimu. Itu sudah kelewatan!"

"Ha... ruki-kun?!"

Haruki-kun menyentuh pundakku dan maju ke hadapan ibuku.

Tetapi sesaat... hanya sesaat. Aku tidak melihat adanya amarah di mata Haruki-kun. Selain itu, dia sempat tersenyum tipis saat menyentuh pundakku.

Apa yang ingin kamu lakukan, Haruki-kun?

"Kalau kau adalah ibu dari Sakura dan Akari... jelaskan padaku, mengapa kau sangat membenci anakmu sendiri."

Haruki-kun begitu percaya diri saat mengatakan itu pada ibuku. Tetapi ibuku...

"Apa maksudmu?! Kenapa aku harus mengatakannya pada orang sepertimu hah?!"

Ibuku berteriak pada Haruki-kun. Namun Haruki-kun tetap tersenyum saat menghadapi ibuku.

"Aku bisa melihatnya dari matamu... Kalau kau sendiri sangat tidak ingin menyakiti anakmu sendiri kan? Pasti ada sebabnya... alasanmu harus membenci anakmu sendiri."

Saat mendengar Haruki-kun menjawab pertanyaan ibuku. Ibuku mendadak mundur secara perlahan dengan tatapan seperti sedang ketakutan.

"A-Apa yang kau maksud itu?! Aku tidak seperti yang kau katakan itu!"

"Tapi aku bisa mengetahuinya... Kalau kau sangat menyayangi kedua anakmu."

Ibuku terdiam setelah mendengar perkataan itu. Kemudian, dia maju perlahan dan mendekat padaku.

Akari memegang lenganku dengan sangat erat saat melihat ibu berjalan mendekati kami.

Ibu memandangiku dan Akari. Namun... Aku tak melihat kebencian dalam tatapannya sama sekali.

Yang ada hanyalah tatapan mata penuh penyesalan.

Ibu mulai angkat bicara dan hendak memberitahukan sesuatu padaku dan Akari.

"Sakura... Akari... Ibu akan mengatakan pada kalian, kejadian yang sebenarnya."

Kejadian yang... sebenarnya?!

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!