Terpaksa Menikah Dengan CEO
Nea pov
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja, aku menjalani nya dengan suka cita, tidak ada yang istimewa dari perkerjaanku yang hanya sebagai cleaning service.
Disini aku ditempatkan dibagian publik area, jadi mengepel adalah salah satu tugasku.
"Hai kamu anak baru ya?" Sapa seorang gadis dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi.
Aku yang tadinya fokus mengepel lalu mendongak kan kepalan menatap gadis yang sepertinya berbicara kepadaku.
"Ahh iya, perkenalkan nama ku Neandra panggil aja Nea." ucap ku dengan rama sekaligus menyodorkan tanganku untuk bersalam dengannya.
"Maaf aku sedang bawa ini" ia mununjuk nampannya dengan bibirnya.
"Ah iya gak papa," jawabku memakluminya.
"Nama ku Sania," dia juga memperkenalkan namanya. Tapi namanya sedikit unik, aku pernah menjumpai nya disalah satu brend minyak goreng kalau tidak salah.
"Salam kenal ya."
"Aku boleh minta bantuan kamu gak?" Tanya nya kepadaku, tentu saja aku tidak keberatan.
"Boleh"
"Tolong antar ini ke lantai 25 ke ruangan CEO," ucap nya memberitahukan nampan berisi cangkir itu kepadaku.
"Aku kebelet nih udah di ujung." imbuhnya dengan wajah sedikit merah dan penuh keringat.
"Iya deh, tapi ini gimana?" Tanyaku dengan pekerjaan yang belum ku rampungkan.
"Itu biar nanti aku yang lanjutin, ini urgen banget soalnya, takut pak bos marah-marah kalu kelamaan."
"Oh iya udah biar aku yang antar sekarang."
Aku pun memasuki lift karyawan menekan lantai 25.
Saat aku sudah di depan pintu yang bertulisan Chief Executive Officer (CEO) aku merasa gugup dan ragu untuk memasuki ruangan itu, ini adalah kali pertamaku bertemu dengan orang yang sangat penting dikantor ini. Aku takut membuat kesalahan yang membuatku dipecat.
Aku mengetuk pintu yang sudah kupastikan termpat tujuanku. Aku melihat pintu didepanku ini sedikit terbuka dan menampakkan cela tipis.
Tok
Tok
To
Sampai tiga kali ku ketuk belum kunjung jawaban aku memberanikan diri untuk mendorong pintu yang sedikit terbuka itu dengan satu tangan karena tangan yang lain membawa nampan berisi gelas.
"Akkhh!" Aku berteriak dengan keras, apa yang aku lihat barusan? Aku menonton adegan live orang yang sedang bercumbu.
Salah satunya pria tampan nan gagah dengan setelan jas navy nya, sedangkan yang satunya lagi seorang wanita dengan pakaian sexy dengan belahan dada yang terbuka.
Saat aku berteriak sotak membuat dua orang yang sedang bercumbu itu kaget lalu menghentikan aksinya.
"Siapa kamu berani-beraninya masuk ruangan saya?" Tanya pria ber jas navy itu marah dengan suara beratnya.
"Ee..em.. maaf pak saya cleaning service yang baru," aku sangat takut, dia pasti CEO diperusahaan ini. Bagaimana kalau dia memecatku.
"Pecat dia honey, di udah berani-beraninya ganggu kita" ucap wanita bertubuh sexy itu bergelayut manja dan tak segan mengalungkan tangannya leher pria itu.
Namun bukannya melakukan apa yang wanita itu mau ia malah mengambil telpon yang ada di atas meja kerjanya dan menghubungi seseorang.
"Rik datang keruangan saya!" Serunya pada orang yang ada di dalam telpon.
Tak berselang berapa lama pitu pun terbuka dan menampilkan sosok pria tampan juga berjas namun tak segagah itu dan keliahatan nya juga agak lebih muda sedikit.
"Anda memanggil saya, pak?" tanya pria itu.
"Usir gadis itu dari ruangan saya!" Serunya sambil menunjuk ke arah kearahku.
"Memang kenapa?" Tanya pria itu.
