Bab. 2.

“Siapa?” tanya Widowati dengan suara keras, sambil melangkah keluar dari kamar menuju ke pintu depan yang diketuk ketuk.

“Saya.” Suara seorang perempuan.

Widowati cepat cepat membuka pintu rumahnya yang terbuat dari double tripleks. Tampak seorang perempuan setengah baya, memakai baju daster tersenyum ke arahnya sambil mengulurkan tangan nya.

“Mbak yang mau menempati rumah ini ya? Kenalkan nama saya Bu Edi. Saya senang rumah di samping saya sudah dihuni Mbak. Saya janda, punya dua anak tetapi anak saya kerja berangkat pagi pulang malam.. sepi di rumah sendiri di dekat kali. Jadi saya senang kalau ada yang menempati rumah ini. Saya ada teman.” Ucap perempuan setengah baya itu yang merupakan tetangga sebelah Widowati.

“Ooo kenalkan Bu, nama saya Widowati , biasa dipanggil Wiwid. Saya juga janda Bu.. senang saya jadi tetangga Ibu Edi. Maaf malah saya yang orang baru belum mengenalkan diri.” Ucap Widowati sambil berjabat tangan dengan Bu Edi.

“Iya Mbak, tidak apa mana yang lebih dulu saja. Saya sangat senang punya teman. Sepi di sini. Rumah rumah kosong. Katanya takut mereka menempati rumah di sekitar sungai ini..” ucap Bu Edi sambil menoleh menatap sungai.

Di lokasi dekat rumah yang dikontrak Widowati memang banyak rumah yang kosong tidak dihuni oleh manusia.

“Memang ada cerita apa Bu? Mbak Retno saudara saya juga bilang katanya sungai ini agak angker maka rumah dikontrakkan murah. Saya terpaksa Bu mencari kontrakan yang murah murah. Karena uang saya tidak banyak.” Ucap Widowati sambil mengusap tengkuknya yang kembali berdiri.

Sesungguhnya dia juga takut akan tetapi keadaan memaksa dia harus berani dan harus melawan rasa takut itu.

“Ya katanya ada macam macam Mbak. Tapi tenang saja. Lha saya sudah bertahun tahun di sini juga aman aman saja kok... Cuma hati hati saja Mbak kadang ada ular..” ucap Bu Edi dan sesaat dia mengernyitkan keningnya menatap dada Widowati yang besar dan baju kembali basah tepat di payu dara nya.

Widowati yang merasa ditatap dadanya langsung memegang dadanya sendiri yang memang terasa sangat sakit.

“Maaf Bu, saya sebenarnya harus menyusui tapi anak saya meninggal. Sakit sekali ini..” ucap Widowati terus terang..

“Owalah turut berduka cita mbak Wiwid. Saya paham pasti sakit banget itu. Dipompa saja Mbak, bisa disumbangkan ke pos yandu, siapa tahu ada yang butuh. Mbak Wiwid jadi tidak sakit lagi pa yu dara nya dan bisa menjadi berkah dapat pahala Mbak..” ucap Bu Edi tampak bisa berempati merasakan sakitnya Widowati.

“Iya Bu terima kasih.”

“Ya sudah saya pamit dan saya minta nomor hand phone Mbak Wiwid ya, nanti saya bilang ke Bu Yandu, kalau ada yang butuh Asi bisa menemui Mbak Wiwid. Waktu itu Bu Yandu bilang banyak ibu ibu muda mengeluh Asi tidak keluar .” Ucap Bu Edi sambil meraih hand phone dari saku daster nya.

Setelah Widowati menyebutkan nomor hand phone nya dan sudah dimasukkan ke dalam kontak di hand phone Bu Edi. Perempuan setengah baya itu segera pamit pulang.

Dia yang sebenarnya juga sering mendengar suara suara gaib, dan melihat penampakan penampakan tidak terus terang mengatakan pada Widowati. Agar Widowati tidak takut dan tidak pindah.

Sudah banyak orang mengontrak rumah itu, namun hanya bertahan beberapa hari saja, lalu pergi.

Widowati segera menutup pintu rumah nya. Dan kembali menuju ke kamarnya..

“Untung peralatan itu aku bawa.” Gumam Widowati sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Widowati segera mengambil tas berwarna biru muda bermotif kartun. Tas yang berisi peralatan pompa asi dan botol botol dot, juga kantung kantung tempat Asi, yang sedianya untuk keperluan anaknya.

“Semoga saja Asi ku bisa berguna bagi bayi bayi yang membutuhkan.” Gumam Widowati sambil memompa pa yu da ra nya.

