...🥀...
...🎶Kabira X Raanjhan Mashup🎶...
...🦋 Hidup akan terus begini kalau tidak menentukan mau langkah maju atau mundur 🦋...
...🪞Rabu, 13 Agustus 2025🪞...
...🥀...
Baru mau turun dari mobil, Leander melihat panggilan dari Liona sekali, dia mencoba menghubungi kembali namun tidak diangkat lagi.
Liona sendiri kini berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya, ikatan tali yang begitu kencang menyebabkan kulitnya tergores dan luka. Semakin kuat Liona berusaha, semakin menjadi luka yang disebabkan.
Tepat pukul 2 dini hari, Liona mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Ia menoleh dan lega saat yang masuk adalah ibunya sendiri.
Samaira dengan air mata bercucuran melepaskan ikatan di tubuh putrinya. Liona meringis lalu duduk sambil sesegukan.
“Mama sudah siapkan semua keperluan kamu, Sayang. Pergilah dari sini,” ujar Samaira sembari menangkup wajah putrinya.
“Pergi? Mama juga?” Samaira menggeleng pelan.
“Mama akan tetap di sini, memantau agar kamu selalu aman dari Jedan.”
“Ma, apa sih yang membuat Mama betah menjadi istri bajingan itu? Kenapa Mama tidak pernah mau meninggalkan dia?”
“Ada hal yang Mama tidak bisa katakan pada kamu, pergilah dan hidup bahagia dengan dirimu sendiri, Liona. Doa Mama selalu menyertai kamu, selama lima tahun Mama sudah bungkam atas penderitaan kamu sayang.” Liona merasa matanya kembali panas, lehernya terasa mengembang ngilu, dan tangannya menggenggam kuat tangan Samaira.
“Bagaimana pernikahan ini, Ma?”
“Kenapa kamu memikirkan pernikahan yang sama sekali tidak menguntungkan untuk kamu? Ini bukan pernikahan kamu, Liona.”
“Tapi, Leander sangat baik dan membebaskan hidupku.”
“Sayang, cukup Mama yang merasakan pernikahan tanpa cinta. Jangan kamu. Pergilah! Leander tidak mencintai kamu nak, kamu berhak bahagia dengan pria yang mencintai kamu dan kamu cintai. Kali ini dengarkan Mama sayang.” Liona merasa hatinya begitu terenyuh, ia memeluk Samaira dan terisak di dalam pelukan sang ibu.
“Pernikahan ini hanya untuk nama baik dan urusan bisnis. Kamu tidak akan bahagia dengan semua ini, kamu hanya akan kembali terikat untuk kedua kalinya. Mama sudah siapkan kepergian kamu ke negara Varamesh, kamu akan tinggal di kota Darya. Di sana jauh dari jangkauan dua keluarga ini.” Samaira mencium kening putrinya dengan air mata yang terus mengucur hebat.
Liona langsung berkemas dan membawa beberapa barangnya dengan satu koper. Samaira berhasil membawa putrinya keluar dari mansion Jedan dengan aman tanpa diketahui oleh siapa pun. CCTV di mansion tersebut juga sudah dimatikan oleh Samaira hingga kepergian putrinya terbilang aman.
Taksi sudah menunggu di depan gerbang, Liona masuk dan menahan tangan sang ibu.
“Bagaimana dengan harga diri Leander, Ma?”
“Leander tau kamu adalah anak bungsu Jedan. Kalau suatu saat nanti dia tau kamu hanya anak tiri, sudah dipastikan dia akan menceraikan kamu. Sama saja bukan?” Samaira mengusap lembut pipi Liona dan kembali mencium seluruh wajah anaknya.
“Aku pergi, Ma.” Samaira mengangguk dan melambaikan tangan ketika mobil Liona meninggalkan area mansion.
Di dalam mobil, Liona tak kuasa menahan tangisnya. Dia juga tidak akan kuat dengan kehidupan ini, tinggal bersama dengan keluarga Altair sangat menyiksa dirinya.
Penerbangannya ke Varamesh pukul 09.00 dan sekarang masih pukul 03.00. Liona memilih untuk menginap di hotel yang dekat dengan bandara, tepatnya ada di pusat kota Belvaran.
Penerbangan dari Belvaran ke Varamesh akan memakan waktu selama 20 jam. Liona butuh istirahat lebih dulu, apalagi tubuhnya yang dipenuhi dengan luka dan lebam.
...***...
Sinar matahari menyelinap masuk ke celah tirai kamar hotel tempat Liona tidur saat ini. Ia bangun dan meringis ketika tubuhnya terasa sakit semua, suhu tubuhnya juga panas dan kepalanya sangat pusing.
Liona berjalan ke kamar mandi, membersihkan diri tanpa peduli kondisinya saat ini. Sekarang sudah pukul 07.45 dan dia harus segera ke bandara agar tidak terlambat.
Liona memasuki lift untuk turun ke lobi hotel, suasana di lorong hotel cukup sepi. Di lantai 6, pintu lift terbuka dan menampakkan sosok Leander berdiri dengan tegap. Liona ingin lari tapi ke mana? Leander sejenak menatap Liona lalu masuk ke dalam.
“Liona? Mau ke mana?” tanya Leander yang melihat Liona memegang pasport dan tiket pesawat.
Liona seketika tergagap dan menunduk, tangan kanannya meremas ujung baju yang ia kenakan. Leander bisa menilai kegugupan gadis itu, ia meraih tiket Liona dan membulatkan matanya.
“Kamu mau ke Varamesh?” tanya Leander dengan tenang namun penuh intimidasi.
“I-iya.”
“Ada acara apa?”
“Eum... Tidak ada... Eh ada. Aku mau ... mau...”
“Mau lari dari pernikahan yang tinggal sebulan lagi? Begitu?” tebak Leander di tengah kegugupan Liona.
Gadis itu langsung menoleh pada Leander dan menatap sendu ke arah pria yang menurutnya sangat baik itu.
“Bukan ... Bukan begitu, Lean.”
“Lalu?”
Ting!
Pintu lift terbuka dan Liona ingin mengambil tiketnya, tapi Leander malah menyimpan tiket itu di balik jas yang ia kenakan.
“Aku perlu bicara denganmu.” Leander menarik lengan gadisnya namun Liona menolak.
“Aku sudah terlambat, penerbanganku sebentar lagi.”
“Aku bisa mengantarkan kamu ke sana dengan jet pribadi. Tidak perlu khawatir kalau memang kepergianmu itu penting,” jawab Leander yang terus menarik Liona, dia meminta satu kunci kamar pada pihak hotel dan membawa Liona ke salah satu kamar untuk bicara berdua.
Liona hanya duduk sambil menunduk memainkan jari-jari tangannya. Leander berlutut dengan satu kaki dia tekuk di hadapan Liona.
“Lihat aku, Liona. Ada apa? Semalam kamu menghubungiku dan hari ini tiba-tiba kamu mau pergi. Apa kamu ingin membatalkan pernikahan ini juga?” tanya Leander dengan suara rendah namun tegas.
Liona tidak berani mengangkat pandangannya, dia justru menangis dan kedua bahunya bergetar. Leander memegang kedua tangan Liona dan memegang dagu gadis itu agar menatapnya.
Mata Liona sudah bengkak karena kebanyakan menangis.
“Aku tidak bisa menikah denganmu, Lean. Aku bukan gadis yang tepat untuk mendampingimu dan aku bukan orang yang tepat untuk menjaga nama baik keluarga ini,” ucap Liona sambil terisak dan kembali menunduk.
“Ada apa? Kenapa berubah pikiran mendadak seperti ini? Semalam kita baik-baik saja,” sahut Leander yang mulai bingung dengan penolakan Liona.
“Aku... memang dipaksa untuk menggantikan Aster. Tapi aku bukan orang yang pantas mewakilkan keluarga Altait untuk kamu.”
“Lalu? Yang membuatmu tidak pantas apa?”
“Aku bukan anak kandung dari Jedan Altair. Aku hanya anak tiri dan ibuku menikah dengan Jedan baru lima tahun. Aku bukan keturunan Altair.” Liona tidak berani mengangkat pandangannya, terlalu takut untuk menatap mata Leander.
Helaan napas panjang terdengar oleh Liona dari Leander. Pria itu berdiri dan duduk di sampingnya, masih terlihat tenang lalu memegang kedua bahu Liona.
“Tatap aku,” titah Leander dengan tegas.
Liona membawa pandangannya ke netra Leander.
“Kita lanjutkan pernikahan ini, untuk identitasmu, cukup aku yang tau dan jangan bicarakan pada siapa pun. Aku yang akan menutupinya, jangan pergi, Liona.” Liona semakin terisak dengan kedua bahu yang bergetar hebat.
“Aku tidak bisa, Leand, aku tidak bisa.”
“Apalagi yang membuatmu tidak bisa? Katakan padaku di mana kendalanya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Latifa Andriani
Realistis sih apa yg dibilang ama si Mama, mending pergi aja dan hidup bahagia sendiri Lio. Kamu masih muda belia
2025-08-13
0
Iguana Scrub
Terharu banget sama Samaira, selama ini dia bungkam mngkin dia ditekan juga
2025-08-14
0
Noer Hidayati
Samaira itu peduli tpi gak bisa berbuat banyak, kayaknya tertekan juga deh
2025-08-14
0