Wina tersenyum sinis melihat suaminya itu, dia yakin suaminya akan menyangkal dengan seribu alasan.
"Aku mau masuk kedalam, aku capek". Wina melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan perkataan mertua dan suaminya.
Melihat istrinya masuk kedalam setelah mengatakan hal itu, dia menghentikan aksinya untuk memarahi istrinya, dia takut kalau yang dimaksud istrinya adalah dirinya karena dia memeng berada di mall sejak tadi
"Bu lebih baik kita tidak usah memperpanjang masalah, aku tidak mau Wina semakin marah sama kita dan berujung tidak bisa memanfaatkannya lagi, emang ibu mau?? ". Tanya dengan sedikit tekanan.
Dia tahu ibunya pasti tidak ingin kehilangan sumber uangnya karena ibunya sangat suka berbelanja.
"Tapi Ren, sikapnya sudah keterlaluan sama kita, dia tidak menghormati kita lagi sebagai keluarganya".
"Sudahlah bu, seperti nya dia sedang banyak pikiran dan masalah, kalau kita tambah lagi bisa kita yang akan kena masalah nantinya, apalagi tadi dia mengancam akan mengusir ibu dari rumah yang sekarang jika ibu terus menerus meneror nya dnegan minta uang".
"Apa??, kok bisa??, dasar kurang ajar, ibu akan buat perhitungan padanya, seenaknya dia bicara". Sungut Bu Surti dengan amarah.
"Aduh bu, dia sudah memperingati kita dengan tegas, jangan sampai dia melakukannya, ibu tahu sendiri seperti apa dia". Ucapnya dengan memelas
Dia tidak mau ibunya membuat masalah lebih besar lagi, bisa gawat jika mereka kembali bertengkar dan berujung mereka diusir dari sini padahal rencananya belum dia lakukan.
"Tunggulah bu, sampai semua asetnya aku pindahkan atas namaku, baru kita hajar dia habis-habisan".
"Sial, awas saja mantu sialan itu, akan ibu beri pelajaran nanti kalau hartanya sudah kita kuasai".
Tanpa mereka tahu, perkataan dan percakapan mereka semua sudah direkam oleh Wina, dia tidak langsung masuk ke kamar nya melainkan bersembunyi dibalik tembok dan merekam mereka secara diam-diam, dia memerlukan banyak bukti agar saat persidangan suami dan keluarganya tidak akan berkutik.
"Kita lihat saja siapa yang akan menderita setelah ini, dasar benalu tidak tahu diri". Sungutnya dalam hati.
Dia segera pergi dari sana sebelum ketahuan, dia tidak mau rencananya yang telah dia susun gagal nantinya karena ketahuan.
Setelah membersihkan diri dikamar mandi, dia bisa melihat suaminya kini menatapnya penuh keinginan, dia hanya memandang suaminya dengan jijik dalam hati, dia tidak akan mau disentuh oleh suaminya apalagi setelah dia tahu kalau suaminya punya simpanan.
"Bunda, boleh tidak kita lakukan itu, sudah lama kita tidak melakukannya, bunda tidak rindu?? ". Tanyanya dengan mata berkabut gairah.
Wina ingin muntah rasanya mendengar perkataan suaminya, dia yakin suaminya memang tidak terlalu menginginkan hal seperti itu karena sudah mendapatkan dari wanita lain apalagi wanita seksi dan masih muda itu.
"Maaf yah, aku sedang kedatangan tamu bulanan, baru aja dapat, ini aku sedang memakainya". Ucapnya sambil memperlihatkan bungkus pembalut ditangannya.
Dia memang tidak bohong karena memang dia sedang kedatangan tamu bulanannya baru saja.
Wajah Reno langsung berubah masam saat tahu istrinya datang bulan, dia sampai lupa kalau istrinya memang memiliki jadwal datang bulan yang teratur. Dia selalu mendapatkan kepuasan dari kekasihnya itu sebabnya dia tidak terlalu menginginkan istrinya tapi saat ini dia betul-betul ingin melakukannya tapi ada halangan.
"Ya sudah aku pergi dulu". Ucapnya dengan dongkol tanpa melihat istrinya
Dia segera keluar dari kamarnya dan akan menuju rumah kekasihnya untuk menuntaskan hasratnya. Sedangkan Wina hanya tersenyum miring, dia segera menghubungi orang suruhannya untuk mengikuti suaminya dan mendapatkan bukti.
