Part 4

Saat ini Nea tengah berada di kamarnya. Kamar dimana dulu yang setiap hari sebelum ia pindah ke jakarta. Rasa nya masih tidak percaya saja jika orang yang ia sayangi telah pergi meninggal kan nya untuk selama nya.

Nea meringkuk di kasur single bed nya dengan tatapan kosong. Tapi tak berapa lama air mata nya becucuran dengan di ikuti suara tangis yang sangat pelan, sampai sangat pelan nya hingga tidak ada yang bisa mendengarnya . Sudah cukup ia terlihat tegar didepan semua orang. Sekarang disini hanya ada dirinya dan tuhan yang sudah pasti selalu melihat nya. Nea menangis mengingat kepergian bapak nya beberapa hari lalu. Selain itu ia juga memikirkan perjanjian itu. Perjanjian dimana ia harus menikah dengan CEO di perusahaan nya yang baru ia kenal beberapa minggu. Entah apa motif nya untuk mempersunting Nea namun yang pasti Nea tidak dapat sembunyi bahkan kabur darinya walau saat ini ia sudah berada jauh dari Jakarta sudah pasti lelaki itu bisa menemukan nya dengan mudah.

Tiba ponsel nea berbunyi.

Nomor tidak dikenal? Siapa ini? Pertanyaan itu yang memenuhi benak Nea. Namun dengan segera Nea mengangkat telpon nya.

"Halo" sapa Nea kepada orang yang ada dalam telpon.

"Benar ini dengan Neandra adsila?" Tanya orang dalam telpon.

"Iya dengan saya sendiri. Ini dengan siapa?".

"Saya dengan emrik sekertaris pribadi pak Ryszard adyatama" jawab pria dalam telpon membuat nea kaget.

"Ada perlu apa ya anda menghubungi saya?" Tanya Nea berusaha menghilangkan kegugupan nya.

"Saya sekarang berada di kota anda dan akan segera menuju tempat tinggal anda" ucap nya dan membuat nea seketika membulatkan matanya kaget sekaligus tak percaya.

"A apa? Jangan datang kerumah saya"

"Kenapa ?"tanya pria itu.

"Saya yang akan datang ketempat anda. Anda cukup menunggu saya di suatu tempat. Dan ingat jangan datang kerumah saya" ucap nea menperingat kan nya.

"Baik, tapi awas kalau sampai nona coba-coba kabur dari saya"

"Iya saya tidak akan kabur saya akan tepati janji saya"

"Tut tut" telpon di matikan.

Setelah itu ada pesan masuk di posel Nea. Yaitu pesan yang berisi lokasi dimana Nea harus menemui Emric.

Nea menuju kamar ibunya untuk berpamitan pergi kesuatu tempat.

"Tok"

"Tok"

Setelah ketukan pintu nampak pintu tebuka lalu menampilkan sosok wanita parubaya.

"Bu Nea mau ijin keluar sebentar" ucap Nea kepada ibu nya.

"Mau kemana?" tanya ibunya.

"E em mau ke rumah temen Nea" ucap nea berbohong.

"Iya pergilah," ucap ibu mengijinkan Nea pergi karena pikirnya Nea perlu menenang kan diri dan butuh teman ngobrol yang seumuran untuk meringankan kesedihan nya akibat di tinggal bapak nya.

"Tapi di anter rifki ya" lanjut ibunya.

"Nggak usah bu, Nea udah pesen ojek tadi" ucap Nea berbohong lagi karena tak mau di antar Rifki.

"Oh yasudah tapi hati-hati ya"

____________

Saat ini Nea sudah berada di depan sebuah restoran yang terkenal di kotanya. Walau pun itu sangat terkenal namun tak sekali pun Nea menginjak kan kaki nya di sana karena sudah pasti harganya mahal. Dari pada ia buat beli makan di resto itu mending ia belikan makanan yang biasa ia beli di pinggir jalan. Selain harganya murah rasa nya juga enak dan yang terpenting adalah porsinya banyak.

Di restoran itu Nea menoleh ke kanan dan kekiri untuk mencari keberadaan seseorang yang akan membawa nya kembali ke Jakarta.

Saat ia menemukan orang yang di cari. Nea langsung berjalan kearah nya,namun sebelum itu Nea menyadari keberadaan sosok lain. Tak lain dan tak bukan itu adalah sosok yang akan menjadikan nya istri. Entah apa motif nya mempersunting Nea sampi sekarang ia tidak tau.

