NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Dengan CEO

Part 1

Nea pov

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja, aku menjalani nya dengan suka cita, tidak ada yang istimewa dari perkerjaanku yang hanya sebagai cleaning service.

Disini aku ditempatkan dibagian publik area, jadi mengepel adalah salah satu tugasku.

"Hai kamu anak baru ya?" Sapa seorang gadis dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi.

Aku yang tadinya fokus mengepel lalu mendongak kan kepalan menatap gadis yang sepertinya berbicara kepadaku.

"Ahh iya, perkenalkan nama ku Neandra panggil aja Nea." ucap ku dengan rama sekaligus menyodorkan tanganku untuk bersalam dengannya.

"Maaf aku sedang bawa ini" ia mununjuk nampannya dengan bibirnya.

"Ah iya gak papa," jawabku memakluminya.

"Nama ku Sania," dia juga memperkenalkan namanya. Tapi namanya sedikit unik, aku pernah menjumpai nya disalah satu brend minyak goreng kalau tidak salah.

"Salam kenal ya."

"Aku boleh minta bantuan kamu gak?" Tanya nya kepadaku, tentu saja aku tidak keberatan.

"Boleh"

"Tolong antar ini ke lantai 25 ke ruangan CEO," ucap nya memberitahukan nampan berisi cangkir itu kepadaku.

"Aku kebelet nih udah di ujung." imbuhnya dengan wajah sedikit merah dan penuh keringat.

"Iya deh, tapi ini gimana?" Tanyaku dengan pekerjaan yang belum ku rampungkan.

"Itu biar nanti aku yang lanjutin, ini urgen banget soalnya, takut pak bos marah-marah kalu kelamaan."

"Oh iya udah biar aku yang antar sekarang."

Aku pun memasuki lift karyawan menekan lantai 25.

Saat aku sudah di depan pintu yang bertulisan Chief Executive Officer (CEO) aku merasa gugup dan ragu untuk memasuki ruangan itu, ini adalah kali pertamaku bertemu dengan orang yang sangat penting dikantor ini. Aku takut membuat kesalahan yang membuatku dipecat.

Aku mengetuk pintu yang sudah kupastikan termpat tujuanku. Aku melihat pintu didepanku ini sedikit terbuka dan menampakkan cela tipis.

Tok

Tok

To

Sampai tiga kali ku ketuk belum kunjung jawaban aku memberanikan diri untuk mendorong pintu yang sedikit terbuka itu dengan satu tangan karena tangan yang lain membawa nampan berisi gelas.

"Akkhh!" Aku berteriak dengan keras, apa yang aku lihat barusan? Aku menonton adegan live orang yang sedang bercumbu.

Salah satunya pria tampan nan gagah dengan setelan jas navy nya, sedangkan yang satunya lagi seorang wanita dengan pakaian sexy dengan belahan dada yang terbuka.

Saat aku berteriak sotak membuat dua orang yang sedang bercumbu itu kaget lalu menghentikan aksinya.

"Siapa kamu berani-beraninya masuk ruangan saya?" Tanya pria ber jas navy itu marah dengan suara beratnya.

"Ee..em.. maaf pak saya cleaning service yang baru," aku sangat takut, dia pasti CEO diperusahaan ini. Bagaimana kalau dia memecatku.

"Pecat dia honey, di udah berani-beraninya ganggu kita" ucap wanita bertubuh sexy itu bergelayut manja dan tak segan mengalungkan tangannya leher pria itu.

Namun bukannya melakukan apa yang wanita itu mau ia malah mengambil telpon yang ada di atas meja kerjanya dan menghubungi seseorang.

"Rik datang keruangan saya!" Serunya pada orang yang ada di dalam telpon.

Tak berselang berapa lama pitu pun terbuka dan menampilkan sosok pria tampan juga berjas namun tak segagah itu dan keliahatan nya juga agak lebih muda sedikit.

"Anda memanggil saya, pak?" tanya pria itu.

"Usir gadis itu dari ruangan saya!" Serunya sambil menunjuk ke arah kearahku.

"Memang kenapa?" Tanya pria itu.

"Jangan banyak tanya, pokok nya kamu usir dia kalau perlu pecat dia sekalian"

Tanpa bertanya lagi pria yang baru datang tadi menggiringku untuk keluar dari ruangan CEO tadi.

Di luar ruangan sekarang aku sedang diinterogasi oleh pria tadi.

"Apa yang kamu perbuat sampai membuat Pak Ryszard marah?" tanya pria itu.

"Maaf pak, tapi saya tadi hanya mau mengantarkan kopi ini," jawab ku apa adanya, memang benarkan niat awalku tadi hanya mengantarkan kopi ini.

"Lalu?" Ia bertanya lagi, sepertinya dia tidak yakin hanya itu yang aku lakukan tadi.

"E... em... tadi setelah saya ketuk beberapa kali tidak ada jawaban, karena pintuya sedikut terbuka lalu saya ber inisiatif untuk mendorongnya sedikit dan-" ucapanku menggantung.

"Dan?dan apa?" Tanya pria itu mendesak.

