NovelToon NovelToon

TERJEBAK DI HALAMAN CINTA

Bab-1. Pina Oktaviani Putri

"Hahh.. membosankan sekali hidup ku ini, " ujar seseorang sambil menghela napas panjangnya.

"Uang banyak tapi kebutuhan gak ada, mau di bagi-bagi malah cape bagi-bagi, " ujar orang itu lagi.

"AAAAHHH...BOSANNNN, " teriak nya yang memang sudah benar-benar bosan dengan kehidupan yang serba ada serta uang dan kekayaan nya melimpah itu.

Dia Pina Oktaviani Putri seorang gadis berusia tiga puluh tahun, kehidupan nya mujur, subur, makmur, kepintaran nya tanpa batas, kekayaan nya melimpah, kesuksesan nya selalu tercapai dan kebaikan nya selalu mengalir.

Selain dia kaya, baik, juga cantik, dia pun mempunyai beberapa profesi.. Dia bisa jadi dokter, jadi koki, jadi penata busana, jadi photographer, jadi petinju juga karate, jadi apapun dia bisa😅🤧

Kekayaan Pina begitu melimpah, dia memiliki beberapa butik, supermarket, minimarket, swalayan, restoran, dan yang lainnya yang mendatangkan pundi-pundi uang yang tiada batas.

Meski Pina masih muda, tapi cara pemikiran nya sangat dewasa, kebaikan selalu dia tanamkan, hingga dia mendirikan rumah sakit khusus orang tak mampu, panti jompo untuk orang tua terlantar, panti asuhan untuk anak-anak yang tak punya naungan rumah sakit jiwa untuk orang-orang yang harus di sembuhkan mentalnya, sekolah gratis untuk orang-orang yang tak mampu membayar sekolah dan dia selalu menyumbangkan kekayaan pada orang-orang yang memang membutuhkan.

Pina juga dengan rutin selalu mendatangi setiap panti asuhan dan panti jompo, hanya untuk menyumbangkan kekayaannya.

Pina menolong orang tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan dan balasan, semuanya dia lakukan dengan suka rela yang hanya beralasan "Uang ku banyak kekayaan ku melimpah dan aku tak mempunyai tempat lagi untuk menampungnya, " begitulah kata-kata Pina yang sering di lontarkan di saat orang bertanya tentang kebaikan yang dia lakukan.

Tanpa Pina sadari, apa yang dia lakukan adalah hal yang begitu membagikan untuk orang-orang yang dia tolong.

Namun di balik kebaikan serta keceriaan yang selalu Pina tunjukan, dia menyimpan rasa sepinya sendiri.

orang tua sudah tiada, dan dia hanya anak tunggal begitu pun ayah dan ibu nya, bahkan dari keturunannya pun sama tidak mempunyai sanak saudara.

Jadi Pina adalah anak tunggal, begitupun orang tuanya dan kakek nenek nya juga.

Tidak ada saudara, tidak ada kerabat, Pina hanya hidup sebatang kara berteman kekayaan yang dia miliki.

Derrtttt. ..

Derrrtttt..

"Derrttt.. " terdengar suara handphone Pina bergetar sebagai tanda telpon masuk.

Pina mengambil handphone nya yang terletak di atas meja, kemudian dia melihat nama penelepon yang disana tertulis nama suster Ani.

"Halo Sus ada apa, ?" ujar Pina bertanya setelah sambungan telpon tersambung.

"Halo.. Maaf mengganggu apakah dokter bisa segera bergegas untuk ke rumah sakit, ?" tanya suster Ani di sebrang telpon sana.

"Bisa Sus.. Ada hal apa ya Sus, ?" tanya Pina lagi.

"Ini dok ada korban yang terkena tusukan benda tajam.. namun benda itu patah dan tersangkut tepat di dekat jantung nya, jadi tidak ada dokter yang berani menangani pasien, " ujar suster Ani menjelaskan situasi di rumah sakit saat ini.

"Baiklah saya akan segera kesana, " ujar Pina yang akhirnya harus pergi untuk melihat keadaan pasien di rumah sakit nya.

"Hahh.. Mengapa mereka masih saja takut dalam menangani pasien.. Nanti gimana kalo aku gak ada coba, ? ujar Pina bergumam sendiri.

Selang dua puluh menit akhirnya Pina sampai di rumah sakit, dia pun bergegas menuju ke ruang operasi.

