TERJEBAK DI HALAMAN CINTA
"Hahh.. membosankan sekali hidup ku ini, " ujar seseorang sambil menghela napas panjangnya.
"Uang banyak tapi kebutuhan gak ada, mau di bagi-bagi malah cape bagi-bagi, " ujar orang itu lagi.
"AAAAHHH...BOSANNNN, " teriak nya yang memang sudah benar-benar bosan dengan kehidupan yang serba ada serta uang dan kekayaan nya melimpah itu.
Dia Pina Oktaviani Putri seorang gadis berusia tiga puluh tahun, kehidupan nya mujur, subur, makmur, kepintaran nya tanpa batas, kekayaan nya melimpah, kesuksesan nya selalu tercapai dan kebaikan nya selalu mengalir.
Selain dia kaya, baik, juga cantik, dia pun mempunyai beberapa profesi.. Dia bisa jadi dokter, jadi koki, jadi penata busana, jadi photographer, jadi petinju juga karate, jadi apapun dia bisa😅🤧
Kekayaan Pina begitu melimpah, dia memiliki beberapa butik, supermarket, minimarket, swalayan, restoran, dan yang lainnya yang mendatangkan pundi-pundi uang yang tiada batas.
Meski Pina masih muda, tapi cara pemikiran nya sangat dewasa, kebaikan selalu dia tanamkan, hingga dia mendirikan rumah sakit khusus orang tak mampu, panti jompo untuk orang tua terlantar, panti asuhan untuk anak-anak yang tak punya naungan rumah sakit jiwa untuk orang-orang yang harus di sembuhkan mentalnya, sekolah gratis untuk orang-orang yang tak mampu membayar sekolah dan dia selalu menyumbangkan kekayaan pada orang-orang yang memang membutuhkan.
Pina juga dengan rutin selalu mendatangi setiap panti asuhan dan panti jompo, hanya untuk menyumbangkan kekayaannya.
Pina menolong orang tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan dan balasan, semuanya dia lakukan dengan suka rela yang hanya beralasan "Uang ku banyak kekayaan ku melimpah dan aku tak mempunyai tempat lagi untuk menampungnya, " begitulah kata-kata Pina yang sering di lontarkan di saat orang bertanya tentang kebaikan yang dia lakukan.
Tanpa Pina sadari, apa yang dia lakukan adalah hal yang begitu membagikan untuk orang-orang yang dia tolong.
Namun di balik kebaikan serta keceriaan yang selalu Pina tunjukan, dia menyimpan rasa sepinya sendiri.
orang tua sudah tiada, dan dia hanya anak tunggal begitu pun ayah dan ibu nya, bahkan dari keturunannya pun sama tidak mempunyai sanak saudara.
Jadi Pina adalah anak tunggal, begitupun orang tuanya dan kakek nenek nya juga.
Tidak ada saudara, tidak ada kerabat, Pina hanya hidup sebatang kara berteman kekayaan yang dia miliki.
Derrtttt. ..
Derrrtttt..
"Derrttt.. " terdengar suara handphone Pina bergetar sebagai tanda telpon masuk.
Pina mengambil handphone nya yang terletak di atas meja, kemudian dia melihat nama penelepon yang disana tertulis nama suster Ani.
"Halo Sus ada apa, ?" ujar Pina bertanya setelah sambungan telpon tersambung.
"Halo.. Maaf mengganggu apakah dokter bisa segera bergegas untuk ke rumah sakit, ?" tanya suster Ani di sebrang telpon sana.
"Bisa Sus.. Ada hal apa ya Sus, ?" tanya Pina lagi.
"Ini dok ada korban yang terkena tusukan benda tajam.. namun benda itu patah dan tersangkut tepat di dekat jantung nya, jadi tidak ada dokter yang berani menangani pasien, " ujar suster Ani menjelaskan situasi di rumah sakit saat ini.
"Baiklah saya akan segera kesana, " ujar Pina yang akhirnya harus pergi untuk melihat keadaan pasien di rumah sakit nya.
"Hahh.. Mengapa mereka masih saja takut dalam menangani pasien.. Nanti gimana kalo aku gak ada coba, ? ujar Pina bergumam sendiri.
Selang dua puluh menit akhirnya Pina sampai di rumah sakit, dia pun bergegas menuju ke ruang operasi.