"Jangan banyak tanya, pokok nya kamu usir dia kalau perlu pecat dia sekalian"
Tanpa bertanya lagi pria yang baru datang tadi menggiringku untuk keluar dari ruangan CEO tadi.
Di luar ruangan sekarang aku sedang diinterogasi oleh pria tadi.
"Apa yang kamu perbuat sampai membuat Pak Ryszard marah?" tanya pria itu.
"Maaf pak, tapi saya tadi hanya mau mengantarkan kopi ini," jawab ku apa adanya, memang benarkan niat awalku tadi hanya mengantarkan kopi ini.
"Lalu?" Ia bertanya lagi, sepertinya dia tidak yakin hanya itu yang aku lakukan tadi.
"E... em... tadi setelah saya ketuk beberapa kali tidak ada jawaban, karena pintuya sedikut terbuka lalu saya ber inisiatif untuk mendorongnya sedikit dan-" ucapanku menggantung.
"Dan?dan apa?" Tanya pria itu mendesak.
"Dan dan saya melihat dua orang tadi sedang...em sedang um" aku memberikan isyarat kepadanya, karena aku malu menyebutkan hal apa yang aku lihat tadi.
"Lalu saya refleks berteriak pak"
"Lain kali jangan kamu ulangi lagi!" seru pria itu lalu pergi meninggalkan ku sendirian, pria itu mungkin sadar tidak sepenunya ini ulah ku tapi kecerobohan orang yang ada didalam karena tidak menutup pintu dengan benar.
Aku hanya bisa menghela napas panjang lalu melangkah pergi dan menaiki lift menekan tombol lantai dimana ruang pantry berada.
Kedatanganku langsung di sambut oleh Sania.
"Gimana Nea?" tanya Sania padakj
"Aku di marahin tau...." jawabku dengan muka masam.
"Hah kok bisa? Maaf ya harus nya aku sendiri yang kesana" ucap Sania kaget dan juga menyesal.
"Gak papa tenang aja santai, ya disini emang aku sih yang salah"
"Salah apa?? Cerita deh!" Tanya Sania kepo dan menduduk kan Nea di kursi.
Aku pun menceritakan adegan ciuman barusan dan membuat Sania syok.
"Apah? Jadi lo liat pak Ryszard ciuman sama cewek nya?" Tanya Sania antusias setengah berteriak.
"Syussstttt jangan keras-keras"
"Iya-iya sorry" ucap Sania memelankan suaranya.
"Pasti cewek yang lo maksud itu cewek yang biasa kesini itu, yang pakean nya kurang bahan kayak jalang itu." Cibir Sania pedas.
"Syutt jangan ngomong gitu, emangnya kamu gak takut kalau ada yang dengar dan kamu di aduin nanti?" tanya ku was was.
"Alah itu mah udah biasa semua orang disini emang gak suka sama pacar nya Pak Ryszard" Ucap Sania dengan enteng.
"Ooh gitu ya"
"He'em"
"Trus laki-laki yang di suruh ngusir aku tadi kamu tau siapa?"
"Itu pasti pak Emrik asisten pribadi nya Oak Ryszard".
"Ooo" aku menjawab nya dwngan ber oh ria.
_________
Saat pulang kantor.
Sekarang aku dan Sania selesai berganti baju diloker, sekarang kami berdua sedang berkaca dan membereskan barang-barang mereka.
"Nea lo naik apa?" tanya Sania padaku yang menghadap cermin
"Aku tadi berangkat naik ojol,"
"Pulang bareng yuk" ajak Sania.
"Yuk, tapi naik apa?"
"Gue bawa motor ayo gue anter dari pada lo naik ojol"
"Ehh ya.... jangan panggil gue pakek aku kamu, lo harus belajar bahasa jaksel biar keren. Mulai sekarang gue gak akan noleh kalau lo panggil gue pakek aku-kamu, ya... kalau dijam kerja gak papa tapi kalau udah selesai kayak gini ya ganti lah biar gak kaku."
Aku meringis mendengar permintaan Sania, lidahku membayangkan mengatakan lo-gue aja sudah keluh. Orang kampung pasti tertawa kalau tau aku pakai bahasa lo-gue.