Di depan ruang operasi itu sudah ada suster Ani yang menunggu nya, dan ada juga keluarga dari pasien.

"Dokter.. Tolong selamat kan anak saya, " ujar seorang ibu paruh baya ibu dari pasien yang akan di operasi.

"Ibu yang tenang ya.. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anak ibu.. Tapi saya minta agar ibu juga terus berdoa untuk keberhasilan dan keselamatan anak ibu yang akan di operasi, " ujar Pina pada ibu itu.

"Baik dokter, " jawab ibu itu sambil terisak.

Suster Ani menghampiri Pina, dia segera memakai kan pakaian khusus untuk operasi serta alat-alat lain nya pada Pina.

setelah selesai Pina pun segera memasuki ruangan operasi itu, terlihat di sana sudah ada beberapa dokter yang menunggu nya.

"Kalian siap, ?" tanya Pina.

"Siap dok, " ujar semuanya serempak.

Dengan fokus Pina segera menangani pasien itu, dengan cermat dan kehati-hatian Pina mengeluarkan benda tajam yang kini menempel di dada pasien.

Dokter lain nya hanya mengamati sambil membantu ketika di perlukan, suster Ani setia menemani dan dengan telaten mengelap keringat yang bercucuran di dahi Pina.

Tiga jam berlalu, operasi pun berjalan dengan lancar, semua dokter menghela napas lega dan mereka sungguh bersyukur atas adanya Pina di tengah-tengah mereka.

"Ceklekk, " suara pintu yang di buka dari dalam, terlihat Pina keluar dari ruang operasi suster Ani pun setia berada di sisi Pina.

"Terimakasih dokter terimakasih, " ujar sang ibu pasien berhambur memeluk Pina sambil menangis bahagia.

Dengan senang hati Pina menerima pelukan itu, dan membalasnya sambil mengelus punggung sang ibu pasien yang sedang menangis dalam pelukannya.

"Terimakasih, terimakasih, terimakasih, " lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut sang ibu pasien.

Pina mengerti dengan keadaan ibu pasien itu, yang pasti sekarang perasaan nya sedang campur aduk.

"Sama-sama ibu.. berterimakasih lah pada Tuhan karna dia masih mengijinkan anak ibu untuk hidup, " ujar Pina.

Ibu pasien melepaskan pelukan dari Pina, dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda jawabannya pada Pina.

"Kalo begitu saya permisi bu, " ujar Pina.

"Silahkan dok, " ujar ibu pasien.

"Sus.. Segera panggil semua dokter ke ruang rapat, " ujar Pina memberikan perintah pada suster Ani.

"Baik dok, " jawab suster Ani sambil beranjak pergi.

Ruang rapat pun kini sudah di penuhi oleh para dokter yang ada di rumah sakit itu.

"Selamat sore semuanya.. Saya mengumpulkan kalian di sini hanya untuk mengobrol santai, dan saya juga mempunyai beberapa permintaan pada kalian, " ujar Pina membuka pembicaraan.

"Saya ingin minta pada kalian, agar kalian lebih berani lagi dalam menangani pasien, saya yakin kalian juga akan bisa melakukan operasi pada pasien tadi.. Tapi sayang nya kalian lebih mementingkan rasa takut kalian, " ujar Pina lagi.

Para dokter disana tak ada yang berani menyela pembicaraan Pina, karna apa yang Pina katakan itu nyata adanya.

"Harus kalian ingat satu hal.. saya tidak akan abadi di dunia ini, siapa yang tau besok atau lusa saya akan tiada, " ujar Pina kembali dan kata-kata itu sukses membuat ruangan yang sunyi itu menjadi ricuh.

"Dokter.. Apa yang anda katakan, " ujar satu dokter bertanya dia benar-benar kaget dengan ucapan yang Pina katakan barusan.

"Iya dokter..

UDAHAN DULU YA NEXT TIME DI BAB SELANJUTNYA👋👋

Bab-2. Ucapan Mu Do'amu

"Iya dokter apa maksud yang anda katakan kenapa anda harus tiada, ?" ujar dokter lain nya.

"Betul dokter apalagi anda masih muda juga sehat, " ujar dokter lain nya juga menimpali kata-kata dokter lain nya.

Ruang rapat itu menjadi ricuh, karna para dokter yang terus mempertanyakan kata-kata Pina.

"TENANG SEMUANYA, " ujar Pina dengan berteriak karna di ruangan itu begitu berisik.

Seketika para dokter yang terus saling mempertanyakan kata-kata Pina terdiam.

"Tidak ada maksud apa-apa dengan kata-kata yang saya sampaikan tadi.. Saya hanya mengingatkan bahwa saya suatu saat pasti akan pergi, " ujar Pina menjelaskan kata-kata tadi.

Para dokter terus terdiam mendengarkan setiap ucapan yang Pina katakan.

"Saya harap kalian mengerti, dan saya juga berharap agar kalian menuruti kata-kata yang tadi saya katakan, " ujar Pina.

"Baik dokter, " ujar para dokter serempak.

"Baik kalo begitu rapat selesai, " ujar Pina mengakhiri rapat tersebut.

Pina segera keluar dari ruangan itu, suster Ani masih setia berada di sisinya.

"Dok, " panggil suster Ani pada Pina.

"Iya Sus, " jawab Pina.

"Kok saya jadi takut dok, " ujar suster Ani.

"Takut apa Sus, " tanya Pina sambil menoleh ke arah suster Ani.

"Saya kepikiran sama kata-kata dokter tadi.. Dan saya jadi punya firasat buruk, " ujar suster Ani dengan suara sedikit berbisik.

"Kamu ini ada-ada aja Sus, " ujar Pina sambil terkekeh.

"Iihh.. Dokter saya serius loh, " ujar suster Ani kekeh dengan pemikiran nya.

"Emang nya firasat seperti apa sih Sus, ? kamu itu loh bisa sampe seserius itu, " tanya Pina.

"Maaf tapi ya dok.. Dokter jangan marah, saya punya firasat kalo dokter memang akan segera tiada, " ujar suster Ani dengan sedikit ragu.

Sontak saja kata-kata suster Ani membuat Pina berhenti berjalan, dan dia kini menghadap ke arah suster Ani sambil menatap lekat-lekat suster Ani.

"Jangan marah dok, " ujar suster Ani yang takut Pina marah.

"Siapa yang mau marah, ? gini ya Sus kalo misal saya tiada pun tak apa-apa, lagian saya juga hidup sendiri jadi tidak akan ada yang menangisi kepergian saya, " ujar Pina.

"Kata siapa dok, ? kita disini menyayangi dokter karna kebaikan dokter begitu banyak pada kita, dokter juga banyak membantu orang-orang, " ujar suster Ani.

"Udahlah jangan di bahas lagi.. Saya pulang ya Sus kamu hati-hati di jalan, " ujar Pina menutup pembicaraan mereka sambil berpamitan.

Suster Ani hanya bisa menghela napas sambil terus menatap ke arah Pina, yang semakin tak terlihat.

Saat Pina berjalan untuk mengambil mobilnya, tiba-tiba matanya melihat ke arah nenek-nenek yang akan menyebrang dan dengan senang hati Pina menghampiri nenek tersebut untuk membantu nenek-nenek itu menyebrang.

"Nenek mau kemana, " tanya Pina pada nenek itu.

Nenek mau kesana na.. Ke penjual di sebrang jalan itu, " ujar sang nenek.

"Hayu nek.. Biar saya temani, " ujar Pina.

Dengan sabar Pina menuntun nenek-nenek itu untuk menyebrang, Pina pun mengantarkan nenek itu ke penjual yang di tunjukan nya.

Mereka pun sampai di penjual roti yang nenek-nenek itu maksud, dan Pina membeli kan roti untuk nenek itu.

"Nek duduk di sana yuk, ?" ajak Pina pada sang nenek.

Sang nenek menurut dan mengikuti Pina, tangan nya pun tak mau terlepas dari genggaman tangan Pina.

"Akhirnya nenek bisa makan, " ujar nenek itu.

"Maksudnya bisa makan nek, ?" tanya Pina yang agak kaget dengan ucapan nenek itu.

"Nenek belum makan selama dua hari neng, " ujar sang nenek.

Deg, bagai di pukul kepala dengan palu besar.. Pina merasakan sakit saat nenek itu bilang dia tidak makan selama dua hari berturut-turut.

"Ya Tuhan.. Kenapa masih banyak orang yang kesusahan di dunia mu ini, ?" ujar Pina dalam hati.

"Nenek makan pelan-pelan aja ya.. Saya gak akan minta kok nanti kalo kurang biar saya beli lagi, " ujar Pina sambil menahan tangisnya karna tak tahan melihat cara nenek itu makan dengan begitu lahap.

Dua roti ludes di makan oleh sang nenek hanya dengan waktu beberapa detik, Pina malah semakin sedih melihat tingkahnya itu.

"Nek mau ikut saya gak, ?" tiba-tiba Pina bertanya pada nenek itu.

"Ikut kemana neng, ?" sang nenek malah balik bertanya pada Pina.

"Ke panti jompo yang saya miliki.. Disana nenek tidak akan kelaparan lagi disana juga akan ada yang ngurus nenek dan nenek juga akan mendapatkan banyak teman, " ujar Pina.

Nenek itu hanya tersenyum, sambil terus mendengarkan Pina.

"Tidak neng.. Nenek tidak mau, " ujar sang nenek menolak ajakan Pina.

"Kenapa, " tanya Pina yang heran dengan jawaban nenek itu.

"Nenek akan terus berjalan menyusuri luasnya kota ini untuk menemukan orang-orang baik seperti neng, " jawab nenek itu sambil tersenyum.

Pina hanya terdiam, menunggu nenek itu melanjutkan kata-kata nya.

"Neng kamu ingin balasan apa atas kebaikan yang kamu lakukan kepada nenek, " tanya sang nenek kemudian.

Pina terkekeh mendengar pertanyaan sang nenek.

"Saya punya segala nya nek, " jawab Pina dengan sombong.

Nenek itupun terkekeh, karna dia juga tau Pina memang mempunyai segalanya.

"Kan siapa tau ada hal yang neng inginkan tapi tak bisa neng raih, " ujar nenek itu lagi sambil menatap Pina.

"Yang saya inginkan ya, ? eemmm.. Saya ingin merasakan hidup mempunyai anak, merasakan hidup susah, dan penuh tantangan, " ujar Pina.

Jlederrrrr...

Jlederrrr...

Tiba-tiba saja guntur memecah langit yang cerah, seakan mencatat keinginan Pina.

"Aahh.. " Pina yang reflek berteriak karna kaget dengan suara guntur itu,sang nenek hanya tersenyum sambil terus memperhatikan Pina.

Neng ini buat kamu, " ujar sang nenek menyadarkan Pina dari keterkejutannya, dia memakaikan gelang pada Pina dia juga memberikan satu novel yang berjudul TERJEBAK DI HALAMAN CINTA pada Pina.

"Apa ini nek, ?" tanya Pina.

"Gelang ini jangan neng lepas ya dan novel ini neng harus membacanya nanti, " ujar sang nenek sambil pergi meninggalkan Pina.

Meski tak mau menerima bemberian sang nenek, tapi dengan terpaksa Pina menerima gelang dan novel dari nenek itu, dan Pina pun segera pergi dari sana menuju ke mobilnya.

"Mendung.. Bentar lagi hujan pasti turun, " ujar Pina sambil masuk ke dalam mobil.

Benar saja saat di pertengahan jalan hujan turun dengan deras, Pina juga terjebak macet jadinya Pina memutuskan untuk membaca novel yang di berikan sang nenek padanya.

Halaman demi halaman Pina baca secara cermat, bab demi bab di renungi saat pina membacanya.

Entah kenapa Pina merasa tekanan emosi nya menjadi naik, kemarahannya terpancing ingin rasanya Pina menerjang orang-orang yang jahat dalam novel itu.

Setiap halaman, setiap bab yang Pina baca, terlihat jelas dalam pikiran nya adegan-adegan yang ada dalam novel itu.

"Kurang ajar.. Orang gila mana yang membuat novel semenyedihkan ini, ? masa iya pemeran utama nya harus mati mengenaskan...

UDAHAN DULU YA NEXT TIME NANTI KETEMU DI BAB BERIKUT NYA

Bab-3. Do'amu Terkabul Pina

"Kurang ajar.. Orang gila mana yang membuat novel semenyedihkan ini, ? Masa iya pemeran utama nya harus mati mengenaskan.. Mana dia mati nya saat di nodai lagi, " gerutu Pina.

"Udah mah di jebak sama sodara gilanya, di biarin sama ayah nya, eehh mati pun dengan cara begitu, " Pina terus menggerutu.

