Bab 05 Papi Tonjok Beneran Kamu

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya mobil hitam milik Papi Andi berbelok memasuki halaman sebuah rumah minimalis dua lantai dengan cat putih bersih dan taman kecil di depannya. Halaman rumah itu rapi, ada beberapa pot bunga teratur di pinggir jalan setapak menuju pintu utama. Di balik kemudi, Andi memutar setir dengan santai, seolah perjalanan tadi tidak ada masalah sama sekali.

Namun, berbeda dengan Angga yang duduk di jok belakang. Ekspresi wajahnya jelas menunjukkan rasa keberatan alis terangkat sebelah, bibirnya sedikit manyun, dan tatapannya penuh kegelisahan. Bahkan sejak mobil masuk ke jalan perumahan tadi, dia sudah berkali-kali melirik ke luar jendela, seperti mencari celah untuk melarikan diri.

"Mi yang bener aja masa tunangan secepat ini sih!" sergah Angga, nada suaranya terdengar frustrasi.

"Balik aja yuk besok-besok aja ke sini. Angga masih ada urusan penting banget ini ya. Pi puter balik!"

Suara itu membuat Silvia menoleh ke belakang dengan cepat. "Ck!" desisnya alisnya bertaut tajam. "Jadi laki-laki itu harus gentle, bisa menepati ucapannya. Mana tadi pagi bilang mau tunangan dulu? Lama-lama mami nikahkan malam ini juga kamu!" ucapnya, separuh bercanda tapi jelas bernada mengancam.

Angga langsung menghela napas berat, lalu mendengus. "Tapi kan gak malam ini juga Mi! Angga memang bilang mau tunangan dulu tapi bukan berarti sekarang! Pokoknya Angga gak..."

Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, suara berat Andi memotong dengan tegas, "Sekali aja nurut susahnya minta ampun! Lupa kamu kalau mami pernah punya riwayat jantung? Mau penyakit mami kambuh lagi gara-gara kelakuan kamu? Lama-lama papi tonjok beneran kamu!"

Nada suara Andi terdengar seperti peringatan, namun bibirnya sempat bergerak ke samping, menahan kesal. Tangannya masih memegang setir, tapi tatapan dari kaca spion diarahkan penuh ke putranya.

Angga tau kalau papinya sudah ikut bicara, tidak ada lagi jalan untuk berargumen. Dia mengembuskan napas panjang pasrah. Dengan gerakan malas, dia meraih gagang pintu mobil dan keluar. Angkanya berat, setiap langkah menuju pintu rumah terasa seperti melangkah ke tempat eksekusi.

Kalau saja ini bukan demi kesehatan maminya dia sudah pasti kabur. Bahkan dalam hati Angga masih sibuk menyusun rencana cadangan.

"Huh sabar Ga. Apapun yang lo mau pasti bisa lo dapetin. Termasuk gadis yang lo inginkan. Ini cuma tunangan lo bisa batalin kapanpun. Cukup bersikap dingin pas ketemu dia jangan ladeni ucapannya. Sesimpel itu. Gak ada cewek yang tahan didiemin termasuk calon tunangan lo nanti! Tugas lo cuma bikin dia gak betah sampai nyerah sendiri," gumamnya dalam hati sambil memperbaiki letak jaket di pundaknya.

Ceklek.

Belum sempat mereka mengetuk, pintu rumah itu sudah terbuka dari dalam. Aroma wangi kayu bercampur harum bunga menyambut mereka. Di ambang pintu berdiri seorang wanita paruh baya berwajah lembut, kulitnya terawat, rambutnya disanggul rapi. Senyumnya hangat, membuat suasana jadi terasa ramah.

"Eh Jeng sudah sampai. Silakan masuk," sambut Naomi mama Kanaya dengan suara hangat.

Silvia tersenyum lebar sambil melangkah maju. "Duh Naomi kamu kok makin cantik aja sih," ujarnya sambil cipika-cipiki. Keduanya saling tertawa kecil, seperti sahabat lama yang sudah lama tak bertemu.

"Kamu juga awet muda. Wajahmu kayak menolak tua," balas Naomi matanya sekilas melirik ke arah Angga yang berdiri di samping Andi.

"Ini anak kamu Angga?" tanyanya memastikan.

"Iya dong. Gimana tambah ganteng kan?" jawab Silvia penuh kebanggaan, matanya melirik singkat ke anaknya.

"Ga salim dulu gih sama yang lebih tua," bisiknya.

Tanpa banyak komentar, Angga maju setapak. "Tante," ucapnya pelan sambil mencium punggung tangan Naomi.

"Astaga terakhir tante lihat kamu masih kecil banget. Sekarang udah segede ini tambah tampan lagi kayak oppa Korea!" celetuk Naomi kagum, matanya berbinar.

Angga hanya mengulas senyum tipis, meski dalam hati dia merasa tidak pernah benar-benar mengenal wanita ini.

Andi yang sedari tadi diam, tiba-tiba menyelipkan komentar, "Jelas dong lihat papinya setampan ini. Ingat gak, dulu aku populer banget?"

