Sisi Gelap Istri Pendiam

Sisi Gelap Istri Pendiam

1.Ehh, Mandul

"Tiara kamu mandul kok masih punya muka datang di acara tujuh bulanan. " Hardik Bima suamiku.

Padahal dia juga hadir, ini acara tujuh bulanan adik iparku yang baru menikah dua bulan tapi sudah hamil tujuh bulan, padahal masih SMA. Lebih miris lagi dia jadi pelakor.

"Hai mandul, tebal banget bedak istrimu sehingga masih punya muka datang di sini." Sindir bu mertua.

"Maaf Bu tapi saya harus mendampingi suamiku takut banget pelakor ada dimana mana." Jawabku sekenanya.

Membuat semua orang melirik ku dengan tatapan berbeda beda, entah mereka suka atau tidak bukan urusanku.

"Hai, kak Bima udah lama kita gak jumpa masih ganteng saja." Puji seorang wanita yang lebih tua dariku.

Sementara suamiku melebarkan senyuman karena di puji tante tante itu, saya tidak kenal dan baru lihat muka dia. Tapi ku lihat mereka cukup akrab.

"Itu loh mantan pacarnya Bima waktu SMA dan katanya wanita itu sudah jadi janda kaya raya di kota sebelah."

"Iya tapi kok tua ya. "

"Gimana gak tua mereka pacaran dulu beda sepuluh tahun."

Ujar para ibu ibu ngerumpi di sampingku. Bahkan kali ini tante tante itu lebih genit seolah olah minta di garuk. Mas Bima malah seolah olah menikmati, lihat saja apa yang akan ku lakukan.

Setelah acara saya langsung pulang dan suamiku entah kemana, tapi saya baru ingat ponselnya sudah saya sadap dari beberapa minggu yang lalu karena ada bekas lipstik wanita di bajunya.

Saya masak makan malam untuk diriku saja, boro boro masak untuk suami uang bulanan saja saya tidak di kasih, makanlah kerikil kalau pulang.

Tepat selesai makan ku dengar mobil suamiku pulang, sambil bersiul sepertinya sangat bahagia. Hanya ku tatap wajahnya tanpa ingin bicara karena saya tau dia baru pulang main dengan tante tante itu.

"Aku lapar kamu masak apa? " Tanyanya enak benar apa dia tidak di kasih makan.

"Emang kamu pernah kasih saya uang bualan? " Tanya ku cuek.

"Kalau begitu ini uang sepuluh ribu belikan saya rendang di depan sana." Dia menyimpan uang sepuluh ribu di tanganku.

"Cepat ya, saya mandi dulu, sepuluh menit harus sudah ada. " Ucapnya lagi.

Salutlah sama suamiku ini, uang sepuluh ribu minta beli rendang, tapi tidak masalah. Mungkin dia pengen makan rendang.

"Mana rendangnya sudah jadi kan."

Aku hanya mengansurkan rendang yang ada di piring dan sebungkus nasi yang kubelikan di warteg.

"Kamu waras kan Tiara, aku minta rendang." Ucapnya kesal.

"Iya kalau mau makan rendang dengan sepuluh ribu ya begitu mas, ni bahkan masih ada sisa seribu." Aku memberinya uang kembalian.

"Ini mie rasa rendang, bukan rendang. Kamu bodoh banget jadi orang." Makinya.

Saya tidak peduli saya masuk dalam kamar untuk tidur, ladeni manusia yang tidak ngotak kalau suruh orang. Mana ada nasi rendang sepuluh ribu.

Saya terlelap karena cape seharian acara keluarga suamiku itu, di sana selain di hina sempat jadi babu untuk angkat angkat piring kotor.

"Sayang aku kangen, mau nggak, "

bisik mas Bima di telingaku, ternyata sudah subuh.

"Nggak mas aku cape." Tolak ku.

Malas lah, nanti kena penyakit susah obatinya, dia suka main perempuan di luar sana. Pagi ini saya bangun pagi sekali untuk buka toko kue ku. Walaupun masih toko kecil tetap ku hargai usahaku.