Dengan ragu-ragu Nea melangkah mendekati meja itu.

"Permisi" ujar nea.

"Duduk" sahut pria itu dengan suara dingin nya. Siapa lagi jika bukan Ryszard.

"Iya" jawab Nea lalu duduk di sebuah kursi yang ada di sana.

"Jadi ada apa bapak jauh-jauh menemui saya kesini?" Tanya Nea to the point.

"Besok kita menikah" ucap Ryszard singkat, jelas, padat dengan suara berat nya.

"Hah" perkik Nea kaget.

"Kenapa? kamu tidak setuju?" Tanya Ryszard.

Belum sempat menjawab Ryszard sudah berkata lagi.

"Tidak ada penolakan" katanya dengan tegas.

"T tapi pak, bapak saya baru meninggal tiga hari lalu" icap nea dengan suara bergetar.

"Itu bukan urusan saya" jawab nya dengan sinis.

"Tapi saya dan keluarga saya masih dalam keadaan berduka. Akan sangat tidak pantas jika saya menikah besok" ucap Nea berusaha mengulur waktu, selain ia masih berduka Nea juga masih belum siap menikah dengan Ryszard.

"Saya tidak mau tahu" keputusan sudah final dan tidak bisa digangu gugat.

"Lebih baik anda menurut saja nona" ucap Emrik yang juga berada di situ.

Nea hanya diam mencerna dan memikirkan cara agar pernikahan mereka di undur.

Sepertinya Nea tidak ada pilihan lain selain menyetujui pernikahan ini.

"Bagaimana nona?" Tanya Emrik.

Dengan berat hati Nea menganggukinya.

"Nanti sore saya akan menemui keluargamu dan malam nya kita akan terbang ke jakarta" ucap Rysard.

"Tidak perlu pak" cegah Nea. "Seperti yang sudah saya bilang tadi keluarga saya itu masih dalam keadaan berduka, apa kata orang nanti jika saya menikah saat ini." Jelas Nea.

"Lalu mau mu apa?" Tanya ryszard.

"Keluarga saya tidak perlu tahu kalau saya menikah. Lagi pula pernikahan ini hanya sementara jadi untuk apa keluarga saya tahu"

"Baiklah jika itu mau mu" jawab nya.

"Sekarang anda bisa menyiapkan barang-barang anda nona, karena nanti malam kita akan terbang ke jakarta" ucap emrik.

"Yasudah kalau begitu, saya akan pulang sekarang"

Nea pun pulang ke rumah nya menggunakan ojek tadi, sedangkan Ryszard memilih beristirahat di suatu hotel milik nya yang ada di kota tersebut.

Sesampai nya di rumah, Nea langsung ke dapur untuk menghampiri ibu Nya yang tengah memasak untuk acara tiga hari meninggalnya bapak nya.

"Bu Nea mau bicara," ucap Nea mendekati ibunya yang sedang menggoreng ayam.

"Iya mau bicara apa nak?" Tanya ibu lalu mematikan kompornya dan mengikuti Nea masuk ke dalam kamarnya.

"Bu Nea nanti malam mau balik ke Jakarta," ucap Nea langsung kepada intinya.

"Bukan kah ini terlalu cepat Ne? Bahkan belum tujuh hari bapakmu meninggal" ucap ibu.

"Pamali kata orang Nea" lanjut nya.

"Tapi Nea harus balik sekarang, soal nya Nea cuman ijin tiga hari" ucap Nea mencoba menjelaskan ke ibunya.

"Yasudah jika itu keputusan mu ibu tidak bisa mencegah mu" ujar ibu akhirnya luluh juga.

______________

Kini Nea sedang berada di depan rumah nya. Ia sedang berpamitan kepada ibu dan kedua adiknya.

"Tapi ibu minta kamu jangan capek-capek disana dan jangan pikirkan kami yang di kampung" ucap ibu Nea.

"Iya bu, Nea nggak akan capek-capek. Tapi Nea janji bakal kirim uang tiap bulan nya buat sekolah siska dan Rifki"

"Nggak usah dipaksakan jika kamu tidak punya uang, nak."

"Nggak kok bu itu kan sudah menjadi tanggung jawab Nea sebagai anak sulung setelah bapak nggak ada"

Mereka pun berpelukan.

