Bab. 4.

“Nak kalian kedinginan ya...” ucap Widowati saat sudah duduk di tepi tempat tidur.

Kedua bayi itu hanya bergerak gerak kedua tangan dan kakinya.. bibir mungil pun tersenyum sambil bergerak gerak bagai ingin menjawab pertanyaan Widowati.

Kedua tangan Widowati cepat cepat melepas daun pisang penutup tubuh dua bayi itu.

Kedua mata Widowati agak menyipit melihat bulu bulu halus tumbuh di sekujur tubuh kedua bayi itu.

“Ah kalian sepasang, apa kalian kembar?” tanya Widowati sambil tersenyum bibirnya saat melihat alat ke la min dua bayi itu.

Yang perempuan tubuhnya lebih kecil dari yang laki laki.

“Sebentar ya, aku ambilkan baju baju. Tapi adanya baju untuk cowok.” Ucap Widowati lalu cepat cepat membuka travel bag yang berisi baju baju bayi.

Baju baju dan perlengkapan almarhum anaknya memang dia bawa. Karena dia merasa sayang jika barang barang itu hanya dibuang saja oleh mertua dan Ibu tirinya. Dia bawa untuk berjaga jaga jika ada orang yang membutuhkan. Di samping itu juga untuk mengenang almarhum anaknya.

Widowati segera memakaikan baju baju pada dua bayi itu. Tidak lupa dia olesi juga tubuh bayi bayi itu dengan minyak telon.

Kini tampak dua bayi itu lebih tenang dan tidak bergerak gerak. Kedua mata bayi bayi itu juga terlihat sayu.. keduanya merasa mengantuk karena perut sudah kenyang asi dan tubuh hangat juga harum bayi.

“Aku sembahyang dulu ya. Kalian bobok kalau mengantuk.” Gumam Widowati. Tidak lupa tangan Widowati membelai belai dulu pipi dua bayi itu yang tampak menggemaskan.

“Padahal kalian cakep cakep, yang satu ganteng yang satu cantik.” Ucap Widowati sambil ujung telunjuknya membelai hidung hidung mungil yang mancung.

Widowati pun segera menjalankan sembahyang maghrib. Dia merasa bersyukur jika asi nya bisa berguna. Juga bersyukur baru saja mendapatkan dua bayi.

“Ya Allah jika aku harus merawat kedua bayi itu aku ikhlas. Namun juga jika orang tuanya mau mengambil aku pun ikhlas. Hanya Engkaulah ya Allah pencipta dan pemilik makhluk di alam ini.. Aku sebagai umat hanya mampu memohon... “ doa lirih Widowati di penutup sembahyang nya.

Di saat Widowati menutup muka dengan kedua telapak tangannya. Telinga Widowati kembali mendengar suara Bu Edi.

“Mbak Wiwid apa tadi memanggil saya? Saya tadi baru sembahyang terus menyiapkan makanan untuk anak anak. Ada apa Mbak?” Suara Bu Edi agak keras.

Widowati segera bangkit berdiri dan melepas mukenanya. Dua bayi yang ada di atas tempat tidur kecilnya tampak sudah pulas tertidur. Bibir bibir mungil itu tampak tersenyum damai. Widowati yang menatapnya hatinya juga teraliri rasa damai.

“Iya Bu.” Ucap Widowati sambil melangkah keluar dari kamar.

Widowati segera membuka pintu rumahnya. Bibir Widowati tersenyum lebar. Karena dia benar benar merasa bagai mendapat anugerah besar sore ini. Meskipun sebagian ruang hatinya juga ada rasa takut.

“Ada apa Mbak Wiwid kok seperti nya Mbak Wiwid senang sekali? Macam mendapat durian montong runtuh saja?” tanya Bu Edi terlihat heran melihat wajah Wiwid yang tersenyum lebar dan berseri seri sangat berbeda dengan ekspresi wajahnya tadi.

“Bu, lihat sini!” ucap Widowati sambil menarik tangan perempuan setengah baya itu.

Letak kamar tidur di rumah itu yang ada di depan bersebelahan dengan ruang tamu. Hanya dalam tiga langkah saja dua perempuan itu sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka.

Kedua mata Bu Edi melotot melihat dua bayi besar besar ukuran nya, tertidur pulas di atas tempat tidur Widowati. Ukuran bayi bayi itu memang lebih besar dari ukuran bayi normal. Baju baju yang dipakai kedua bayi itu pun terlihat sangat ngepas. Padalah kalau dipakai bayi normal agak longgar.

“Aku tidak salah lihat?” gumam Bu Edi sambil mengucek ucek kedua matanya.