"Ahh iyaaa, nanti gue coba."
Akkhh... ini aneh, lidah ku yang biasa medok harus di tahan agar tidak kelepasan dan membuat kata lo-gue jadi absturd saat lidah jawa asli mengucapkannya.
"Gak ngerepotin ini?"
"Enggak kok, ayo bensin gue banyak..." setelah mengatakan itu Sania ngacir pergi keparkiran.
"San tunggu" teriak Nea lalu berlari mengusul Sania.
Namun,
bruk
Aku menabrak tubuh tegap dan dada bidang seseorang, namun karena kokoh nya tubuh itu ia tidak bergeser atau bergerak sedikitpun melainkan aku lah yang tersungkur di lantai.
"Auwh" pekik ku mengaduh saat merasakan kerasnya lantai.
"Kamu tidak punya mata?" tanya pria itu dengan suara beratnya.
Nea mendongak dan-
Oh tidak aku menabrak orang yang salah, aku menabrak orang yang memarahiku tadi.
Tanpa di bantu orang itu, aku berdiri sendiri dan menundukkan kepalaku seraya meminta maaf kepada pria tersebut.
"Maaf pak" ucap ku dengan lirih dan menunduk kan kepalanya.
"Tidak sopan" cibirnya yang membuat bulu kuduk ku erinding takut.
"Kalau berbicara tatap orang nya!" Seru pria itu lalu aku memberanikan diri mendongak dengan perasan takut hingga membuat tubuhku gemetar.
"Ma- maaf pak" guman ku lirih dengan mencoba menatap pria itu.
"Apa kamu bilang? Kalau bicara itu yang jelas!"
"Saya minta maaf pak soal yang tadi pagi dan yang barusan" sedikit cepat dan keras.
Pria itu tidak menanggapi, ia malah tersenyum licik.
"Semua itu ada hukuman nya, tapi tidak sekarang saya akan memberikan hukuman jika saya sudah menemukan hukuman yang cocok untuk mu"
'Hah apa? Hukuman yang cocok? Emang ada ya yang seperti itu?'
Setelah mengatakan itu pria tersebut langsung pergi menunggalkanku sendirian.
'Nggak CEO nggak asistenya sama-sama suka ninggalin orang' cibirku dalam hati.
Lalu aku pun ikut pergi juga menyusul Sania yang mungkin sudah meninggalkan ku karena lama.
Tapi ternyata tidak, Sania masih setia menungguku diatas motor maticnya.
"Lama banget si lo, ngapain aja sih di dalam?" Gerutu Sania.
"Sorry tadi ada pohon gede di tengah jalan jadi gue nabrak deh" ucapku setengah bergurau.
"Hah pohon? Mana ada pohon di dalem kantor, ngacok lo!"
Aku menaiki motor Sania dan Sania pun melajukan motornya.
"San lo tinggal di mana?" tanya Nea.
"Hah apa?"tanya Sania tidak kedengeran karena hembusan angin yang kencang juga kendaraan yang berlalu lalang. "KALAU NGOMONG TU YANG KERAS!" Teriak Sania.
"LO TINGGAL DI MANA?" Tanyaku lagi dengan mengeraskan volume suara.
"Oh aku tinggal di deket sini, ngekos"
"HAH KAMU NGEKOS?"
"Jangan keras-keras Nea!"
"Tadi katanya suruh keras"
"Itu kan tadi sekarang udah nggak rame lagi, ya disesuain lah" ucap sania, ia malu menjadi pusan perhatian disekitarnya karena aku bertanya dengan sangat keras saat suasana tidak sebising tadi.
"Iya-iya, btw di tempat kos lo ada nggak yang masih kosong gitu?" tanya Nea.
"Hem ada sih, lo mau ngekos?" tanya sania.
"Iya"
"Dari pada lo ngekos sendiri mending ngekos bareng gue aja, jadi kita bayarnya setengah-setengah kan lebih irit" tawar Sania.
"Emang boleh ya kayak gitu?"
"Ya boleh lah" jawab Sania.
Beruntung sekali aku menemukan teman baik selerti Sania, semoga aku tidak pernah mengecewakannya dan pertemanan kita awet.
Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments