Siang ini, suasana di kantin SMA Pelita Bangsa sudah ramai bukan main. Udara bercampur bau gorengan, aroma mie rebus, dan wangi ayam bakar memenuhi ruangan. Suara riuh rendah percakapan bercampur tawa terdengar dari segala penjuru. Hampir seluruh siswa-siswi menyerbu ke sana tepat setelah bel istirahat pertama berbunyi beberapa menit lalu.
Di deretan meja yang berada di tengah-tengah ruangan, Kanaya dan Riska sudah duduk bersebelahan. Di depan mereka, nampan berisi nasi goreng, es teh manis, dan beberapa camilan kecil sudah tersaji. Sesekali, bunyi sendok yang beradu dengan piring terdengar di sela obrolan mereka. Tentu saja, di tengah makan, gosip tetap jadi menu utama kebiasaan khas mereka yang rasanya wajib ada setiap istirahat sekolah.
"Naya lihat deh! Wajah lo viral banget di grup Lambe Turah sekolah! Gila sih baru tadi pagi kejadian, gosipnya udah membludak! Mana posisi lo pas jatuh mesra banget lagi. Ck bikin iri sumpah!" celetuk Riska sambil menggeleng pelan. Meski mulutnya masih mengunyah nasi goreng, matanya tak lepas dari layar ponsel yang ia pegang erat. Jemarinya gesit menggulir layar, menampilkan komentar-komentar yang bermunculan tanpa henti.
Nyatanya, ucapan asal Kanaya pagi tadi benar-benar jadi kenyataan. Grup Lambe Turah sekolah yang biasanya sudah heboh dengan gosip kecil, kali ini benar-benar memanas. Semua berawal dari foto dirinya yang sedang dipeluk oleh Angga kakak kelas terkenal di SMA Pelita Bangsa pagi tadi. Padahal, semua itu hanya murni ketidaksengajaan akibat langkah ceroboh Kanaya sendiri.
"Apa?! Serius lo? Mana fotonya?" seru Kanaya, matanya membesar tak percaya.
Tanpa pikir panjang, ia langsung meraih ponsel Riska. Begitu melihat layar Kanaya refleks mengembuskan napas berat.
"Ya ampun! Ini pada mau gue cocol pake sambel apa gimana? Dibilang sok cantik? Kecentilan? Genit? Caper? Astaga..." Bibirnya ternganga, seolah tak habis pikir dengan ratusan komentar pedas yang membanjiri postingan itu.
Di layar foto itu jelas memperlihatkan dirinya yang sedang berada di pelukan Angga. Sudut pengambilannya membuat momen itu terlihat seolah intim, padahal hanya murni insiden. Komentar yang mengiringinya pun tak kalah panas. Ada yang menyindir, ada yang terang-terangan menghina. Bahkan, beberapa akun anonim sampai membuat cerita versi mereka sendiri.
"Udah lah biarin aja Naya. Ngadepin omongan orang gak bakal ada habisnya. Mending makan biar perut lo kenyang," sahut Riska santai sambil menarik lagi ponselnya dari genggaman Kanaya. Ia menyendok kembali nasi gorengnya, seolah gosip ini tidak terlalu penting untuk dipikirkan.
Kanaya menatapnya setengah melotot. "Biarin aja gimana maksud lo? Ini nama baik gue Ris! Gimana kalau kak Angga gak terima dan malah marah? Atau nuntut gue? Lo lupa dia siapa? Hidup gue bisa hancur sekejap tau! Apalagi kalau berita ini sampai ke Kevin. Fix makin runyam hidup gue!" keluhnya sambil menyibak rambut hitamnya ke belakang, rasa frustasi jelas terpampang di wajahnya.
"Ya maksud gue tuh jangan dimasukin ke hati. Toh lo gak salah kan? Kalau Kevin dengar ya jelasin aja yang sebenarnya. Sesimpel itu. Gue yakin dia pasti lebih percaya sama lo ketimbang omongan orang," Riska mencoba menenangkan, meski tau Kanaya tipe orang yang sulit tenang kalau sudah terjebak di masalah seperti ini.
"Ck!" Kanaya berdecak, lalu menunduk sebentar.
"Tau ah pusing gue! Gue mau ke toilet dulu!" katanya sambil bangkit, kursi yang ia duduki bergeser dengan bunyi berdecit. Tanpa menunggu respon Riska ia melangkah pergi.
Sepanjang jalan keluar dari kantin, Kanaya terus menggerutu dalam hati. Pandangannya sesekali ia turunkan, sengaja menghindari tatapan orang-orang. Meski tak semua melihatnya dengan tatapan sinis, beberapa wajah jelas menunjukkan rasa tidak suka. Terutama dari para penggemar Angga garis keras yang di sekolah ini jumlahnya tidak sedikit. Tatapan mereka tajam, menusuk, seolah siap "menguliti" dirinya hidup-hidup hanya karena insiden pagi tadi.
Bruk!
"Eh?! Aaa!!"