Ya dia memang sengaja menyewa orang untuk mengintai suaminya dan semua yang dia lakukan, semua bukti yang dia punya juga sudah dia serahkan kepada pengacara karena dalam waktu dekat dia akan mengajukan gugatan perceraian tapi setelah dia membalas semua perbuatan suami dan juga keluarganya.
"Pergi saja, kau pikir aku sudi disentuh lelaki bekas dan menjijikkan seperti mu". Sinisnya dalam hati
Setelah suaminya pergi, Wina segera memakai pakaiannya kemudian menuju kamar anaknya, dia berencana akan tidur disana dengan alasan menemani sang anak tidur, dia hanya tak mau disentuh oleh suaminya dengan alasan apapun.
Keesokan harinya, Wina kembali ke kamar nya untuk mempersiapkan diri karena akan ke toko, dia sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga sang anak, dia tidak peduli suaminya sarapan atau tidak.
"Mana sarapan Wina??, kenapa hanya kalian berdua saja yang disiapkan??". Reno baru masuk ke ruang makan dan melihat hanya ada dua piring untuk Wina dan anaknya saja.
"Masak sendiri, aku tidak punya uang untuk belanja bulanan, toh kamu juga tak pernah memberikanku nafkah" Ucapnya dnegan acuh tanpa peduli.
Reno mengepalkan tangannya, semakin hari istrinya ini semakin melonjak, entah apa yang dia pikirkan.
"Aku ini suamimu Wina, wajib kamu mengurusku, jangan keterlaluan!! ". Amarahnya memuncak tapi berusaha dia tahan.
"Kalau mau dapat sarapan berikan aku uang nafkah, jika tidak maka tidak akan ada makanan untukmu". Wina segera membereskan bekas sarapan mereka tanpa peduli kalau suaminya menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Kau keterlaluan Wina biasanya juga seperti itu, kenapa kau malah jadi berubah seperti ini sih??". Sungutnya dnegan tangan mengepal.
"Iya memang, itu juga membuat kau dan keluargamu keenakan karena menjadikanku sapi perah untuk kalian, tapi sekarang aku tidak akan melakukan dan jadi orang bodoh lagi".
Reno menatap sang istri dengan tidak percaya, bagaimana mungkin istrinya ini bisa berkata seperti itu padanya, padahal selama ini dia tidak pernah protes tentang nafkah karena sejak awal sudah kesepakatan.
"Wina jangan kelewatan sejak awal kita sudah sepakat terus kenapa sekarang kamu malah protes tidak jelas begini". Kesal Reno dengan gigi berbunyi nyaring.
Wina menarik nafasnya dalam-dalam, dia melihat anaknya yang kini menatapnya, dia tidak mau anaknya melihat pertengkaran mereka.
"Sayang kamu ke mobil duluan yah, nanti bunda nyusul".
Wira mengangguk kemudian berjalan melewati Reno tanpa berkata apapun, dia masih sangat kecewa pada ayahnya telah membawa perempuan lain selain ibunya.
Reno terdiam melihat sikap anaknya yang melewati dirinya begitu saja tanpa berkata, biasanya bocah itu begitu antusias melihatnya sekarang jangankan melihatnya berpapasan dengannya saja seolah enggan.
Wina yang melihat itu hanya tersenyum miris, anaknya pasti sangat kecewa selama ini sehingga bersikap seperti itu.
"Dengar baik-baik tuan Reno yang terhormat, aku tidak pernah mengiyakan apa yang kamu katakan barusan, kamu yang membuat keputusan itu tanpa bisa di bantah padahal aku sudah menolaknya tapi apa kamu mendengarkan??".
Wina menggelengkan kepalanya. " Kamu yang bersikap otoriter disini, bersikap seolah kamu adalah raja dan pengatur segalanya tanpa peduli aku suka atau tidak, dan kau sekarang bilang kita sepakat hanya karena aku diam??".
"Tapi sekarang aku sadar jika aku bodoh karena mau saja kau peralat saat ini".
"Apa maksud kamu??". Ucap Reno tergagap
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Sulfia Nuriawati
kyk nya muka tu laki d masker pk cabe blh g y gregetan jd nya, kok y laki pny kerja tp g mau nafkahi istri kyk laki² mokondo aja, tggu pembalasan, d bejek² tu muka kesrl
2025-08-18
0