terancam

DOR!! DOR!!

Terdengar suara tembakan diruang bioskop. Semua orang yang didalam berteriak ketakutan dan bingung sendiri untuk keluar dari bioskop. Karena semua pintu dikunci dari luar.

Ana hampir menangis dibuatnya karena suara tembakan pistol semakin terdengar. Sedangkan Alvan dan juga yang lainnya langsung mencar dan mencari tahu siapa pelakunya.

"Gue akan nyusup kebelakang buat cari tahu siapa yang udah buat kericuhan. Sekarang Lo amankan semua orang untuk tetap tenang." Arden mengangguk patuh, Alvan segera berlari kebelakang

Sekelebat Ana melihat seseorang dengan pakaian serba hitam dan juga bertopi hitam berlari bersembunyi. Ana ingin menghampiri tapi Ana takut.

"Ulya, ikut aku kesana." Ujar Ana dengan menggandeng tangan Ulya. Berjalan mengikuti kemana seseorang dengan pakaian serba hitam tadi bersembunyi.

"Ana, kita lagi diamankan sama mereka. Kenapa kamu ajak kesini?" Tanya Ulya bingung campur takut

"Tadi ada seseorang lari kesini." Balas Ana melihat kearah kanan dan kiri, mencari seseorang yang tadinya berhenti di injakan Ana

"Tadi ada Arden, berarti disini juga ada Alvan. Apa mereka ngikutin kita kesini ya?"

Bugh!

Terdengar ada suara ricuh di belakang. Sepertinya ada perkelahian. Dengan segera Ana berjalan kearah sumber suara. Dilihatnya seorang Alvan dengan lelaki tak dikenal tengah berkelahi. Ana ingin melerai, tapi dirinya takut. Karena, perkelahian didepannya sama-sama membawa senjata tajam.

Ana menoleh kebelakang, Ulya sudah tidak bersamanya. Ana berniat kembali untuk mencari Ulya, tetapi jalannya malah dihalangi segerombol lelaki bertopeng yang tak dikenal Ana tentunya.

"Gadis cantik ini mau kemana?" Tanyanya terlihat menggoda Ana. Ke lima lelaki itu perlahan mendekat kearah Ana dan Ana hanya bisa berjalan mundur untuk tetap memberi jarak.

"Rupanya gadis ini tengah ketakutan. Tenang, Abang nggak akan gigit kok." Ujar lelaki itu semakin mendekat kearah Ana. Ana yang sudah terpojok ingin menjerit dan meminta bantuan. Namun, terlihat sia-sia karena ruangan bioskop ini kedap suara.

"Allah maha melihat semua perilaku kalian. Apakah kalian tidak takut dosa?" Tanya Ana

Ke lima lelaki tersebut tertawa. "Apa itu dosa?! Gue nggak takut dosa!" Balas salah satu lelaki itu dengan menekan kalimatnya.

Satu tangan salah satu lelaki itu hendak menyentuh pipi Ana, namun langsung ditepis kasar oleh seseorang. Untungnya Alvan datang diwaktu yang tepat. Alvan langsung menarik kerah baju seseorang yang hendak menyentuh Ana. Memukulnya bertubi-tubi hingga lawannya terkapar lemah tak berdaya.

Alvan segera menghampiri Ana yang sepertinya tengah ketakutan. Mengulurkan tangannya guna membantu Ana berdiri. "Ayo ikut gue."

Ana menatap uluran tangan Alvan. Tidaklah mungkin dirinya mau menerima uluran tangan dari seseorang yang bukan mahram baginya. Pada akhirnya, Ana memilih untuk berdiri sendiri tanpa bantuan Alvan.

Alvan hendak meraih tangan Ana untuk ia genggam dan membawanya keluar. Tetapi, Ana langsung menarik tangannya sebelum Alvan benar-benar menyentuh tangannya.

"Sorry, gue nggak ada maksud untuk pegang tangan lo." Ujar Alvan sadar kalau Ana adalah tipe wanita yang nggak mudah disentuh.

Melihat lawan yang tadinya pingsan dan sekarang sudah sadar, membuat Alvan bingung untuk mencari cara supaya Ana bisa ikut dengannya keluar dari gedung.

Satu ide terlintas di otaknya. Alvan menarik lengan kirinya kedalam dan meminta Ana untuk menggenggam lengan jaketnya.

"Pegang erat dan ikuti langkah gue sampai keluar gedung." Pinta Alvan memberi aba-aba pada Ana. Dan Ana pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Karena menurutnya, Alvan adalah orang baik.

🍃🍃🍃

Alvan merasa lega karena dirinya bisa membawa Ana keluar dengan selamat. Kejadian didalam bioskop hanyalah untuk menakut-nakuti dan mencoba memancing reaksi anak Blaster yang lagi fokus nonton. Dan disalah satu dari mereka memang sengaja ingin menjebak Ana.

"Lo belum disentuh mereka kan?" Tanya Alvan memastikan. Ana menggeleng lemah tanpa menatap Alvan.