Tanpa ia sadari, langkahnya yang terburu-buru membuatnya menabrak sesuatu atau lebih tepatnya, seseorang. Di luar prediksi BMKG, tubuhnya yang terlalu fokus menunduk malah membentur seseorang yang berjalan dari arah berlawanan.
Dan lagi-lagi, Tuhan seolah belum puas mempertemukan dirinya dengan Angga. Siang ini, mereka kembali bertemu dalam momen yang nyaris sama seperti pagi tadi. Bedanya, kali ini Angga sudah melihatnya sejak jauh, tapi sengaja membiarkannya terus berjalan tanpa sadar sampai akhirnya, tubuh Kanaya menabrak dada bidangnya.
Refleks tangan Angga terangkat menahan pinggang Kanaya agar tidak jatuh. Sementara Kanaya yang kaget setengah mati, justru menahan kedua tangannya di depan dada Angga. Pandangannya otomatis terangkat dan matanya bertemu dengan tatapan tajam tapi tenang dari kakak kelasnya itu.
Sekilas waktu seakan melambat. Kanaya bahkan bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Tapi sayangnya, momen itu tak bertahan lama.
"Ekhm atmosfernya panas banget nih Ar. Kipas mana kipas!" celetuk Rafa di belakang mereka sambil mengibas-ngibaskan tangan, nadanya penuh godaan. Suaranya cukup keras untuk memecah keheningan.
Refleks Kanaya segera menjauh. Pipi dan telinganya mulai memanas. Untuk kedua kalinya hari ini, cowok yang sama membuatnya gugup setengah mati.
"Aduh kak maaf banget! Gue gak sengaja sumpah. Sorry banget gara-gara gue lo jadi kena imbasnya lagi." Nada suaranya terburu-buru, penuh rasa tidak enak hati.
"Santai aja Dek. Aa' Angga gak makan orang kok paling gigit doang," sahut Arya dari belakang dengan nada menggoda, membuat beberapa temannya terkekeh. Ucapan itu sukses membuat Kanaya makin salah tingkah.
"Ck!" Angga hanya berdecak, lalu memutar bola matanya malas. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia memilih pergi. Langkahnya santai, seolah insiden tadi tidak pernah terjadi.
Kanaya menatap punggungnya dengan tatapan heran. "Ck kok ada sih orang secuek itu? Gue kira gosip orang cuma lebay, ternyata beneran! Jangan-jangan rumor dia gak suka cewek itu bener? Hhh tapi untung juga sih berarti dia gak bakal marah ke gue. Marahnya aja udah nyeremin, apalagi kalau beneran ngamuk. Ih!" gumamnya sambil bergidik.
Dia mengembuskan napas panjang. "Masalah pagi aja belum kelar, ini malah nambah masalah baru. Gimana gue ngejelasin ke Kevin nanti?" Niat awalnya untuk ke toilet pun mendadak hilang. Tanpa sadar, langkahnya terus membawanya menuju kelas.
Sementara itu, di meja pojok kantin Angga dan gengnya sudah berkumpul. Meja itu berada di sudut paling belakang agak terpisah dari keramaian. Dari tadi, sejak insiden tabrakan kecil itu teman-temannya tidak henti-hentinya menggoda. Namun seperti biasa Angga tetap dingin dan nyaris tak memberi reaksi.
"Cie ada bau-bau PDKT nih!" sindir Rafa, alisnya naik-turun.
"Uhuy otw makan gratis nih!" timpal Arya dengan tawa renyah.
"Gak gampang sih. Kanaya kan udah punya pacar. Gak bakal semudah itu melirik cowok lain," ujar salah satu dari mereka sambil menyuap gorengan.
"Eh iya! Pacarnya kan Kevin? Rivalnya Angga!" celetuk Rafa dengan nada sengaja dibesarkan.
"Auto bacok-bacokan gak sih kalau Kevin tau?" tambahnya sambil nyengir.
"Masuk akal mana mungkin Kevin diem aja ceweknya cakep begitu. Ngerebut nya aja udah kayak mendaki gunung!" sahut yang lain sambil mengunyah keripik.
"Serius baru tau mereka pacaran. Sejak kapan?" tanya salah satunya.
"Katanya sih baru beberapa bulan. Bisa-bisanya Kanaya malah pacaran sama anak sekolah sebelah."
"Namanya juga cinta kadang gak masuk akal," sahut yang lain sambil terkekeh.
"Kalau saingannya Kevin gue sih siap nikung," ujar salah satu temannya sambil mengangkat dagu penuh percaya diri.
"Halah jangan sombong dulu. Setau gue Kanaya cinta banget sama Kevin," balas yang lain.
Angga hanya tersenyum tipis mendengar obrolan itu. Senyumnya begitu samar hingga tak ada satu pun yang menyadarinya. 'Heh cuma Kevin. Bahkan tujuh orang kayak dia pun bakal gue jabanin asal ceweknya dia,' batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Siti Nina
Nah lho angga dh mulai suka tuh sama kanaya
2025-08-14
0