"Dan dan saya melihat dua orang tadi sedang...em sedang um" aku memberikan isyarat kepadanya, karena aku malu menyebutkan hal apa yang aku lihat tadi.

"Lalu saya refleks berteriak pak"

"Lain kali jangan kamu ulangi lagi!" seru pria itu lalu pergi meninggalkan ku sendirian, pria itu mungkin sadar tidak sepenunya ini ulah ku tapi kecerobohan orang yang ada didalam karena tidak menutup pintu dengan benar.

Aku hanya bisa menghela napas panjang lalu melangkah pergi dan menaiki lift menekan tombol lantai dimana ruang pantry berada.

Kedatanganku langsung di sambut oleh Sania.

"Gimana Nea?" tanya Sania padakj

"Aku di marahin tau...." jawabku dengan muka masam.

"Hah kok bisa? Maaf ya harus nya aku sendiri yang kesana" ucap Sania kaget dan juga menyesal.

"Gak papa tenang aja santai, ya disini emang aku sih yang salah"

"Salah apa?? Cerita deh!" Tanya Sania kepo dan menduduk kan Nea di kursi.

Aku pun menceritakan adegan ciuman barusan dan membuat Sania syok.

"Apah? Jadi lo liat pak Ryszard ciuman sama cewek nya?" Tanya Sania antusias setengah berteriak.

"Syussstttt jangan keras-keras"

"Iya-iya sorry" ucap Sania memelankan suaranya.

"Pasti cewek yang lo maksud itu cewek yang biasa kesini itu, yang pakean nya kurang bahan kayak jalang itu." Cibir Sania pedas.

"Syutt jangan ngomong gitu, emangnya kamu gak takut kalau ada yang dengar dan kamu di aduin nanti?" tanya ku was was.

"Alah itu mah udah biasa semua orang disini emang gak suka sama pacar nya Pak Ryszard" Ucap Sania dengan enteng.

"Ooh gitu ya"

"He'em"

"Trus laki-laki yang di suruh ngusir aku tadi kamu tau siapa?"

"Itu pasti pak Emrik asisten pribadi nya Oak Ryszard".

"Ooo" aku menjawab nya dwngan ber oh ria.

_________

Saat pulang kantor.

Sekarang aku dan Sania selesai berganti baju diloker, sekarang kami berdua sedang berkaca dan membereskan barang-barang mereka.

"Nea lo naik apa?" tanya Sania padaku yang menghadap cermin

"Aku tadi berangkat naik ojol,"

"Pulang bareng yuk" ajak Sania.

"Yuk, tapi naik apa?"

"Gue bawa motor ayo gue anter dari pada lo naik ojol"

"Ehh ya.... jangan panggil gue pakek aku kamu, lo harus belajar bahasa jaksel biar keren. Mulai sekarang gue gak akan noleh kalau lo panggil gue pakek aku-kamu, ya... kalau dijam kerja gak papa tapi kalau udah selesai kayak gini ya ganti lah biar gak kaku."

Aku meringis mendengar permintaan Sania, lidahku membayangkan mengatakan lo-gue aja sudah keluh. Orang kampung pasti tertawa kalau tau aku pakai bahasa lo-gue.

"Ahh iyaaa, nanti gue coba."

Akkhh... ini aneh, lidah ku yang biasa medok harus di tahan agar tidak kelepasan dan membuat kata lo-gue jadi absturd saat lidah jawa asli mengucapkannya.

"Gak ngerepotin ini?"

"Enggak kok, ayo bensin gue banyak..." setelah mengatakan itu Sania ngacir pergi keparkiran.

"San tunggu" teriak Nea lalu berlari mengusul Sania.

Namun,

bruk

Aku menabrak tubuh tegap dan dada bidang seseorang, namun karena kokoh nya tubuh itu ia tidak bergeser atau bergerak sedikitpun melainkan aku lah yang tersungkur di lantai.

"Auwh" pekik ku mengaduh saat merasakan kerasnya lantai.

"Kamu tidak punya mata?" tanya pria itu dengan suara beratnya.

Nea mendongak dan-

Oh tidak aku menabrak orang yang salah, aku menabrak orang yang memarahiku tadi.

Tanpa di bantu orang itu, aku berdiri sendiri dan menundukkan kepalaku seraya meminta maaf kepada pria tersebut.

"Maaf pak" ucap ku dengan lirih dan menunduk kan kepalanya.

"Tidak sopan" cibirnya yang membuat bulu kuduk ku erinding takut.

"Kalau berbicara tatap orang nya!" Seru pria itu lalu aku memberanikan diri mendongak dengan perasan takut hingga membuat tubuhku gemetar.

"Ma- maaf pak" guman ku lirih dengan mencoba menatap pria itu.

"Apa kamu bilang? Kalau bicara itu yang jelas!"

"Saya minta maaf pak soal yang tadi pagi dan yang barusan" sedikit cepat dan keras.

Pria itu tidak menanggapi, ia malah tersenyum licik.

"Semua itu ada hukuman nya, tapi tidak sekarang saya akan memberikan hukuman jika saya sudah menemukan hukuman yang cocok untuk mu"

'Hah apa? Hukuman yang cocok? Emang ada ya yang seperti itu?'

