“OWEEEEEKKKKK OOOOWWWEEEEKK... OOO OOOOWWWEEEKKKK...”
“OOOOWWWEEEEKKK OOOWWWEEEKKK... OOOOWWWEEEKKK..”
Dua bayi yang tadi tertidur dengan pulas. Tiba tiba menangis dengan sangat keras.
Widowati dan Bu Edi pun langsung menoleh ke arah dua bayi yang menangis sangat kencang itu. Yang bertubuh lebih kecil bahkan lebih keras tangisnya dari yang bertubuh lebih besar. Air mata mengucur dengan deras dari kedua ujung mata mereka.
Mulut mulut mungil yang tadi tersenyum manis dengan damai. Kini tampak mewek, ekspresi keduanya terlihat sangat sedih dan takut.
“Sayang ada apa?” tanya Widowati segera duduk di tepi tempat tidur dan meraih dua tubuh itu satu persatu. Lalu dipangkunya.
“Haus atau digigit nyamuk mungkin.” Ucap Bu Edi yang ikut duduk di tepi tempat tidur dan membantu menaruh dua bayi itu di pangkuan Widowati.
Widowati membuka kancing depan blues nya. Dia buka juga bra nya. Dia posisikan mulut mulut mungil itu pada posisi pu ting nya.
Akan tetapi kedua bayi itu masih saja menangis dengan keras, dan dua kepala mungil itu geleng geleng menolak untuk me nyu su.
“Kalian mau apa.. ssttt... ssttt.... ssttttt....” ucap lembut Widowati sambil menggoyang goyang pa ha nya agar dua tubuh mungil itu ikut bergoyang goyang.
“Mungkin dia mendengar ucapan Mbak Wiwid tadi yang takut dan akan memindah bayi bayi ini Mbak..” ucap Bu Edi yang tangannya ikut mengusap air mata di wajah kedua bayi itu.
“Oooowwweeekkkk.... Owweekkkk...”
“Oooowweekkkk... Oweekkkk...”
“Apa kalian tidak mau pergi dari sini?” tanya Widowati sambil menatap wajah dua bayi.
Tangis kedua bayi itu terdiam, kedua matanya yang masih basah oleh air mata menatap wajah Widowati. Ekspresi wajah keduanya tampak sedih dan penuh permohonan pada Widowati.
“Benar kan Mbak, tuh mereka diam, dan tampak mereka sangat takut jika dipindah oleh Mbak Wiwid.” Ucap Bu Edi sambil mengelus kepala kepala dua bayi itu.
“Kalau dari cerita orang orang. Dua bayi tanpa dosa ini, kasihan Mbak. Sejak awal mereka berdua diketahui ada di rahim Bu Kadus dan Bu Waspo, mereka akan digugurkan..” ucap Bu Edi yang mendengar cerita yang tersebar di dusun Argo Pura.
“Mereka berdua macam kurang kasih sayang Ibu, Mbak. Mungkin mereka tadi sudah merasakan belaian kasih dari Mbak Wiwid, jadi tidak mau pergi dari sini Mbak..” ucap Bu Edi lagi.
“Kasihan...” ucap Widowati sambil jari jari tangannya membelai lengan bayi bayi itu.
“Iya Mbak, Ibu Ibu mereka makan nanas muda satu kebun. Tapi tidak runtuh juga mereka berdua, malah semakin kuat. Dikuret dan disedot juga tidak mempan. Malah ibunya yang sakit.” Ucap Bu Edi lagi.
“Astagfirullahaladzim... kasihan kalian Nak...” ucap Widowati sambil menundukkan kepala dan mencium puncak kepala dua bayi itu.
Tubuh kedua bayi itupun didekap lebih erat oleh Widowati. Tangan tangan mungil itu pun menempel pada tubuh Widowati bagai membalas delapan tangan Widowati.
“Saya dulu yang ingin momongan sampai segala cara saya lakukan Bu.. setelah bertahun tahun baru bisa mengandung. Tapi anak yang saya lahirkan meninggal.. Saya dianggap tidak bisa menjaga anak. Dan dianggap tidak bisa lagi memberikan keturunan..“ ucap lirih Widowati yang air matanya mulai menitik.
“Sabar Mbak.. saran saya dirawat saja bayi bayi ini Mbak. Dan memohon perlindungan dari Allah. Agar Mbak Wiwid selamat dunia akhirat...” ucap Bu Edi sambil menatap Widowati.
“Tapi saya bingung Bu. Saya memang kasihan dengan bayi bayi ini. Tetapi saya sangat takut dengan bapak nya.” Ucap Widowati jujur apa adanya.