Ibu terharu dengan ucapan Nea. Tidak terasa anak sulung nya sudah sedewasa ini. Anak yang dulu di manja-manja suamainya kini telah dewasa bahkan bisa berkata sebijak itu. Ia sudah mengambil alih tugas bapak nya yang sudah tiada.

"Yasudah bu Nea berangkat dulu ya," ucap Nea melepas pelukan.

"Kamu naik apa?" Tanya ibu.

"Nea naik kereta bu" jawab nea berbohong karena jika ia jawab jujur ia naik pesawat pasti ibu dan adik-adik nya bertanya-tanya kepadanya soal biaya nya.

"Ya udah biar di antar Rifki ke stasiun,"

"Aku berangkat dulu ya assalamualaikum" pamit Nea dan mencium tangan ibunya.

"Hati-hati nak"

"Hati-hati kak"

Nea pun berangkat dengan Rifki, sedari tadi adiknya berpikir kenapa Nea malah menyuruhnya untuk menuju kesuatu hotel

Mereka berhenti di depan hotel mewah.

"mbak kenapa kita kesini?"

Nea memejamkan matanya dan menarik dalm napasnya, sangat berat rasanya ia mengatakan pada adaiknya mengenai hal yang sebenarnya terjadi.

"Bantu embak-" Nea menghela napasnya.

"Mbak akan menikah, dan mbak butuh kamu sebagi walinya."

"Maksudnya?"

"Ceritanya panjang Rif, tapi tolong kali ini aja bantu mbak. Mbak melakukan ini demi kalian, mbak sudah kadung menandatangani surat perjanjian untuk menikah dengan seseorang."

"Ikut mbak ke Jakarta, tapi jangan bilang ibu. Mbak gak mau ibu tahu tentang hal ini. Mbak hanya akan menikah beberapa bulan saja dengannya."

Meyakinkan remaja laki-laki yang berusia 17 tahun bukanya hal mudah, tapi Rifki punya pikiran yang lebih matang dari usianya oleh sebab itu Nea bisa menyakinkan adiknya dengan memberikan penjelasan yang akan diterima oleh hati nurani adiknya.

Setelah meyakinkan sang adik, Nea langsung masuk dan sudah di tunggu seseorang di loby, sedangkan Rifki menunggu didepan. Emrik sudah menunggunya sedari tadi disana.

"Nona" panggil Emrik kepad Nea yang hampir bertanya kepada resepsionis.

Nea pun menoleh ke arah Emrik dan menghampirinya.

"Tuan Ryszard masih di kamar. Sebaiknya kita pergi kesan nona" ucap Emrik lalu pergi mendahului Nea.

Nea mengikuti kemana pun langkah Emrik pergi hingga sampai di depan sebuah pintu kamar.

"Tok"

"Tok"

"Tok"

Emrik mengetuk pintu.

"Masuk" mendengar itu emrik dan nea langsung memasuki kamar hotel mewah tersebut.

Di dalam kamar Nea terus menatap sekeliling dengan takjub melihat seisi kamar hotel tersebut yang sangat mewah.

"Lihat apa kamu?" tanya Ryszard dengan suara dingin nya.

Pertayaan itu menyadarkan Nea dari ketakjupannya melihat semua ini.

"E enggak lihat apa-apa pak" jawab Nea gugup.

"Kita akan segera berangkat menuju bandara" ucap Ryszard dengan suara beratnya.

"I iya pak," ucap Nea menganguk patuh.

Jadi sekarang kamu bereskan semua barang-barang saya!" ucap Ryszar dengan nada yang tidak dapat di bantah.

Dengan patuh Nea pun memasukkan barang-barang Ryszard kembali ke dalam koper. Tidak banyak barang yang ia bawa jadi itu tidak memakan waktu lama.

Mereka pun berangkat ke kota surabaya untuk naik pesawat dari sana karena di kota Nea masih belum ada bandara.

Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, mereka tiba di bandara.

Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki nya di bandara. Ia sangat takjup melihat pesawat-pesawat yang sangat besar dan membuat nya sedikit merasa takut untuk menaiki nya.

Sekarang Nea, Ryszard, dan Emrik sudah masuk ke dalam pesawa kelas bisnis.

Tak berselang lama pesawat pun lepas landas. Itu membuat Nea sangat takut hingga tubuh nya bergetar hebat dan bercucuran keringat di dahi nya.

Ryszard yang sedari tadi melihat ketakutan Nea agak merasa kasihan dan ingin menenangkan nya namun ia urungkan karena gengsinya yang cukup tinggi.

Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!