2. Hasrat yang terpendam

Tanganku gemetaran ketika sedang mengaduk teh hangat pagi ini. Dua cangkir teh hangat itu akan ku hidangkan untuk 2 pria penting dalam hidupku.

Satu pria di hatiku dan satunya lagi disisiku.

Mereka sedang asik mengobrol diruang tamu. Membicarakan tentang kehidupan Nando di Amerika.

Sejak kedatangan Nando tadi malam, aku belum pernah sekalipun menegurnya atau mengobrol dengannya. Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Hatiku masih terasa teriris ketika melihatnya.

Aku berjalan sepelan mungkin, ku intip mereka dari jauh, mereka sedang tertawa. Ku pandangi wajah Nando, dia masih seperti dulu hanya saja lebih tampan.

Senyumku merekah bersamaan dengan air mataku yang turun tak terkendali. Aku cepat-cepat menghapusnya dari pipiku. Aku tidak boleh terlihat sedih, suamiku bisa curiga.

“Gimana udah punya pacar belum?” tanya suamiku.

Aku agak tertekan mendengarnya. Ku taruh ke 2 gelas ke atas meja. Jantungku berdebar menunggu jawaban Nando. Aku masih berharap dia menjawab ‘Belum’ 

“Belum!” jawabnya singkat. 

Aku tersenyum tak terkendali. Oh ya ampun semoga suamiku tidak curiga. 

“Aura sayang, duduk disini, ikut ngobrol sama kita!” suamiku menyuruhku.

Sekali lagi aku hanya bisa mengangguk seperti robot. Aku duduk disamping suamiku dengan perasaan canggung berlipat ganda.

“Di Amerika kan banyak cewek cantik masa gak ada yang nyantol sih?” ledek suamiku.

Nando terbatuk saat meminum tehnya. Aku menahan diriku untuk tidak berhambur mendekatinya dan mengusap pundaknya. 

“Belum kepikiran kak, masih pengen lanjut S2!” 

Wow...aku berdecak kagum. Aku iri padanya. Apa yang Nando raih adalah impian yang ku pendam.

Aku gagal kuliah karena tiba-tiba saja keluargaku jatuh miskin. Akhirnya untuk mengangkat ekonomi keluarga aku rela di nikahkan. Sungguh hidup yang tidak adil.

Dulu aku memutuskan hubunganku dengannya dan juga menghinanya, sekarang kehidupan kami berbanding terbalik. Sungguh karma yang menyakitkan.

“Jangan kelamaan Nando. Emang jodoh itu udah ada yang ngatur tapi kalo ga usaha ga mungkin dapet, kaya kakak nih contohnya dapetin Aura yang cantik”

Nando tertawa menatap kami. Sama sekali tak terlihat bahwa dia cemburu. Apa Nando telah benar-benar melupakanku?

Dia bahkan terkesan tidak mengenaliku sejak pertama kali kami bertemu. Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat berbeda dan asing? 

“Ali, kamu ga ke kantor?” tanyaku pada suamiku. Namanya Ali Hermawan. Ia  seorang kontraktor yang sukses. 

“oh iya, keasikan ngobrol sama adik kesayangan jadi lupa waktu” Ali bangkit berdiri

“Nando hari ini mau kemana? Kalo mau pergi kita bisa berangkat bareng”

“Enggak kak, aku mau istirahat ajah dirumah”

Istirahat dirumah? Itu artinya seharian ini aku dan Nando akan bersama di rumah?

Entah mengapa aku menjadi resah. Semenjak kedatangannya semalam aku dengan susah payah selalu menghindarinya dan sekarang kami hanya akan berdua saja di rumah?

Pembantuku bi Ina ijin hari ini. Aku jadi semakin panik. 

 Rumah benar-benar sepi. Setelah Ali, suamiku berangkat kerja. Aku mengurung diri di kamar dan Nando juga melakukan hal yang sama.

Aku membuka buku diaryku yang sudah lama tidak ku buka, perasaanku saat ini membuatku merasa ingin menulis lagi.

Aku membuka lembar demi lembar dan aku baru sadar ternyata selama ini aku hanya menulis tentang Nando, bahkan aku tetap menulis tentangnya meskipun aku telah menikah.

Air mataku terjatuh kembali, rasa perih di hatiku sudah tidak bisa ku tahan. Akhirnya aku menangis sambil memeluk buku diaryku.

"Nando maafkan aku..." desahku dalam tangis.

Meskipun aku tahu sangat mustahil bagi kami untuk seperti dulu tapi hasratku padanya masih sangat besar.

Aku mencintainya lebih dari suamiku. Aku menginginkannya lebih dari apapun di dunia ini. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!