"Kalo aku digituin, udah ku lawan tuh mereka, ku tendang burung orang yang menodai ku, " gerutu Pina lagi.

JLEDARRR..

JLEDARRRR..

Tepat setelah Pina bicara, suara petir pun bersautan seperti pertanda bahwa ucapan Pina telah tertuliskan.

"Ini juga di depan ada apa sih, ? lama bener macet nya, " tanya Pina pada diri sendiri kini Pina jadi uring-uringan gara-gara membaca novel itu.

Emosi Pina naik secara drastis, seakan-akan Pina melihat adegan dalam novel tepat di depan matanya.

Mood Pina makin rusak karna hujan terus turun dengan deras, di barengi suara petir yang terus bersahutan, belum lagi kabut nampak tebal membuat jalanan menjadi gelap.

Tiiittt.. Tiiiittt.. Tiiitttt.. Pina terus menekan klakson mobil nya karna emosi dengan kemacetan ini.

Namun tanpa Pina sadari dari arah depan terlihat satu truk bermuatan berat sedang lepas kendali, terlihat truk itu sudah melaju tanpa arah berbelok-belok dengan kecepatan penuh.

WOOOOOOONK...

WOOOOOOONK..

WOOOOOOONK..

Truk besar itu terus menekan klakson nya, sebagai tanda dari sang supir yang sudah merasa kewalahan.

WOOOOOOONK..

BRAAKKK..

BRAAKKK..

PRAAAANG..

BOOMMM...

DUAARRR...

DUUAARRRR...

Mobil Pina tertabrak secara beruntun oleh beberapa mobil yang ada di depan mobil nya.

"AAAAAHHHHHHHH... " jerit Pina begitu keras.

Darah bercucuran dari luka-luka Pina, dan darah ini menetes secara perlahan mengenai gelang pemberian sang nenek begitu pun novel itu yang kini sudah terbasahi oleh darah Pina.

Pina terbujur kaku dalam mobil nya yang sudah hancur di beberapa bagian, keadaan nya sangat parah dan tak mungkin bisa di selamatkan.

"Tuhan.. Aku rela jika aku harus mati sekarang, tapi.. Aku masih punya beberapa keinginan yang belum aku raih Tuhan.. Jika kau mengijinkan aku untuk hidup kembali.. Tolonglah berikan aku keluarga, " ujar Pina dalam hatinya.

Secara perlahan mata Pina tertutup.

"GELAP, " satu kata yang keluar dari mulut Pina sebelum dia menutup mata untuk selama nya.

…………

"TIDAKKK... " teriak suster Ani yang mendapat berita tentang kematian Pina.

"Ternyata benar dokter, kamu telah tiada, " gumam suster Ani.

…………

Cuaca hari ini begitu mendung, seakan langit ikut berduka atas kepergian Pina.

Saat ini acara pemakaman di langsung kan, disana begitu banyak orang yang bersedih atas meninggalnya Pina, semua orang yang mengenalnya merasa terpukul serta tak percaya atas meninggalnya Pina yang begitu mendadak.

Acara pemakaman berjalan dengan lancar, semua orang menaburkan bunga mawar hitam kesukaan Pina di atas gundukan tanah pemakaman nya.

Satu persatu orang-orang itu berlalu, yang tersisa kini hanya suster Ani disana. "

"Saya ucapkan selamat jalan dokter.. Dan semoga di kehidupan mu yang disana dokter bisa seberuntung dan sesukses di kehidupan mu disini.. Selamat karna dokter menjadi orang yang terpilih, " ujar suster Ani sambil menyimpan seikat mawar hitam lalu berlalu pergi dari pemakaman Pina.

……………

"Sssstt.. Sa.. sakitt.. " ujar Pina yang kini sedang kesakitan.

"Dimana ini, ?" ujar Pina lagi.

"Aaaww, " rintis Pina.

BREEETTT...

BREETTT..

"Apa ini, ?" tanya Pina saat menyadari pakaian nya sedang di sobek secara paksa.

"Plakk.. DIAM KAMU JALANG, " teriak seseorang dengan nada marah.

"Siapa ka kamu.. Apa yang ingin kamu lakukan, ?" tanya Pina dengan panik karna kini pakaian sudah mulai si lu-cu-ti dengan paksa.

"Berhenti.. Berhenti.. Jangan.. Jangan.. " teriak Pina panik.

