BAB 3

Wina menghela nafas, deringan ponselnya begitu mengganggu, tapi dia malas untuk sekedar bertegur sapa pada ibu mertuanya, mereka jika tidak dikirimi uang seusai permintaannya akan menerornya terus menerus.

Dia capek melihat pesan dan telpon mereka bergantian padahal dia lagi banyak pekerjaan tapi mereka terus menerus melakukannya.

"Apa sih bu, berisik banget telpon terus, aku sedang sibuk, banyak pekerjaan". Ucap Wina begitu mengangkat telpon sang mertua.

Suaranya sangat ketus menandakan dia sedang emosi dan terganggu akibat telpon itu.

"Loh nak kok kamu ngomong gitu sama ibu, ibu ini mertuamu loh sama seperti orangtuamu sendiri, tumben sekali kamu bersikap seperti itu pada ibu??". Bu Surti cukup terkejut dengan nada ketus dan sinis dari menantunya itu.

Tidak biasanya menantunya bersikap seperti itu padanya, biasanya se kesal apapun dia padanya tidak akan ada nada seperti itu keluar dari mulutnya kepada nya karena menantunya itu begitu menyayangi dan menghormati nya selama ini.

"Lagian ibu ini kenapa sih??, aku ini lagi kerja, berhenti meneror ku dengan telpon dan chat, kayak aku tidak pernah kasih ibu uang saja, sudah kubilang ibu minta sama Mas Reno, karena usahaku sedang ada masalah, ngerti ga sih". Ucapnya dengan nada cukup tinggi.

Dia betul-betul melampiaskan kekesalannya pada mertuanya ini, dia sedang sibuk tapi selalu ditelpon seperti ini baru sehari saja dia tidak menuruti permintaan mertuanya itu dia sudah seperti tersangka yang terus menerus dicari.

Mendengar ucapan menantunya itu, Bu Surti meradang, dia tidak terima menantunya berkata seperti itu padanya. Dia adalah mertuanya dan orangtua dari suaminya sudah sepatutnya menantunya itu menuruti semua perkataannya.

"Jangan kurang ajar sama ibu kamu Wina, kamu kenapa sih jadi membentak ibu seperti ini, ibu kan cuma minta uang apa salahnya kamu kasih sih, biasanya juga gitu, tumben sekali kamu banyak protes??". Ucapnya berusaha tenang walau hatinya sangat dongkol karena menantunya itu membentaknya.

"Ibu ini tidak dengar apa yang tadi aku bilang yah, usahaku sedang ada masalah, berhenti meneror ku meminta uang, minta sama anak ibu karena dia tidak pernah memberikan aku uang sepersen pun, jadi aku yakin uangnya banyak". Wina tanpa sengaja meninggikan suaranya karena sangat kesal.

"Orang lagi pusing bukannya tahu kondisi malah terus minta uang, kurang kerjaan aja, tidak tahu malu banget, menyebalkan". Wina langsung mematikan telponnya.

Hilang sudah rasa sayang dan juga rasa hormat pada ibu mertuanya, sejak dia tahu keluarga suaminya itu hanya memanfaatkannya dan sengaja berpura-pura baik padanya, dia sudah kehilangan respek, walau berusaha mengendalikan diri.

Bu Surti menjauhkan handphone nya karena mendengar nada menantunya itu, bisa gawat kalau menantunya mulai curiga atau marah padanya, lebih baik, dia berhenti sementara waktu sampai keadaan membaik, mungkin usaha menantunya sedang dalam masalah makanya ketus seperti ini.

"Sial sekali padahal aku sedang pengen belanja, dasar menantu pelit, untung kaya coba tidak ku suruh cerai dia sama anakku". Gerutunya dalam hati.

Dia menghentakkan kakinya berjalan keluar meninggalkan rumah anaknya dengan perasaan kesal dan marah, dia sudah janjian dengan teman-temannya hari ini tapi terpaksa batal karena menantunya.

Dia bahkan lupa jika selama 5 tahun ini, Wina lah yang memberikan mereka yang untuk keperluan mereka tapi bu Surti dan anak-anak nya menjadi orang yang tidak tahu diri.

Sedangkan Reno yang telah sampai dikantor langsung mendapatkan telpon dari istrinya, dia mengerutkan keningnya karena istrinya menelpon nya padahal dia sejak tadi menghubungi tapi tidak direspon Ini malah menelpon sendiri tanpa dicari.