Setelah mengatakan itu pria tersebut langsung pergi menunggalkanku sendirian.

'Nggak CEO nggak asistenya sama-sama suka ninggalin orang' cibirku dalam hati.

Lalu aku pun ikut pergi juga menyusul Sania yang mungkin sudah meninggalkan ku karena lama.

Tapi ternyata tidak, Sania masih setia menungguku diatas motor maticnya.

"Lama banget si lo, ngapain aja sih di dalam?" Gerutu Sania.

"Sorry tadi ada pohon gede di tengah jalan jadi gue nabrak deh" ucapku setengah bergurau.

"Hah pohon? Mana ada pohon di dalem kantor, ngacok lo!"

Aku menaiki motor Sania dan Sania pun melajukan motornya.

"San lo tinggal di mana?" tanya Nea.

"Hah apa?"tanya Sania tidak kedengeran karena hembusan angin yang kencang juga kendaraan yang berlalu lalang. "KALAU NGOMONG TU YANG KERAS!" Teriak Sania.

"LO TINGGAL DI MANA?" Tanyaku lagi dengan mengeraskan volume suara.

"Oh aku tinggal di deket sini, ngekos"

"HAH KAMU NGEKOS?"

"Jangan keras-keras Nea!"

"Tadi katanya suruh keras"

"Itu kan tadi sekarang udah nggak rame lagi, ya disesuain lah" ucap sania, ia malu menjadi pusan perhatian disekitarnya karena aku bertanya dengan sangat keras saat suasana tidak sebising tadi.

"Iya-iya, btw di tempat kos lo ada nggak yang masih kosong gitu?" tanya Nea.

"Hem ada sih, lo mau ngekos?" tanya sania.

"Iya"

"Dari pada lo ngekos sendiri mending ngekos bareng gue aja, jadi kita bayarnya setengah-setengah kan lebih irit" tawar Sania.

"Emang boleh ya kayak gitu?"

"Ya boleh lah" jawab Sania.

Beruntung sekali aku menemukan teman baik selerti Sania, semoga aku tidak pernah mengecewakannya dan pertemanan kita awet.

Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"

Part 2

Author Pov

Pagi ini Nea sudah siap untuk pergi bekerja namun ia belum berangkat karena masih menungggu sahabat barunya siapa lagi jika bukan sania. Nea sekarang sudah tinggal bersama Sania lebih tepatnya nge-kost bersama Sania.

"San cepet dong!" Teriak kesal Nea karena dari tadi sania masih saja berdiri di depan kaca entah apa yang ia lakukan sampai selama itu.

"Iya-iya gue udah siap" ujar Sania seraya berputar-putar seperti penari balet.

"Uhuk-uhuk" Nea terbatuk-batuk dan refleks menutup hidung mencium parfum baru Sania yang baru kemarin ia beli.

"Lo kenapa?" tanya Sania dengan wajah tanpa dosanya.

"Lo nggak sadar apa kalau minyak wangi lo itu bau nya nyengat banget kayak minyak nyong-nyong" ucap Nea sambil menutup hidung nya.

"Sembarangan lo ini tu parfum mahal ya baru kemarin gue beli" ucap Sania tak terima.

"Terserah lo mau ngomong apa yang penting sekarang buruan kita berangkat!" ajak Nea lalu keluar karena tak tahan bau parfum dari Sania.

Suara ponsel Nea berbunyi ia pun langsung mengangkat telpon tersebut, ternyata panggilan telpon itu adalah nomor ayahnya.

"Halo pak?"

"Halo mbak ini aku Rifki" ucap laki-laki dalam telpon terdengar itu adalah suara adiknya yang duduk di bangku SMA.

"Iya ada apa dek?" Tanya Nea.

"Bapak sakit mbak" ucap nya to the point.

"Hah apa? Sakit apa?" Tanya Nea khawatir.

"Bapak sakit jantung mbak, dan harus segera di operasi"

Nea khawati dan cemas, tapi ia menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis terlalu kencang, karena itu hanya akan membuat keluarga nya tambah sedih. Ia mencoba kuat dan berpikir positif juga memberikan pikiran positif itu untuk adiknya jika ayahnya tidak akan kenapa-napa.

"Mbak-mbak masih disana kan?" Tanya Rifki cemas yang tidak mendengar suara Nea.

Nea tersentak kaget lalu sadar dari lamunannya, "i iya embak masih di sini, kamu tenang aja nanti mbak akan kirim uang untuk bapak" ucap Nea tanpa berfikir panjang.

"Tapi mbak biaya nya itu nggak sedikit" ujar Rifki di dalam telpon.

"Udah tenang aja kamu kan tau mbak mu ini kerja di kantor besar pasti gajinya juga besar, ya walau pun cuman jadi cleaning servis tapi atasan mbak juga baik jadi mungkin mereka mau membantu" ucap Nea panjang lebar.

"Rifki kamu telpon siapa?" Terdegar suara wanita yang sangat Nea kenal, ya itu adalah ibu Nea.