Akan tetapi tiba tiba bulu kuduk Widowati kembali meremang. Dia kembali merasa ada mata yang memperhatikan nya..

Widowati menoleh ke arah jendela kaca kamarnya..

“Kok macam ada yang mengintip. Jadi tidak nyaman saja aku memompa.” Gumam Widowati lalu melepas pompa dan menangkupkan baju yang kancingnya tadi dibuka.

Widowati melangkah menuju ke jendela kaca kamarnya.

“Padahal ya tidak ada orang.” Gumam Widowati yang tidak melihat satu orang pun lewat di jalan depan rumahnya. Jalan itu benar benar sepi.

Agar Widowati merasa tenang dan aman, dia menutup gorden jendela kaca itu.

Widowati kembali memompa pa yu da ra nya. Asi yang keluar dari pa yu da ra Widowati sangat banyak. Dia waktu hamil sampai melahirkan sudah minum banyak vitamin untuk produksi Asi. Selain itu dia pun juga makan sayur daun katuk dan daun adas yang bisa melancarkan dan meningkatkan produksi Asi.

Widowati menaruh Asi pada botol botol.

“Biar aku taruh di botol botol dulu. Nanti kalau ada yang minta biar aku pindah ke kantung kantung.” Ucap Widowati sambil mengambil botol botol yang penuh Asi. Akan dia taruh ke dalam kulkas sambil menunggu orang orang yang membutuhkan.

“Untung dapat hibah kulkas bekas dari Mbak Retno, bisa aku gunakan untuk menyimpan Asi.” Gumam Widowati sambil melangkah keluar dari kamar.

Widowati pun menaruh botol botol berisi Asi itu ke dalam kulkas.

“Sudah mendingan sekarang tidak begitu sakit dan tidak mengucur.” Ucap Widowati sambil menutup pintu kulkas.

Widowati lalu melangkah menuju ke kamar mandi,, untuk membersihkan tubuhnya.

Beberapa menit kemudian Widowati keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan segar. Widowati yang memakai bath robe warna biru itu segera melangkah menuju ke kamarnya.

Sesaat terdengar bunyi dering di hand phone miliknya. Dengan cepat Widowati meraih hand phone yang berada di atas meja.

“Siapa ya?” gumam Widowati saat melihat sederet angka melakukan panggilkan suara.

Dengan hatI hati Widowati menggeser tombol hijau..

“Hallo Mbak Wiwid, ini sudah ada yang butuh Asi. Dia sudah di rumahku. Katanya tadi baru saja ke rumah Mbak Wiwid tapi sepi.” Suara Bu Edi di balik hand phone milik Widowati.

“Ini Bu Edi ya, maaf tadi saya baru mandi Bu. Baiklah sekarang boleh ke sini atau saya antar ke rumah Bu Edi.”

“Terserah Mbak Wiwid, mau diantar ke sini juga boleh Mbak. Sambil menemani saya minum teh. Ini Mbak Erni menunggu di sini.” Suara Bu Edi lagi.

“Baik Bu, tunggu ya saya ganti baju dulu.” Ucap Widowati dan setelah Bu Edi mengiyakan sambungan telepon pun berakhir.

Widowati cepat cepat berganti baju dan mengolesi wajah dengan krim tipis tipis.

“Syukur alhamdulillah jika ada yang membutuhkan.” Gumam Widowati sambil melangkah ke luar dari kamar menuju ke kulkas.

Akan tetapi kedua mata Widowati melebar dan jantung berdebar debar lebih kencang, saat membuka pintu kulkas...

“Kok tidak ada? Tadi aku taruh di kulkas bawah.” Gumam Widowati saat tidak melihat botol-botol yang berisi Asi.

Tangan Widowati segera membuka penutup freezer. Namun sama saja tidak ada botol botol yang dia cari.

Keringat dingin Widowati pun mulai keluar dari pori pori kulitnya..

Terpopuler

Comments

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

bayik2 ku haus, jadi ASI mbak Wiwid aku ambil dulu, besok lagi yaaa... kata oom Wowo👻👻👻

2025-08-15

5

@💜⃞⃟𝓛 ❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈

@💜⃞⃟𝓛 ❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈

huwaaaa
maaf mbk yu thor twrnyata blm ku masuk fav jd g tau klo udh up terus 😭😭

2025-08-19

2

YuniSetyowati 1999

YuniSetyowati 1999

Papa Wowo datang minta lontong harus baik2 lo.Jangan dibuat takut & merinding disko.

2025-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!