Setelahnya Alvan memanggil Ulya untuk pulang bersama Ana. "Lebih baik kalian berdua pulang. Didalam keadaannya lagi nggak aman. Untung tadi gue disini, jadinya bisa cepet teratasi." Ujar Alvan dengan memakai lengan kirinya

"Terimakasih semuanya, kita duluan." Ujar Ulya berpamit. Ia lebih dulu berjalan membelah kerumunan

Sedangkan Alvan masih menatap Ana. Berharap Ana mengeluarkan suara untuknya. Ana langsung memutar badannya hendak menyusul Ulya. Menoleh kearah samping tetapi pandangannya tetap pada tanah.

"Makasih atas bantuan dan perlindungannya." Betapa senangnya hati Alvan mendengar ucapan Ana barusan. Perlindungan? Gue akan selalu usahakan untuk selalu lindungi lo, Ana. Gimanapun caranya apapun resikonya. Batin Alvan

Sepeninggal kepergian Ana dan Ulya, Alvan kembali bergabung pada anak buahnya untuk menyelesaikan kericuhan didalam bioskop.

"Itu semua ulah Nairles terutama Erik. Tadi Erik berusaha untuk sentuh Ana." Ujar Alvan memberi tahu para anggotanya.

"Ana?" Tanya Kenzie merasa tak asing dengan nama Ana yang diucapkan Alvan

"Iya, perempuan yang keluar sama gue tadi namanya Ana. Putri pertama pak Ahmad." Balas Alvan

"Oh, gue kira Ana yang jual cendol dawet sebelah rumah gue."

Dert....... Dert....... Dert.......

Ponsel Alvan berdering. Seseorang yang alvan namai 'Ibu calmer' telah menghubunginya. Dengan semangat empat lima, Alvan langsung menjauh dari kerumunan untuk mengangkat telfon dari ibu calon mertua.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Bu. Ada apa telpon Alvan?"

"Gini nak Alvan. Tadi Ana cerita sama ibu kalau ada aksi penembakan di bioskop. Lalu, Ana hampir dilecehkan oleh seseorang. Ibu bisa diberitahu siapa yang hampir melecehkan Ana?"

"Hm, lebih baik jika saya jelaskan langsung pada ibu Ida atau Abah Ahmad. Saya langsung kesana sekarang."

Sambungan telepon terputus secara sepihak. Alvan langsung menyimpan ponselnya kedalam saku celananya. Segera berlari menuju parkiran dan memakai helm full face nya.

"Mau kemana lo?" Tanya Arden

"Ada perlu bentar."

"Lah, terus ini gimana?" Tanya Kenzie

"Kalian urus aja dulu. Masalah Erik biar gue urus nanti." Balas Alvan yang langsung melenggang pergi meninggalkan parkiran.

🍃🍃🍃

Ana terus-terusan meminta pada Ahmad untuk diantar kembali ke pesantren. Ana merasa lebih aman jika berada di pesantren. Sedangkan sang ibu berusaha membujuk suaminya agar Ana tetap di rumah. Ida merasa senang jika Ana ada di rumah, merasa punya teman meskipun anak sendiri.

"Bah, keputusan Ana udah bulat. Ana mau kembali saja ke pesantren. Meskipun liburan, di pesantren masih ada teman-teman Ana." Ujar Ana meyakinkan Ahmad

"Kamu itu sudah lulus sekolah dan lulus Diniyah, kamu juga tidak mau kuliah. Lalu apa yang kamu fokuskan lagi?" Tanya Ida pada putrinya. Ida takut jika Ana ada yang diberatkan di pesantren dan lebih memilih meninggalkannya.

"Bu, ibu lupa kalau Ana lagi memfokuskan al-"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ana berjalan menghampiri Ahmad, meraih tangan kanan Ahmad untuk di saliminya. Sedangkan Ana langsung membagi jarak sekitar tiga meter dari Alvan. Ana lebih memilih bersama ibunya untuk lebih meyakinkan ibunya. Membiarkan Alvan mengobrol empat mata dengan Ahmad.

"Abah Ahmad mau klarifikasi saya?" Tanya Alvan menebak

"Saya hanya ingin tahu siapa yang mau melecehkan putri saya." Balas Ahmad meluruskan tebakan Alvan

Alvan langsung menunduk. "Saya selalu kakak tiri Erik benar-benar meminta maaf, bah. Mungkin kejadian tadi memang berawal dari konflik saya dengan Erik. Tapi, untungnya saya datang cepat." Balasnya menjelaskan. Rasanya alvan benar-benar merasa bersalah atas apa yang dilakukan adik tiri sialan. Merasa malu dan takut jika Alvan tidak termasuk calon menantu Abah Ahmad.

"Sepertinya anak saya akan selalu terancam jika bersama kamu." Ujar Ahmad terlihat ragu pada Alvan

"Bah, tolong jangan meragukan saya."

"Besok pagi yayasan pengasuh pesantren Putri Abah datang ke rumah. Entah itu mau menjemput Putri Abah untuk kembali atau ada maksud lain." Ujar Abah Ahmad memberitahu Alvan.

"Malam ini saya akan sholat istikharah." Final Alvan pada akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!