"Bukan kah kamu menginginkan nya jalang.. Jadi diamlah dan nikmati, " ujar pria itu sambil mencium paksa Pina.

"Tida.. Emmm.. Emmm.. " Pina tak bisa melanjutkan kata-kata nya karna kini bibir Pina telah di bungkam dengang bibir pria itu.

"Tuhan.. Apa ini, ? kenapa kejadian menjijikan ini terjadi padaku, " ujar Pina dalam hati.

Pina terus memberontak, namun kekuatan pria itu lebih besar darinya.

"Ku mohon.. berhenti, " pinta Pina sambil terisak.

"Diam kamu jalang, " ujar pria itu sambil terus. menggerayangi tubuh Pina dan terus menciumnya.

Eemuuuaachh..

Eemmmuuuaah..

Jleb..

"Aahhhh, " jerit tertahan Pina karna merasakan teramat sakit di bagian inti tubuh nya yang di ja-ma-hi.

"Hiks.. Hiks.. Sakit biadab, " rutuk Pina dengan lemah sambil terisak.

Bukan nya berhenti pria itu malah semakin menghujani pina, dia terus memompa tubuh nya tanpa sedikit pun merasakan kasihan pada Pina yang terus merintih kesakitan.

"Aahh.. Ahhh.. di.. diam.. aahh.. jalang, " ujar pria itu sambil terus memompa tubuh nya di atas Pina.

"Ijinkan aku mati Tuhan dari pada harus hidup di hina begini, " ujar Pina dalam hati sambil terus terisak.

Tampa henti, tanpa kasihan, tampa memperdulikan Pina yang merintih kesakitan, pria itu terus menghujam Pina sampai beberapa kali pelepasan.

Karna tak kuat merasakan sakit , akhirnya Pina jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Namun pria itu terus saja mengagahi Pina, tanpa sedikit pun perduli pada keadaan Pina.

"Aaaaahhhh... " desah pria itu yang telah mendapatkan pelepasan untuk kesekian kali nya, pria itu kelelah dan akhirnya tertidur sambil memeluk tubuh polos Pina.

[DIA ALAM BAWAH SADAR PINA}

"Wah.. dimana ini indah sekali, ?" tanya Pina.

"Tunggu.. Apakah aku sudah berada di surga, dan hal menjijikan tadi adalah mimpi, ?" ujar Pina lagi bergumam sendiri.

"Bukan Pina ini bukan mimpi, " ujar seorang secara tiba-tiba.

"Eeehh ayam ayam, " ujar Pina yang latah karna kaget.

"waw.. Cantik sekali apakah kamu bidadari yang menjemput ku,? " tanya Pina

Orang itu hanya terkekeh saja menanggapi kata-kata Pina.

"Bukan Pina, aku ini adalah May Len yang kini raga nya telah kamu tempati, " ujar Mey Len pada Pina.

"Tunggu, tunggu, tunggu kamu bilang siapa nama mu tadi, ?" tanya Pina.

"Mey Len, " jawab May Len.

"Aku rasa nama mu itu tak asing, " ujar Pina sambil berpikir mengingat-ingat siapa Mey Len ini.

"Tidak.. Jangan bilang kalo kamu itu wanita yang ada novel dari si nenek, ?" tanya Pina setelah mengingat nama Mey Len.

"Iya itu aku, " jawab Mey Len singkat.

"Apa maksud ucapan mu bahwa aku menempati ragamu, ?" tanya Pina sambil beringsut mundur.

"Kamu adalah orang yang terpilih Pina, dan kamu adalah orang yang bisa mengubah hidup ku, " ujar Mey Len.

"Tidak.. Itu tidak mungkin.. Dan aku.. Aku tidak mau menjadi kamu, " ujar Pina menolak.

"Percuma kamu penolak pina, karna ini adalah takdirmu, ini juga adalah do'a mu yang terkabul, " ujar Mey Len.

"Takdir.. Do'a.. Do'a apa yang kamu maksud, ?" tanya Pina.

"Nanti kamu akan tau sendiri jawabannya, selamat ya Pina.. Aku do'akan semoga kamu berhasil untuk merubah alur hidup ku yang ada di novel ini, " ujar Pina sambil perlahan menghilang dari pandangan Pina.

"TIDAKKK...

UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU DI BAB SELANJUTNYA.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!