Sekali Seumur Hidup

Acara belum selesai, tapi Kenziro sudah salatri. Tangannya gemeteran, wajahnya memucat. Ia hanya berdiri didepan cermin menatap isi dompetnya yang terselip banyak kartu. Yang kini, entah ada isinya atau tidak.

Tangannya membuka bank digital. Kepalanya makin mumet.

"Bentar lagi jatuh tempo gajian karyawan. Duit di rekening pribadi gue tinggal seratus juta. Buat biaya hidup sebulan mana cukup. Sekali pencet barang aja abis anjir," gerutunya yang makin pusing.

Tak lama Kenziro merasa lega. "Tapikan pemasukan gue juga gak kalah banyak. Kenapa harus dipikirin cailah, takut banget lu jadi bangkrut? Haha."

Kenziro membasuh wajahnya. "Banyak pengeluaran tapikan gue juga banyak pemasukan."

--✿✿✿--

Lyodra merentangkan kedua tangannya dan menguap. "Akhirnya acara impian kita selesai."

"Kita?" Kenziro menatapnya heran. "Impian ibu kamu aja kali."

Raut wajah Lyodra berubah kusut. "Maksud kamu apa ya? Gak ikhlas hhahh?"

"Bukan gitu. Ikhlas sih ikhlas." Suara Kenziro mulai melembut. Ia memegang bahu Lyodra dan memeluknya, berharap dia tenang. "Aku seneng kok sayang, akhirnya kita menikah. Kita bisa cosplay pake tema karakter kesukaan kita."

Hati Lyodra menghangat, dia mengangguk dan membalas pelukannya. "Maaf ya, tapi kita bikin usaha bareng kan buat nabung biaya nikah dan beli rumah."

"Iya bener. Tapi aku nombok banyak banget."

Dahi Lyodra mengerut. Dia mulai merasa dongkol. "Kamu kenapa sih sekarang mulai itungan? Padahal pas masih pacaran engga deh. Sikap kamu perlahan berubah. Bener ya kata orang, sikap asli pasangan bakalan kelihatan abis nikah." Ia menghentakkan kaki dan melengos pergi.

Kenziro menghela napas, ia pun menahan lengan Lyodra. "Aku cuman cerita sayang. Apa nada bicaraku salah, sampe kamu ngira aku bukan cerita tapi ngeluh atau marah-marah?"

Melihat Lyodra hanya diam menatapnya sendu. Kenziro hanya tertawa kecil dan mencubit pipinya.

"Kamu hari ini sensi banget. Capek ya?"

Lyodra mengulum senyum dan memeluk Kenziro dengan erat. "Kamu emang paling ngerti aku."

"Ya makanya kita bisa bertahan lama. Bukan cuman karena kita saling mengerti. Tapi emang kita masih saling mencintai."

Keduanya terkekeh secara bersamaan dan Kenziro memangku Lyodra, berputar di atas karpet. Dan duduk berdua di depan balkon kamar menikmati bulan sabit yang indah.

Semua letih hilang seketika bersamaan dengan canda tawa yang menggema. Seperti sepasang anak muda yang baru resmi jadian.

Lyodra bersandar di bahu suaminya. Masih tak menyangka, cowok yang dulu dia idolakan, crush yang sulit dia taklutan kini bisa duduk disampingnya menjadi suaminya.

Kepalanya menoleh, menatap Kenziro penuh senyuman. "Kamu sayang aku gak?"

"Kenapa nanya gitu?" Kenziro menatapnya bingung.

Lantas Lyodra melepas tangannya dan duduk tegak. "Oh kamu udah gak sayang aku?"

"Ya menurut kamu, kalo aku masih duduk disini. Apa itu udah gak sayang? Apa gimana sih heran."

Bibir Lyodra mengerucut. "Padahal apa susahnya jawab iya atau engga. Aku kan cuman nanya. Kalo gitu jawabnya berarti udah gak sayang?" Ia menatapnya sebal dan bergegas masuk ke kamar. Naik ke atas kasur dan menggulung dirinya dengan selimut.

"Ya Allah!" teriak Kenziro dan berlari ikut masuk dan melompat ke kasur sampai bergoyang. "Kamu mau apa sih? Mau aku coblos sekarang kah biar diem?"

Lyodra semakin menggulung dirinya menjauh. Dia juga tidak bicara.

"Sayang."

Lyodra menggeleng dibalik selimut.

"Yang." Suara Kenziro mulai jahil.

"Sayang ih. Ayo deh jangan gini, atau aku buka paksa." Kenziro mulai menusuk-nusuk lengan Lyodra dengan telunjuknya.