“Maka sembahyang Mbak Wiwid dan laku batin. Kalau saya selain sembahyang wajib dan ngaji. Saya juga puasa senin kamis.” Ucap Bu Edi.
“Bapaknya bayi bayi ini sepertinya juga mem per ko sa Bu Kadus dan Bu Waspo, karena perbuatan jahat mereka berdua pada kaum papa miskin juga menyebarkan berita kalau gadis yang di per ko sa oleh suami suami mereka hamil dari bapak nya bayi bayi ini.”
“Jadi balas dendam Mbak. Bu Mandor Yayuk yang cantik, baik hati dan rajin sembahyang juga rajin puasa, aman kok Mbak. Padahal proyek Bu Mandor itu dulu tempat bapaknya bayi bayi ini.” Ucap Bu Edi lagi..
“Iya Bu, akan saya coba rawat dua anak ini.” Ucap Widowati dan kembali mengecup puncak kepala dua bayi itu secara bergantian.
Merasakan kasih sayang dari Widowati dan mendengar akan dirawat oleh Widowati. Mulut mulut mungil bayi bayi itu pun segera mencari pu ting su su Widowati. Kedua mu lut itu pun segera meng hi sap asi.
Tubuh mungil dua bayi itu itu melekat di dada Widowati. Tidak ada suara tangis lagi. Nafas dua bayi itu pun sudah teratur. Keduanya pun tampak kembali tenang dan damai lama lama tertidur lagi.
Perasaan hati Widowati pun menjadi hangat dan damai..
Widowati tersenyum kecil. Di pipinya, setetes air mata jatuh. Entah siapa yang lebih butuh ini: bayi bayi yang kehilangan ibunya, atau perempuan yang kehilangan bayinya.
Widowati kembali mendekap erat dua bayi bayi itu. Bayi bayi yang bukan darah dagingnya. Tapi mulai mengikat hatinya.
“Baiklah Mbak Wiwid, saya pulang ya.. Saya bantu doa. Agar Mbak Wiwid selamat dunia akhirat..” ucap Bu Edi saat melihat kedua bayi itu sudah tenang dan Wido wati sudah mengambil keputusan untuk merawat bayi bayi itu.
“Iya Bu, terima kasih. Dan tolong sampaikan pada Bu Yandu kalau sudah ada bayi bayi yang membutuhkan Asi saya Bu.” Ucap Widowati.
“Besok saya juga akan lapor Pak Er Te. “ ucap Widowati lagi sambil menatap Bu Edi yang bangkit berdiri.
Setelah dua mulut mungil itu melepas pu ting nya. Widowati menaruh bayi bayi itu di atas tempat tidurnya.
Malam pun semakin larut. Karena tempat tidur itu kecil. Widowati pun mengalah tidur di lantai bawah di dalam kamar itu dengan beralaskan karpet.
Widowati belum bisa memejamkan kedua matanya. Perasaan hatinya benar benar campur aduk. Senang, takut dan juga khawatir..
“Aku belum punya pekerjaan. Sementara sekarang aku punya dua bayi.” Gumam Widowati di dalam hati sambil mata berkedip kedip karena otak nya mikir mencari uang untuk menghidupi dirinya dan kedua bayi nya.
“Aku tidak mungkin minta bantuan Mbak Retno terus. Dia sudah banyak memberi bantuan ke aku.” Gumam Widowati lagi.
Akan tetapi tiba tiba telinga Widowati bagai mendengar suara langkah kaki di depan rumahnya.
Widowati mengangkat kepala yang sudah dia taruh di atas bantal. Pandangan matanya tertuju ke arah jendela kaca yang sudah tertutup rapat oleh gorden.
“Siapa ya? Apa orang ronda?” gumam Widowati lalu bangkit berdiri.
Widowati yang pemasaran lalu melangkah menuju ke arah jendela kamar nya.
“Kok dari tadi macam ada yang mengintip di jendela. Kalau makluk gaib apa ada suara langkah kaki.” Gumam Widowati di dalam hati.
Dia si bak pelan pelan gorden jendela kamar itu. Widowati mengernyitkan keningnya saat melihat ke luar..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ
coba minta modal sama juragan kontrakan pohon duwet mbak Wid.. /Slight/
2025-08-17
3
FiaNasa
mungkin itu om Wowo pengen bilang trimakasih tp malu gitu😅om Wowo skrg harus kerja ya bantu widowati,biar bisa beli keperluan anak²nya omwowo ya
2025-08-17
2
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
semoga aja nanti Om Wowo ngasih duit juga buat kamu, mbak Wid😁
2025-08-17
2