“Tidak Bu, bayi bayi itu tadi ada di dalam kamar saya. Mungkin ditaruh saat saya sedang omong omong dengan Bu Edi atau saat saya sedang wudu di kamar mandi. Tadi cuma dibungkus daun pisang Bu, kasihan bayi kok dibungkus daun pisang macam lemper saja.” Ucap Widowati sambil melangkah mendekati bayi bayi yang sudah terlelap.

“Anak anak siapa ya Bu?” tanya Widowati selanjutnya.

Bulu kuduk Bu Edi meremang. Dia memang pernah mendengar suara tangisan bayi bayi dari arah pohon di pinggir sungai. Tetapi baru kali ini dia melihat bayi bayi dengan ukuran jumbo itu.

Bu Edi yang juga sudah mendengar kasus Bu Kadus dan Bu Waspo yang di per ko sa oleh Grenduwo pun, sangat penasaran dengan wujud bayi bayi itu. Dia melangkah pelan pelan, antara rasa penasaran dan juga takut takut..

“Mbak bayi bayi itu bisa dipegang?” tanya Bu Edi yang pelan pelan mendekat.

“Bisa Bu, tadi saya kasih minyak telon dan saya beri baju. Kasihan mungkin mereka tadi kedinginan. Tapi tidak menangis hanya tubuhnya bergerak gerak. Setelah saya kasih minyak telon dan kasih baju, anteng terus tertidur.. anak siapa ya Bu.” Ucap Widowati sambil membelai rambut kepala dua bayi itu yang tumbuh hitam lebat.

Bu Edi masih berdiri di dekat tempat tidur itu sambil menatap wajah dua bayi bayi tanpa dosa itu. Kedua mata Bu Edi agak melebar dan mulut agak terbuka, karena Bu Edi benar benar terheran heran melihat dua bayi campuran manusia dengan makluk gaib itu.

“Mereka berdua sangat mirip dan menurun wajah cantik Ibu Ibu mereka yang sangat mirip.” Gumam Bu Edi sambil menatap hidung mungil yang mancung dan bibir mungil yang manis. Cuma berbeda ekspresi saja. Jika wajah ibu ibu mereka pelit senyuman wajah bayi bayi itu tersenyum manis tanpa dosa

“Bu, siapa Ibu Ibu mereka, saya kira mereka kembar sepasang? Di mana Ibu ibu mereka kenapa bayi bayi itu berada di sini?” tanya Widowati sangat penasaran.

Tangan Bu Edi memegang pelan lengan Widowati..

“Mbak, saya bilang tapi jangan takut ya?” ucap Bu Edi lirih, yang kembali meremang bulu kuduknya. Baru mau omong saja dia sudah merinding njegrik. Berdiri bulu kuduknya.

“Katakan saja Bu. Saya sudah niati untuk tinggal di rumah ini karena kondisi ekonomi saya. Katakan yang sejujurnya agar saya bisa berjaga jaga.” Ucap Widowati sambil menatap wajah Bu Edi yang sedikit memucat karena takut.

“Ehem... ehem... “ Bu Edi berdehem dehem karena tiba tiba kerongkongan nya terasa kering.

“Mbak, ibu mereka kakak beradik. Mereka berdua sudah seusia saya..”

“Terus mereka meninggal setelah melahirkan? Sudah tua kok bisa hamil Bu?” saut Widowati tampak heran dan penasaran.

“Mereka berdua hamil karena diper ko sa oleh Grenduwo .” ucap lirih Bu Edi tapi bagai halilintar di telinga Widowati.

Widowati yang sangat takut langsung berdiri. Bulu kuduk meremang dan jantung berdebar debar sangat kencang..

“Bu saya takut.. “ ucap Widowati yang wajahnya memucat tubuh gemetaran. Dia pun takut jika senasib dengan ibu ibu bayi bayi itu.

“Bu, kita taruh ke mana bayi bayi ini? Saya takut bapak nya ke sini Bu..” ucap Widowati yang ekspresi wajahnya sudah tampak hampir menangis. Kedua mata Widowati sudah memerah.

Dan bersamaan dengan itu terdengar suara yang sangat mengagetkan mereka berdua..

Terpopuler

Comments

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

yg laki anaknya Bu kardus yg perempuan anaknya Bu Waspo

2025-08-16

5

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ

oom Wowo, kalau mau anaknya diurusi bener, gak boleh nakal, gak boleh nakutin, gak boleh jail, gak boleh ganggu, malah harus bantuin mbak Wiwid /Pooh-pooh//Pooh-pooh/

2025-08-16

3

Wanita Aries

Wanita Aries

Wuaduhh om wowo jgn nakutin dong kasian itu bu wiwid

2025-08-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!