"Telpon mbak Nea buk, mbak juga harus tau"

"Kamu jangan bebani mbak mu, mbak mu juga butuh uang untuk hidup di kota besar di sana"

Terdengar perdebatan di sana, Nea hanya diam.

"Nea ini ibu, sudah kamu jangan dengarkan apa kata adik mu bapak nggak papa kok, ibu juga udah menawarkan sawah kita untuk di jual jadi kamu nggak perlu pikirin kita disini"

"Gak bu, Nea akan tetap kirim uang untuk bapak, nanti Nea akan coba pinjam ke perusahaan bu"

"Kalau tidak bisa jangan di paksa nak, nanti kamu malah yang terbebani"

"Gak kok bu, Nea gak merasa terbebani sama sekali."

"...."

"Ya sudah bu Nea mau berangkat keja dulu" ucap Nea lalu mematikan panggilan telpon tersebut.

Tanpa ia sadari ternyata ada seseorang mengangamati dan mendengarkan semua obrolan Nea di telpon. Siapa lagi jika bukan teman nya itu 'Sania'.

"Nea, lo yang sabar ya... gue denger semua tadi dan gue juga ikut sedih dengernya gue nggak bisa bantu apa-apa cuman bisa bantu do'a buat kesembuhan bapak lo" ujar Sania.

"Nggak papa San, makasih ya lo udah do'a in bapakku"

"Nanti gue bantu deh ngomong ke pihak keuangan kantor buat pinjemin lo duit" ujar Sania.

"Makasih ya san lo baru aja jadi temen gue, tapi udah sebaik ini ke gue" ucap Nea.

"Iya udah melow-melow an nya nanti kita lanjutin setelah pulang kerja aja, sekarang mari kita bekerja untuk mencari duit yang banyak" seloroh Sania membuat Nea tersenyum sambil mengusap air matanya.

Mereka berdua pun bergegas pergi kekantor menggunakan motor matic kesayangan Sania.

___________________

Sekarang Sania dan Nea sedang berada di ruangan bagian keuangan kantor.

"Maaf sebelumnya perusahaaan tidak bisa meminjamkan uang sebesar itu kepada kariawan, apa lagi kamu adalah kariawan baru disini, masa ia kamu dah kas bon aja?" kata-tanya memang manis di awal tapi lihat kata- kata terakhinya, sangat menggigit sekali.

"Oh gitu ya bu" ucap Nea dengan lesu.

"Masa nggak bisa si bu setengah deh setengah nggak papa, ini itu urgend banget" ucap Sania membantu membujuk staf keuangan tersebut.

"Maaf tetap tidak bisa, tapi jika memang uang nya sangat di butuhkan lebih baik kamu ngomong langsung sama CEO disini karena hanya ia yang bisa mengubah peraturan" saran staf keuangan tersebut.

"Ya sudah bu terima kasih" ucap Nea dan sania lalu keluar dari ruangan itu dengan wajah yang di tekuk.

Nea dan sania berjalan beriringan.

"Gimana ini San?" Tanya Nea.

"Ya pilihan satu-satunya lo harus minta bantuan ke pak Ryszard CEO sekaligus pemilik perusahaan ini" jawab Sania.

"Tapi gue takut"

"Ntar gue temenin tapi gue tunggu di depan lo yang masuk hehehe" ucap Sania sambil terkekeh untuk mencairkan suasana.

"Itu mah sama aja bo'ong" dengus Nea kesal.

"Yaudah yuk kita lanjuk bersih-bersih" ajak Sania lalu mereka berdua pun melanjutkan tugas masing-masing.

_______

Sekarang tiba lah jam pulang kantor.

Nea dan Sania sekarang berdiri di depan pintu yang bertuliskan (CEO).

"San temenin aku dong" bisik Nea kepada Sania.

"Gue nggak berani" cicit Sania.

"Lo aja nggak berani apalagi gue yang pernah buat kesalahan" ucap Nea mengingat ia sudah melakukan kesalahan dua kali kepada CEO.

Tanpa menggubris perkataaan Nea, sania mengetuk pintu itu.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" Seru seseorang dengan suara beratnya dari balik pintu yang membuat bulu kuduk Nea dan Sania merinding.

"Udah sono buruan masuk!" Ucap Sania membukak kan pintu untuk nea.

Mau tak mau Nea harus masuk sekarang karena pintu sudah terbuka lebar.

Dengan menampilkan senyum semanis mungkin, Nea masuk dengan rasa takut yang memenui hati nya.

Pria itu fokus dengan laptopnya dan tanpa menoleh ke arah Nea, pria yang ada di dalam sana mempersilahkan Nea untuk duduk.

"Duduk!" Titahnya dan Nea pun patuh dan duduk menghadap pria itu, ia tak kuasa menatap wajah di depan nya dan memilih untuk menunduk.

"Terima kasih pak," ucap Nea dan itu pun masih belum di lihat oleh pria itu ,ia hanya mengangguk dan masih fokus dengan laptopnya.

"Jadi ada keperluan apa kamua kesini?" Tanya nya dengan to the point.

"Em jadi gini pak saya kesini mau meminjam uang sebesar 100jt ke perusahaan untuk pengobatan bapak saya," ucap nea dengan lirih.

"Apa yang akan saya dapatkan dengan saya meminjamkan kamu uang?" Tanya pria itu.

Sebenarnya kalau hanya 100juta saja kecil bagi Ryszard tapi ia tidak ingin memberika uang itu secara cuma-cuma dan tanpa imbalan apapun.

"Saya tidak bisa memberikan apapun untuk bapak karena memang saya tidak punya apa pun pak, saya janji akan mengembalikan uang itu dengan cara mencicilnya sampai lunas walau pun sampai seumur hidup saya".

"Saya mohon pak, bapakk saya di kampung sedang sakit jantung dan perlu di oprasi jika tidak-" Nea tidak melanjutkan kata-katanya.

Pria itu mendongak lalu menatap manik coklat milik Nea "jika tidak, apa?" Tanya nya.

"B bapak tidak akan selamat" ucap nea dengan air mata yang sudah tak dapat di bendung lagi.

"Kamu tahukan uang 100 juta bukan uang yang kecil? Saya bersedia membantu kamu asal kamu menikah dengan saya" ucap Ryszard dengan enteng nya.

"Ha maksud bapak?" Tanya Nea tak percaya karena baru minggu lalu ia melihat pria itu sedang bercumbu dengan wanitanya dan sekarang mengajak nya menikah.

Entah terjatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus mau menikah dengan CEO muda dan tampan di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.

"Kalau kamu tidak mau ya sudah saya tidak keberatan toh juga saya tidak merasa di rugikan"

"Ta tapi pak"

"Pergi dari ruangan saya!" Titah Ryszard.

"I iya pak saya bersedia untuk menikah dengan bapak tapi saya mau uang nya secepatnya" tanpa berpikir panjang lagi Nea bersediah untuk menikah dengan bos nya itu karena sudah tidak ada cara lain untuk ia mendapatkan uang untuk pengobatan bapak nya.

"Bagus. Itu bisa di atur" ujar pria itu lalu mengambil telpon nya dan menghubungi seseorang.

"Rik, datang keruangan saya sekarang!" Serunya lalu langsung mutus sambungan telpon nya.

Emrik danuarta

Sekertaris pribadi Ryszard, memiliki paras yang tampan namun belum kunjung mempunyai pasangan berbeda dengan Ryszard yang sudah memiliki kekasih. Sampai-sampai ada beberapa karyawan yang bergosip jika Emrik itu 'gay'.

"Anda serius akan menikah dengan wanita ini?"tanya Emrik memastikan lagi apa yang di katakan Ryszard beberapa saat lalu.

"Ya aku serius dan sekarang kau buat kan surat perjanjian pernikahan untukku" Nea kaget mendengar itu 'surat perjanjian pernikahan' apa maksudnya apakah pernikahan nya nanti akan seperti yang ada di novel-novel pernikahan kontrak?.

******

Surat perjanjian

Pihak 1: Ryszard Adyatama.

Pihak 2: Neandra Adsila.

Setelah menerima uang sebesar 100jt rupiah pihak 2 wajib menikah dengan pihak 1.

Setelah menikah pihak 2 wajib menuruti semua apa yang di katakan pihak 1.

Pernikahan hanya akan berlangsung selama enam bulan.

Jika suatu hari nanti datang waktu nya pihak 1 dan pihak 2 berpisah, pihak 2 tidak berhak menggugat harta pihak 1 kecuali pihak 1 sendiri yang memberikan harta itu.

Setelah membaca isi surat perjanjian itu Nea merasa tidak keberatan namun ia ingin mengajukan satu perjanjian.

"Bagaimana?" Tanya zard.

"Saya tidak keberatan pak, tapi karena pernikahan ini bersifat sementara jadi saya ingin mengajukan perjanjian untuk tidak akan melakukan hubungan badan."

"Oke saya kabulkan. Rik, tambahkan point itu tanpa merubah isi perjanjian yang telah tertulis sebelumnya" ucap Ryszard masih dengan senyum devil nya.

Emrik mengangguk dan segera menambahkan point yang di minta oleh Nea.

Setelah di rasa sudah mantap Nea tanpa berpikir panjang langsung menandatangangi surat tersebut di atas materai.

"Rik ambilkan uang di brangkas!" Titah zard.

"Baik, akan saya ambilkan" ucap nya dengan patuh lalu berjalan kearah brangkas dan memasukakan pin nya lalu mengambil uang dan ia maksukkan ke dalam amplop coklat yang cukup besar.

"Ini pak," Emrik menyerahkan amplop itu.

"Berikan kepada gadis itu!" Titahnya lalu Emrik pun menurutinya dan memberikan tas yang berisi uang tersebut kepada Nea.

"Terima kasih pak" ucap Nea.

"Kamu boleh pergi!" Titah Ryszard.

"Baik pak, sekali lagi saya terima kasih dan juga saya mau minta ijin untuk cuti tiga hari untuk memberikan uang ini kepada orang tua saya dan sekaligus menengok kondisi bapak saya"

"Okeh saya ijinkan tapi awas kalau sampai kamu coba-boba kabur dari saya, kamu tau kan siapa saya?"

"I iya pak saya janji tidak akan kabur" ucap Nea.

"Tunggu apa lagi? Keluar!" Nea tersentak kaget lalu keluar dari ruangan itu.

"Huh" Nea menghela napas lega bisa mendapatkan uang untuk pengobatan bapak nya di kampung.

"Gimana?" tanya Sania yang sedari tadi menunggu di depan pintu.

Nea hanya mengangkat amplop yang berisi uang tersebut seraya mengode jika yang ada di dalam sana adalah uang.

"WOW lo pakein jampi-jampi apa tuh pak Ryszard?" tanya Sania tak percaya.

"Astagfirullah, gue nggak se musrik itu sampem ngasi pak Ryszard jampi-jampi"

"Hahaha ceritain dong ke gue gimana cara lo bujuk pak Ryszard sampek lama gitu di dalem, atau jangan-jangan lo-" Sania menggeleng-geleng kan kepalanya untuk menetralisir pikiran nya yang sudah trafeling ke mana-mana.

"Sembarangan lo, gue nggak ngapa-ngapain kok di dalem" ucap Nea meyakinkan Sania.

"Ya siapa tau aja lo udah buntu dan lo berinisiatif buat menggoda pak Ryszard" ucap Sania menumpahkan semua pikiran negatif yang ada di dalam pikiran nya.

"Udah dari pada lo mikir yang macem-macem mending sekarang lo antar gue aja ke stasiun, gue mau pulang sekarang" ucap Nea panjang lebar.

"Jadi lo mau pulang kampung?" tanya Sania.

"Iya aku mau pulang sekarang, lebih cepat lebih baik kan"

"Iya sih tapi lo tega ninggalin temen baru lo yang cantik nya kelewatan ini" ucap Sania dengan melankonis.

"Iya kelewatan cantik sampe jadi ancur kek gini" ucap Nea sambil tertawa terbahak-bahak dan melupakan sejenak masalah yang ia alami.

Tiba-tiba ponsel Nea berbunyi dan Nea pun langsung mengangkat nya.

"Halo"

"..."

"A apa?" Seakan runtuh dunia nya ia langsung terkulai lemas di lantai dengan air mata yang sudah banjir ke mana-mana.

Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"

Part 3

"Hallo bu Nea bawa kabar baik, Nea sudah dapat uang nya dan sekarang Nea akan segera pulang" ucap Nea kepada orang yang menelpon nya.

"........"

"A apa?" Seakan runtuh dunianya Nea langsung terkulai lemas di lantai dengan air mata yang sudah banjir ke pipinya.

Entah apa yang di katakan orang dalam telpon tersebut sampai Nea menangis dan terkulai seperti itu.

"Nea lo kenapa?"tanya Sania panik yang melihat Nea terkulai lemas di lantai sambil mengangis tersedu-sedu.

"Hiks-hiks" bukanya menjawab Nea malah menangis.

"Nea ada apa? Siapa yang telpon lo?" Tanya Sania panik.

"B bapak gue hikss... hikss.... pergi...... hiks..." ucap Nea sambil menangis tersedu-sedu.

"Pergi kemana? Ya kalau pergi tinggal lo susul aja kan gampang, gue anter deh" cerocos Sania tak paham maksud Nea.

"Hiks....hiks...hiks" bukan malah tenang Nea malah semakin menangis dengan kencang.

"Haduh Nea jangan keras-keras dong ntar kita di marahin pak Ryzard kalau dia terganggu dengan suara lo" ucap Sania mencoba membantu Nea berdiri untuk mengajaknya pergi dari tempat ini karena mereka sekarang masih berada di depan ruangan pak Ryszard.

"Bapak aku pergi jauh San... bapak aku meninggal" ucap Nea di sela-sela tangisan nya.

"Inalillahi" pekik Sania kaget.

"Lo yang sabar ya, ikhlas in aja semoga bapak lo di masukin ke surganya allah yang paling indah " ucap Sania menenangkan Nea.

Setelah cukup tenang Nea tersadar dan menyelonong membuka pintu yang tak jauh dari nya berdiri meninggal kan Sania begitu saja,ya itu adalah pintu ruangan dari tuan Ryszard Adyatama.

Apa ini? Apakah semesta sedang bercanda dengan nya? Ia sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian itu demi mendapatkan uang ini. Dan sekarang dengan mudah nya semesta mengambil alasan nya untuk memiliki uang ini.

"Ada apa ini? Kenapa kamu masuk lagi?" Tanya Ryszard.

"Saya mau mengembalikan ini, saya tidak jadi meminjam uang jadi saya harap perjanjian yang tadi juga batal" ucap nea dengan berani tapi sebenarnya di hatinya terselip rasa takut yang cukup besar tapi ia mencoba untuk menyingkirkan nya sejenak.

"Apa maksud kamu? Perjanjian yang sudah di buat tidak bisa di batalkan kembali karena kamu sudah menandatangani nya" tanya Ryszard sekaligus menolak pembatalan perjanjian itu.