Di depan ruang operasi itu sudah ada suster Ani yang menunggu nya, dan ada juga keluarga dari pasien.
"Dokter.. Tolong selamat kan anak saya, " ujar seorang ibu paruh baya ibu dari pasien yang akan di operasi.
"Ibu yang tenang ya.. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anak ibu.. Tapi saya minta agar ibu juga terus berdoa untuk keberhasilan dan keselamatan anak ibu yang akan di operasi, " ujar Pina pada ibu itu.
"Baik dokter, " jawab ibu itu sambil terisak.
Suster Ani menghampiri Pina, dia segera memakai kan pakaian khusus untuk operasi serta alat-alat lain nya pada Pina.
setelah selesai Pina pun segera memasuki ruangan operasi itu, terlihat di sana sudah ada beberapa dokter yang menunggu nya.
"Kalian siap, ?" tanya Pina.
"Siap dok, " ujar semuanya serempak.
Dengan fokus Pina segera menangani pasien itu, dengan cermat dan kehati-hatian Pina mengeluarkan benda tajam yang kini menempel di dada pasien.
Dokter lain nya hanya mengamati sambil membantu ketika di perlukan, suster Ani setia menemani dan dengan telaten mengelap keringat yang bercucuran di dahi Pina.
Tiga jam berlalu, operasi pun berjalan dengan lancar, semua dokter menghela napas lega dan mereka sungguh bersyukur atas adanya Pina di tengah-tengah mereka.
"Ceklekk, " suara pintu yang di buka dari dalam, terlihat Pina keluar dari ruang operasi suster Ani pun setia berada di sisi Pina.
"Terimakasih dokter terimakasih, " ujar sang ibu pasien berhambur memeluk Pina sambil menangis bahagia.
Dengan senang hati Pina menerima pelukan itu, dan membalasnya sambil mengelus punggung sang ibu pasien yang sedang menangis dalam pelukannya.
"Terimakasih, terimakasih, terimakasih, " lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut sang ibu pasien.
Pina mengerti dengan keadaan ibu pasien itu, yang pasti sekarang perasaan nya sedang campur aduk.
"Sama-sama ibu.. berterimakasih lah pada Tuhan karna dia masih mengijinkan anak ibu untuk hidup, " ujar Pina.
Ibu pasien melepaskan pelukan dari Pina, dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda jawabannya pada Pina.
"Kalo begitu saya permisi bu, " ujar Pina.
"Silahkan dok, " ujar ibu pasien.
"Sus.. Segera panggil semua dokter ke ruang rapat, " ujar Pina memberikan perintah pada suster Ani.
"Baik dok, " jawab suster Ani sambil beranjak pergi.
Ruang rapat pun kini sudah di penuhi oleh para dokter yang ada di rumah sakit itu.
"Selamat sore semuanya.. Saya mengumpulkan kalian di sini hanya untuk mengobrol santai, dan saya juga mempunyai beberapa permintaan pada kalian, " ujar Pina membuka pembicaraan.
"Saya ingin minta pada kalian, agar kalian lebih berani lagi dalam menangani pasien, saya yakin kalian juga akan bisa melakukan operasi pada pasien tadi.. Tapi sayang nya kalian lebih mementingkan rasa takut kalian, " ujar Pina lagi.
Para dokter disana tak ada yang berani menyela pembicaraan Pina, karna apa yang Pina katakan itu nyata adanya.
"Harus kalian ingat satu hal.. saya tidak akan abadi di dunia ini, siapa yang tau besok atau lusa saya akan tiada, " ujar Pina kembali dan kata-kata itu sukses membuat ruangan yang sunyi itu menjadi ricuh.
"Dokter.. Apa yang anda katakan, " ujar satu dokter bertanya dia benar-benar kaget dengan ucapan yang Pina katakan barusan.
"Iya dokter..
UDAHAN DULU YA NEXT TIME DI BAB SELANJUTNYA👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜
Lanjut, Kak.. Semangat terus dalam berkarya..
2025-08-13
3
§𝆺𝅥⃝©𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Afya~Tan™ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
simpan dulu nnti kk baca 😊
2025-08-13
1
Wiwin Mba ing
salam kenal...aku mampir/Good/
2025-09-11
0