"Tiara, mana kopiku."

"Gak ada gula, gak ada kopi." Ucapku sambil berlalu.

"Mandul, banyak gaya, kan ada uang kamu pake lah itu." Ucapnya.

"Gak ada. " Ucapku cuek saja.

Selama ini saya diam tidak peduli apa kata katanya, masih ku hargai jadi suamiku, tapi setelah saya tau semua uangnya habis karena suka jajan di hotel saya pun mulai persiapkan diri untuk berpisah.

Saya mengumpulkan bukti bukti yang bisa memberatkan dia di pengadilan, saya tidak peduli dengan status janda, toh saya punya usaha sendiri, saya juga sudah tidak di nafkahi selama dua bulan.

Sesampainya di toko seperti biasa saya mempersiapkan semuanya sebelum karyawanku datang. Saya punya karyawan dua orang satu jadi kasir sama pramuniaga dan satu membantuku di belakang buat adonan kadang kami bertiga bikin kue kalau tidak ada pembeli.

Beginilah nasib perintis jatuh bangun, tapi karena semangat ku yang membara tidak menyurutkan kegigihan ku.

"Salamualaikum bu," Sapa Nani.

"Walaikumsalam." Jawabku sambil ngelap etalse kebetulan ada kue roti tawar jadi ku pajang sama roti roti lainnya.

Sementara kedua karyawanku mengerjakan apa yang mereka ingin kerjakan, nama toko ku TIARA CAKE'S & BAKERY.

alhamdulillah usahaku yang dua tahun lalu berkembang dan saat ini sudah banyak penggemarku kadang karyawanku suka aplod di sosial media.

"Hallo selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu kak." Sapaku pada pelanggan pertamaku.

"Kak ada menu atau varian kak."

"Ada kak, kebetulan ada varian terbaru di toko kami yaitu cookies almond, almond impor dan premium."

"Iya kak, saya cari buat hampers."

"Iya kak silahkan piliha varian semua cocok untuk di jadikan Hampers. "

Setelah membuat bingkisan untuk Hampers untuk diambil jam lima sore, ternyata ada pesanan kue ulang tahun untuk di hotel Combad.

Hari hari demi hari ku jalani setip hari semakin hampa bahkan suamiku alasan pergi keluar kota ternyata diam diam melamar wanita lain.

Memang karirnya cukup gemilang bahkan keluarga nya dialah yang di banggakan, saya harus mempersiapkan diri agar tidak terlalu miris hidupku. Aku memang paling bodoh saat ini sehingga banyak orang memandang ku seblah mata.

Malam hari pulang ke rumah dan ku dapati ibu mertuaku sudah berada di depan pintu sambil bertolak pinggang seolah olah aku musuhnya.

"Darimana kamu jam begini masih keluyuran di luar. " Makinya.

"Saya baru dari toko bu." Jawabku.

"Hallah, toko kecil saja kok bangga, seharusnya jadi istri yang madul itu di rumah."

Kalau makin di biarkan aku makin sakit hati, kalau begitu mau perang mulut ayo. Capek saya seharian pulang hadapi mak Lampir.

"Apa maksud anda ya, kalau kamu tidak suka lihat saya silahkan kamu pergi dari rumah ini." Usirku.

"Berani kamu sama saya, saya laporkan ke Bima biar kamu jadi janda mau." Ancamnya.

"Lapor saja sana. Aku jadi janda juga tidak rugi. Masih banyak tu duda keluaran terbaru masih fresh." Ucapku tidak mau kalah.

Ibu mertua langsung pergi sambil menghentakan kakinya sepertinya dia suka sekali cari masalah. Saya langsung masuk ke dalam kamar ku. Apa rumah ini ku jual saja ya, tapi biarlah sedikit lagi sampai berhasil ku gugat suamiku di pengadilan.

Terpopuler

Comments

Lisa Yacoub

Lisa Yacoub

thor, ma'af ...rasaya kaku benerkok pake " saya"?

2025-10-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!