"Uang ini sudah tidak saya butuhkan jadi saya ingin mengembalikan nya ke bapak" ucap Nea dengan tegas.

Ryszard tersenyum miring, "baru beberapa menit kamu memohon dan meminta saya untuk meminjamkan uang ke kamu dan sekarang kamu kembalikan nya. Kamu mau mempermainkan saya?" Ucap Ryszard dengan suara dingin nya.

"Untuk apa saya mempunyai uang ini jika alasan saya untuk memiliki uang ini sudah tiada" air mata yang dari tadi Nea tahan sekarang telah luruh begitu saja. "Bapak saya sudah meninggal jadi tidak ada guna nya lagi uang ini, dan saya mau mengembalikan uang ini" ucap Nea menaruh amplop berisi uang itu ke kursi yang ada di dekat nya.

"Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu, kamu sudah tanda tangan dan saya akan tetap menikahi kamu" ucap Ryszard dengan tegas.

"Tapi saya sudah kembalikan uang nya"

"Itu bukan urusan saya. Mau kamu kembalikan atau tidak saya akan tetap menikahi kamu cepat atau lambat" bagai hakim mengetuk palu begitu keputusan Ryszard, sudah tidak dapat di ganggu gugat.

Nea terdiam ia tidak bisa menjawab apa-apa. Jika ia melawan maka dengan mudah nya Ryszard nanti akan menjeblos kan nya ke penjara bahkan menyakiti keluarganya nanti.

Seperti nya berdebatpun sudah tak ada gunanya.

"Kalau begitu saya permisi" hanya kata-kata itu yang mampu ia ucap kan lalu pergi dari ruangan itu tanpa membawa tas yang berisi uang tersebut.

Nea keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri Sania yang berdiri di depan pintu.

"Ayo san gue mau cepet-cepet pulang" ajak Nea terburu-buru.

Sania yang tadinya ingin tertanya perihal apa yang di dengar tadi soal pernikahan Nea dan pak Ryszard jadi mengurungkan niatnya. Ia juga merasa tidak tega jika menanyakan itu sekarang karena posisi Nea sekarang sedang berduka.

_____________

Di depan stasiun.

"Ne sorry ya gue nggak bisa nemenin lo pulang kampung" ucap Sania.

"Nggak papa kok San gue ngerti, gue cuman minta doa aja dari kamu buat bapak aku " jawab Nea.

"Pasti Ne gue pasti doain bapak lo supaya bisa masuk surga" ucap Sania.

"Eh tapi yang tadi bener? Lo bakal nikah sama pak Ryszard" tanya Sania yang sempat mendengarkan saat Nea mengembalikan uang kepada Ryszard.

Nea diam dan tak menjawab apapun.

"Nggak papa kalau lo belum mau cerita, tapi gue cuman mau ngingetin lo aja pak Ryszard itu bukan orang biasa kalok lo ngelawan dia bukan cuma lo yang bakal menderita tapi juga keluarga lo" tutur Sania kepada Nea.

"Gue kedalem dulu ya kayak nya keretanya udah dateng" ucap Nea mengalihkan pembicaraan supaya Sania tidak lagi bertanya lebih jauh.

Sekarang Nea tengah berdiri mematung di sebuah stasiun sambil menungggu kereta datang untuk menjemputnya ia akan berangkat ke kampunya pukul 18.00 dan mungkin baru sampai besok pagi karena ia menggunakan kereta api untuk transportasi. Mengapa tidak menggunakan pesawat? Ya jelas tidak karena naik pesawat pasti mahal harganya dan terlebih lagi jika naik pesawat ia tidak akan langsung ke kotanya melainkan ke kota surabaya dahulu karena di kotanya belum ada bandara.

"Jangan coba-coba kabur!" Peringatan itu yang dari tadi terngiang-ngiang di telinga Nea.

Kenapa semua mempermainkan nya? tadi pagi ia kebingungan mencari pinjaman uang yang cukup besar. Dan saat ia sudah mendapatkan uang itu tak lama kemudian ia harus mendapatkan kabar yang sangat mengguncang batinya, bagaimana tidak panutan nya, cinta pertamanya, orang yang sangat ia sayangi telah meninggalkannya untuk selama-lamanya dan tidak akan kembali lagi. Baru saja ia bisa meringankan beban bapaknya dengan bekerja di luar kota tapi sekarang orang yang menjadi penyemangat, motivasi dan panutan telah meninggalkan nya.

Kereta pun datang dan Nea pun masuk lalu mencari tempat duduk sesuai tiket.

Diperjalanan Nea terus saja menangis namun tak mengeluarkan suara karena ia tidak ingin menggagu penumpang lain. Lelah menangis Nea sampai tertidur.

Nea mengerjabkan matanya terlihat sudah terbit fajar itu tandanya sebentar lagi ia akan sampai ke kota kelahirannya. Yah, benar saja berselang beberapa menit ia sampai di stasiun yang ada di kota nya.

Nea turun dari kereta lalu berjalan keluar stasiun. Ia tidak menghubungi orang rumah jika ia sudah sampai karena tidak mau merepotkan mereka.