"Hallo". Sapanya saat panggilan itu tersambung.

Tanpa menjawab apapun, Wina langsung menyemprot suaminya dengan kalimat tajam dan penuh penekanan, dia tidak mau terus dimanfaatkan oleh keluarga suaminya.

"Beritahu ibumu berhenti meneror ku dengan meminta uang, jika dia selalu meminta uang terus menerus jangan salahkan aku jika aku mengusirnya dari rumah yang dia tempati sekarang, kamu mengerti". Ucap Wina dengan tegas.

Dia sudah geram keluarga suaminya selalu merongrong nya soal uang.

"Loh kok gitu dek, kamu kenapa sih, kok marah-marah gitu??". Ucapnya melembutkan suaranya.

Sepertinya dia dan ibunya harus mengalah lebih dulu karena istrinya sedang marah dan penuh emosi mungkin usahanya sedang bermasalah makanya dia marah saat ibunya meminta uang, bisa gawat kalau ibunya di usir oleh istrinya.

"Kau tidak lupa kan jika rumah itu adalah rumahku, rumah yang dibeli menggunakan uangku, jangan sampai aku berbuat nekat mengusir ibumu dan adikmu tanpa memandangmu lagi".

"Loh sayang, jangan gitu lah dek, masa kamu mengusir ibuku hanya karena meminta uang, kasih aja kenapa sih, kan duit kamu banyak tidak habis juga". Ucapnya dengan santai.

Dia berusaha menutupi kegugupannya karena istrinya sudah membahas rumah yang dibelikan untuk ibunya, dia khawatir jika istrinya benar-benar mengusir ibunya, ibunya pasti akan sangat marah padanya

"Kalau ibumu masih mau tinggal disana suruh dia jaga kelakuannya, aku ini pusing banyak masalah, malah kalian buat masalah denganku dengan terus menerorku meminta uang, bukannya memberikan pengertian dan support, ini malah menambah beban pikiranku, dasar menyebalkan".

Reno menelan ludahnya, ternyata benar istrinya marah-marah karena sedang banyak masalah dan sejak tadi dia dan ibunya terus menerornya dengan uang, pantas saja dia mengomentari seperti ini.

"Maaf sayang, nanti aku kasih tahu ibu, maaf yah, kamu selesaikan saja dulu masalah kamu baru kamu kirimkan ibu uang". Ucapnya pelan berusaha mencari simpati sang istri.

"Aku tidak peduli berhenti meminta uangku, harusnya kau tau diri karena kau tidak pernah memberikan nafkah pada istrimu ini, jadi penuhi keinginan ibumu kalau tidak kamu akan tahu akibatnya". Sungutnya memutuskan telponnya dengan jengkel.

Wina menarik nafasnya berusaha mengontrol emosinya, entah mengapa sejak tadi dia langsung emosi kepada suami dan keluarganya itu sangat membuatnya jengkel setengah mati.

Sedangkan Reno kini terpaku mendengar ucapan istrinya, bagaimana bisa istrinya bisa berubah drastis seperti itu, apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya itu

"Apa masalah di tempat usahanya begitu begitu besar sampai dia bersikap seperti itu pada ku dan ibu??".

"Aku harus membiarkannya lebih dulu, jangan sampai usahanya jatuh bangkrut". Bisa sia-sia waktunya selama ini karena usaha itu bangkrut padahal dia ingin menguasai usaha dan harta istrinya.

Reno berusaha mencari cara agar istrinya masih tetap dan kembali seperti dulu, tunduk dan patuh, bisa gawat jika istrinya marah padanya.

Dengan tidak tahu malunya dirinya, masih menginginkan harta warisan istrinya padahal dia tidak pernah memberi nafkah pada istrinya selama menikah.

"Kau harus secepatnya mengalihkan aset itu atas namaku, jangan sampai usahanya bangkrut dan aku tidak dapat apa-apa".

Terpopuler

Comments

Sulfia Nuriawati

Sulfia Nuriawati

ini nih laki².mokondo,mertua jg ipar matre hhmmm kalo ak dah ku tendang dr hdup ak, ngapain piara parasit bikin penyakit aja

2025-08-16

0

Ririn Santi

Ririn Santi

muak bgt pny keluarga macam itu ya?

2025-09-17

0

Isabela Devi

Isabela Devi

laki laki mata duitan

2025-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!