Silvia spontan menepuk pelan lengan suaminya sambil terkekeh. "Mami juga cantik loh Pi!" sahutnya, membuat Naomi ikut tertawa kecil.

"Masuk dulu yuk Jeng," ajak Naomi sambil melangkah ke dalam. Ruang tamu rumah itu terasa nyaman, sofa abu-abu besar memenuhi sisi kiri, dan ada meja kaca dengan vas bunga segar di atasnya.

"Kanayanya di mana Jeng? Pasti makin cantik kan?" tanya Silvia penuh antusias.

Angga yang baru duduk di ujung sofa, sedikit mengerutkan dahi mendengar nama itu. "Kanaya? Kayaknya gak asing tapi masa iya…" batinnya.

"Loh tadi di sini. Kanaya!" panggil Naomi sambil menoleh ke arah tangga.

Ting!

Suara notifikasi ponsel Angga memecah suasana. Arya: Jam sebelas Ga jangan lupa lo lagi ngapain sih?

Angga membalas cepat sambil memiringkan tubuhnya sedikit membelakangi orang tua.

Angga: Ada urusan bentar sebelum jam sebelas gue sampai.

Arya: Urusan apaan dah lo di mana?

Angga: Bumi

Arya: Kampret lo!

"Ke dapur sebentar Ma," suara lembut seorang gadis terdengar dari arah lorong dapur.

Serentak, semua orang di ruang tamu menoleh. Angga yang awalnya santai, langsung membelalakkan mata.

"Dia? Jangan-jangan ini calon tunangan gue?"

"Eh ini anaknya," kata Naomi sambil tersenyum.

"Gih salim sama om tante."

Kanaya dengan senyum sopan, melangkah mendekat. Rambutnya tergerai rapi, matanya jernih, dan gerak-geriknya tenang. Dia mencium tangan Silvia dan Andi.

"Gak sekalian sama anak tante juga Naya?" goda Silvia sambil melirik ke Angga.

Kanaya mengangkat wajah, matanya langsung bertemu dengan mata Angga.

Deg!

"K-Kak Angga?" ucapnya spontan, suaranya meninggi karena terkejut.

Dalam hati pikirannya berkecamuk: "Jangan bilang dia calon suami gue! Rencana gue buat bikin dia nyerah bisa gagal total!"

"Loh kalian sudah saling kenal?" tanya Naomi, Silvia, dan Andi hampir bersamaan.

"Kita satu sekolah," jawab Angga singkat datar.

"Oh ya? Kenal dekat kan?" tanya Silvia penuh rasa ingin tau.

"Gak."

"Gak Tante."

Jawaban kompak itu membuat semua orang di ruangan menatap heran.

"Satu sekolah bukan berarti saling kenal kan Mi?" Angga menambahkan, nada santainya seolah menutup topik.

Kanaya ikut bicara, menjelaskan bahwa dia murid baru dan jarang bertemu Angga.

"Lo mau beradaptasi sama gue? Silakan pintu terbuka lebar," batin Angga sambil memperhatikan wajah gadis itu.

"Oh jadi Kanaya kelas sebelas?" tanya Andi. Kanaya mengangguk sopan.

Silvia mengangkat alis. "Bukannya dulu sekolah di Wijaya?"

Naomi pun menjelaskan kalau Kanaya pindah ke SMA Pelita Bangsa karena jaraknya lebih dekat. Obrolan mereka berlanjut ringan selama beberapa menit, membicarakan hal-hal umum. Hingga akhirnya, suasana berubah lebih serius ketika semua sudah duduk nyaman di sofa.

Andi berdehem. "Ekhm jadi begini Kanaya, Angga. Kalian pasti tau tujuan kami mempertemukan kalian. Kami sudah sepakat menjodohkan kalian sejak lama bahkan saat kalian masih di kandungan. Dulu saya dan almarhum papa Kanaya berjanji akan menikahkan kalian di usia tujuh belas. Tahun ini Angga delapan belas, Kanaya tujuh belas. Tapi karena kalian masih sekolah pernikahan akan..."

"Pi," potong Angga sambil mencondongkan tubuh ke arah Andi. Ucapannya nyaris seperti bisikan,

"Nikah besok juga Angga siap. Ngikut aja maunya Mami sama Papi, asal satu syarat yaitu pisah rumah."

Andi membeku. Namun, sebelum sempat merespons, Angga menambahkan dengan wajah datar, "Ah gak. Malam ini juga siap!"

Tatapan Andi langsung berubah. Dari yang awalnya serius, kini campuran antara bingung, kaget, dan sedikit ngeri. Dalam hatinya, dia masih mencoba mencerna: Baru kemarin anak ini ngotot nolak sekarang malah mau malam ini juga?

Terpopuler

Comments

jhiee

jhiee

ngakak aslii😂 tiba tiba ngebet nikah dia, 🤣

2025-08-14

1

Cikka Ikka

Cikka Ikka

lanjut thor, seruh bangett ceritanya👍

2025-08-19

0

Siti Nina

Siti Nina

Jangan " ga bakalan di lanjut nih novel 🤔

2025-08-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!