Sambil membawa barang bawaan nya Nea berjalan ke arah tukang ojek lalu meminta nya mengantarkan ke rumah nya.

Sesampai nya di depan rumah, Nea melihat sekeliling rumah nampak sepi hanya ada sisa-sisa perabot yang bejejeran di depan rumah nya. Juga bendera kuning yang masih berkibar di depan rumah nya.

Nea berjalan dan memasuki rumah nya yang pintunya terbuka lebar.

Di dalam sana terlihat seorang wanita parubaya tengah menangis di temani dua orang anak nya.

Saat wanita parubaya tersebut menyadari kehadiran Nea,ia langsung menghambur ke arah Nea lalu memeluknya.

"Nea...bapak Nea.... dia meninggal kan kita.....maaf jika ibu tidak menunggu mu sampai dulu untuk memakam kan bapak mu" wanita itu menangis tersedu-sedu sambil memeluk Nea.

Nea rasanya juga ingin menangis sekencang-kencang nya namun tidak ia lakukan karena jika semuanya terpuruk lalu siapa yang menjadi penyemangat mereka? Nea mencoba tegar agar tidak menangis tapi itu gagal bagaimana pun juga yang meninggal adalah bapak nya orang yang menjadi idola nya selama ini.

"Sudah bu kita harus ikhlas, semua sudah takdir, sekarang kita hanya bisa mendoa kan bapak agar mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah" ucap Nea menenang kan ibunya.

"Iya bener bu apa kata mbak Nea" ujar Siska menyahuti sambil menangis. Siska adalah adik bungsu Nea yang duduk di SMP kelas 1.

"Rifki kamu antar mbak mu untuk ke makam!" Titah ibu nea menghapus air mata nya.

"Baik bu" ucap Rifki patuh.

"Ayo mbak" ajak Rifki menggandeng Nea.

Sekarang Nea telah sampai di pemakaman lalu berjalan menyusuri nya. Dan sampailah di depan pemakaman yang terkihat tanah nya belum kering dan bertuliskan 'Ridwan' nama bapak dari Nea.

Seperti mimpi rasanya, sekarang Nea berdiri di depan pemakaman bapak nya. Nea yang tadi nya terlihat tegar di depan ibunya sekarang berbalik menjadi Nea yang lemah. Entah kemana tadi perginya Nea yang pura-pura tegar dan sekarang di gantikan Nea yang lemah tak berdaya seperti tidak punya tujuan hidup.

Ia menangis dengan pilu seperti orang yang kehilang sebagian hidup nya. Memang selama ini Nea sangat sayang kepada bapak nya dan begitu sangat mengidolakan sosok nya. Dari kecil Nea sudah sangat dekat dengan bapaknya dari pada dengan ibunya, bapaknya adalah sosok yang sangat sabar di mata Nea ia tidak pernah sekali pun membentak Nea, ia selau berkata lebut kepada anak nya terutama kepada Nea.

Nea adalah anak kesayangan bapaknya tak heran sekarang Nea menangis begitu pilu saat di tinggal bapak nya pergi untuk selama lamanya.

"Pak kenapa bapak tinggalin Nea secepet ini pak?? Bahkan Nea belum bisa membelikan bapak apapun dengan gaji pertama Nea" ucap Nea di sela-sela tangisan nya dengan memegang batu nisan seolah mengajak ngobrol bapak nya.

Rifki yang menyaksikan itu juga ikut menitihkan air matanya dan berjongkok mensejajarkan di dengan kakak nya itu.

"Sudah mbak yang sabar kalau mbak kayak gini nanti bapak nggak tenang ninggalin kita" ucap Rifki sambil memegang pundak Nea seolah memberikan kekuatan pada gadis itu.

Nea masih terus menangis tapi kini bedanya ia sedang memeluk tubuh adik nya itu.

"Dek kamu harus kuliah Karena kamu adalah anak yang pintar nggak seperti mbak mu ini yang males belajar" ucap Nea yang masih memeluk tubuh adik nya.

"Nggak usah mbak Rifki nanti langsung kerja aja, kuliah itu kan mahal dan Rifki nggak mau bebanin mbak" jawab rifki.

"Kamu bilang apa? Itu sudah kewajiban mbak buat nyekolahin kamu tinggi-tinggi menggantikan posisi bapak. Kamu mau bapak kecewa liat kamu nggak kuliah padahal kamu anak yang berprestasi?"

"Udah lah mbak nggak usah di pikirin terlalu jauh lagi pula Rifki masih kelas 10 jadi itu masih lama"

"Maka dari itu kamu masih kelas 10 mbak ngingetin kamu buat belajar giat supaya nanti kamu bisa masuk Universitas Negeri."

"Iya mbak aku janji bakal belajar giat suapaya bisa masuk Universitas Negeri dan bisa banggain kalian"

Sekarang Nea selesai memanjatkan doa untuk bapaknya.

"Ayo kita pulang mbak" ajak Rifki.

"Aku pulang dulu ya pak" pamit Nea seraya mengusap batu nisan bapaknya.

"Ayo mbak" ucap rifki membanyu nea berdiri lalu menuntun Nea untuk pulang.

Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!