Di rasa terus dicuekin, Kenziro pun cuman diem.

Sampai Lyodra heran, takut dia kabur. Jadinya melepas lilitannya dan berdecak sebal. "Rontok hatiku Kentut. Rontok. Kamu kenapa sih ngeselin banget ih! Kamu yang ngajak, giliran di diemin dikit malah pelor."

Lyodra memukuli kasur. Meraung-raung. "Kentut kamu benar-benar ngeselin!" teriaknya tepat di telinga Kenziro sampai dia tersentak kaget.

"Eh apa? Aku salah apa sayangku?"

Lyodra tidak menggubris, langsung menarik selimut saja. "Tau ah!"

"Kenapa sih? Maunya apa sih hah. Capek aku tuh ngertiin kamu yang gak ngerti aku. Kalau sikap kamu kayak begitu lagi gimana kita bisa---"

"Oh kamu maunya gimana hah?" Lyodra terduduk tegak. "Aku tanya mau kamu gimana?"

Kenziro menggeram kesal. "Tau dah capek ngertiin orang yang dirinya aja gak ngerti maunya apa." Ia pun beranjak, membawa rokok elektrik juga handphone keluar ke kamar hotel.

"Yaudah kamu ngomong maunya apa biar plong!"

Kenziro menoleh. "Ngomong doang emang bisa bikin plong? Engga sayang, cuman abis keluar yang bisa bikin aku plong."

"Otak kamu emang mesum terus."

"Emang kenapa? Salah lagi ya," cetusnya. "Bukannya gak apa-apa? Itu biasa aja lo, kamu juga udah jadi istriku. Udahlah kamu tidur aja."

Lyodra paling gak suka kalau udah di situasi gini, seperti dirinya itu hanya diinginkan sesaat, hanya karena kesalahan pahaman kecil saja berdebat. Kenapa jadi tidak saling mengalah begini.

"Kamu lagi pengen?"

Kenziro menggeleng.

"Tuh pundungan gitu ah gak suka."

"Sayang... kamu capek mending istirahat aku mau ke bawah dulu ya cari makanan, aku laper debat terus dari tadi. Cacing diperut aku keroncongan, okei?"

Kenziro sadar, dirinya sudah jadi kepala keluarga. Jadi harus bisa mengatur ego dan emosi.

"Kamu mau nitip? Apa ikut."

Lyodra mengigit bibirnya, bangkit dari tempat tidur dan menurunkan lengan baju tidur berbahan satinnya. Hingga bahunya terlihat jelas.

"Kamu ngapain?"

"Kamu bikin kamu seneng. Ayo sini, aku pasti kasih. Mau yang mana? Dada atau paha, atau semuanya?"

Mana bisa menolak kalau sudah begini. Capek di matanya jadi menghilang, Kenziro berusaha tetap keren cuman hilang setelah Lyodra membuatnya melotot tak bisa berkedip dan mulai melangkah masuk lagi tak jadi keluar.

Itu adalah pelet paling ampuh buat Kenziro dari Lyodra. Karena ia yakin, selepas ini, suaminya akan nempel dan tertidur pulas di pelukannya.

Seperti kini, setelah sayang-sayangam, pria itu langsung mendengkur lembut dan diam. Tidak meracau tak jelas kecuali tangannya tak tinggal diam, masih bergerak meremas jemari kecil Lyodra.

Lyodra mengusap kepalanya, mengecup keningnya berkali-kali. Ngeselin begitu juga dari lubuk hati paling dalam, sedalam Palung Mariana ia tetap dibuat jatuh cinta berkali-kali dan sangat sayang padanya. "Bayi besar aku kini sudah tumbang haha."

Kenziro menggeliat pelan dan memeluknya erat. "Sayang."

"Apa?"

Dengan mata sedikit tertutup, Kenziro menggeram. "Ayo tidur, jangan liatin aku terus. Aku emang ganteng."

Jadi Kenziro sadar dia sedang di tatap penuh love-love di udara?

"Ih engga, siapa juga yang liatin kamu. Aku lagi mikirin cicilan kita lho. Aku minta maaf ya karena aku banyak request. Uang kita jadi berkurang banyak. Tapi kan sayang, ini sekali seumur hidup, kecuali tiap anniversary kita mau adain acara resepsi."

Kenziro menyembunyikan wajahnya di dada Lyodra. Seperti menghirup oksigen yang langka. "Iya boleh, kalau ada uangnya apa sih yang engga buat cintaku sayangku duniaku yang satu ini mwah."

Terpopuler

Comments

menhera Chan

menhera Chan

ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!

2025-08-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!