part #03

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Baik, Tuan. Akan saya siapkan semuanya untuk meeting siang ini," ucap Cita di depan sang PresDir serta Asisten Pribadinya.

Ia yang bekerja sebagai Sekertaris di salah satu perusahaan besar dan kenamaan tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri. Tak mudah untuk mencapai di titik ini, jadi apapun itu Cita selalu bersyukur sekali pun harus berhadapan dengan tumpukan pekerjaan yang tak ada habisnya setiap hari dari pagi hingga sore bahkan malam jika lembur. Namun, semua rasa lelah dan mumet di kepalanya itu selalu terbayar di awal bulan. Kantor di tempatnya bekerja ini memang terkenal selalu memanusiakan semua karyawannya tanpa terkecuali, gaji tinggi, bonus fantasis, uang lembur di atas rata rata serta fasilitas lainnya yang membuat nyaman dan betah, dari semua itu, tentu ada hal lain yang jauh lebih penting yaitu keramahan dan kebaikan sang pemilik Perusahan.

Baru saja Cita keluar dari ruang PresDir, ponselnya yang berada di saku blazer berbunyi, ada nama sang adik tertera di layar benda pipih tersebut.

"Iya, Er, ada apa?" tanya Cita.

"Hem, aku bikin soto ayam nih. Makan siang bareng yuk," ajak Erica.

Dahi wanita berambut sebahu itupun mengernyit, ia tak lantas menjawab sampai namanya kembali di panggil.

"Ayo, aku bikin banyak loh. Memang kakak gak kasihan sama adikmu ini, hem?" rayu Erica dengan nada memelas, begitu pun dengan ekspresi wajahnya padahal itu percuma sebab Cita tak bisa melihatnya.

"Ish, ya sudah. Tapi aku gak bisa makan diluar ya," sahutnya pasrah.

"Aku juga gak mau, Kak. Malu di liatin orang kalau di luar, hahaha," balasnya tak mau kalah

Cita menghela napas kasar, ia turuti maunya sang Adik dengan memintanya datang ke Kantor. Pekerjaan yang masih menumpuk membuat Cita tak bisa keluar, dan beruntungnya Erica tak keberatan.

"Wokeh! Er melucur sekarang!"'

.

.

.

Erica melempar asal ponselnya setelah panggilan teleponnya di akhiri oleh Cita. Wanita yang dua tahun sebulan lagi menginjak usia kepala tiga itu tentu senang bukan main.

" Yes, bisa main ke kantor kakak tercintaaah," Kekehnya, Erica selalu bangga saat menceritakan tentang sang Kakak yang bisa bekerja sebagai Sekretaris di perusahaan besar yang semua orang tahu.

Dulu, itu adalah impiannya, tapi keberuntungan justru berpihak pada Cita. Namun, ia tak pernah merasa hidupnya tak adil, sebab tak pernah ada kata saingan antara adik kakak tersebut.

Dua porsi soto ayam lengkap bersama nasinya sudah siap di bawa Erica, kini ia hanya tinggal pamit pada Mama di kamar.

Ceklek

"Mah--, Er mau ke kantor Kak Cita dulu ya," izin Erica yang kini duduk di tepi ranjang.

"Ke kantor Cita? ada apa, Nak?" tanya Mama.

"Mau makan siang bareng. Tadi kan Er masak banyak, Mah. Nunggu kak Cita pulang lama, takutnya lembur lagi," jawab Erica.

Mama tertawa kecil, lalu mengangguk sebagai tanda ia mengizinkan anak keduanya itu pergi, tak ada alasan pula bagi Mama melarangnya. Ia biarkan saja punggung tangannya di raih lalu di cium oleh Erica sebelum bergegas berangkat.

"Hati hati, Er."

"Siap, Mah," sahut Erica. Ia yang sudah tak sabar langsung keluar dari kamar, kaki nya berjalan cukup cepat menuju pintu utama.

"Bi, titip Mama ya. Aku mau ke kantor Kak Cita," Pesan Erica pada ART rumahnya yang sedang menyiram tanaman.

"Iya, Kak Er. Hati hati."

Erica hanya mengangguk, ia yang sudah bersiap bergegas menyalakan mesin sepeda motor matic nya. Percuma saja ada mobil di garasi karna ia tak bisa mengendarainya.

Jalanan yang belum terlalu macet namun susah ramai membuat Erica harus piawai menyalip kendaraan lainnya, karna jika tak begitu tentu ia akan lama di jalan. Dan kini terbukti sudah, hanya butuh dua puluh menit ia akhirnya sampai di parkiran motor perusahaan besar tersebut.

"Alhamdulillah nyampe, Ini kantor bau duitnya kenceng banget ih," Kekeh Erica sambil membuka helm berwarna Hijau kodok itu.

Senyum terus terukir di ujung bibirnya, termasuk saat ia berhadapan dengan seorang wanita cantik di meja Resepsionis.

"Selamat siang, Nona. Ada yang bisa kami bantu?"

"Siang, Mbak," sahut Erica sama ramahnya, ia lalu mengutarakan maksud kedatangannya tersebut.

"Baik, Nona. Anda sudah ditunggu di ruangan Sekertaris Cita."

"Terima kasih." Tak mau berlama lama, Erica bergegas keruangan sang Kakak yang berada di lantai 21 gedung tinggi bak pencakar langit tersebut.

"Eh, bener gak sih kesini?" gumam Erica bingung, ia berhenti di lorong sepi yang ujungnya terdapat Lift.

Kebiasaan yang tak bisa lepas dari seorang Erica, selalu memainkan ponsel di manapun dan kapanpun, jadilah ia kini tak sadar ada dimana.

"Lift--," gumamnya sambil menoleh kanan dan kiri mencari seseorang untuk bertanya tapi sayangnya tak ada siapapun.

Tak ada pilihan lain, Erica mau tak mau masuk ke dalam lift tersebut, terlihat nampak aneh sebab kotak besi itu lebih bagus dan mewah dari Lift pada umumnya.

"Tunggu!" teriak seorang pria yang sedikit berlari ikut masuk, Erica yang kaget sontak tak jadi menekan tombol.

Pria itu tersenyum simpul "Terima kasih," ucapnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Erica.

Tombol di dalam Lift hanya di tekan oleh Pria itu sebab ternyata mereka akan ke lantai yang sama.

Dan hanya dalam hitungan menit, Pintu Lift terbuka lebar. Erica keluar lebih dulu di susul oleh pria barusan. Tak ada yang di perhatikan oleh wanita itu. Sama seperti para pengguna lift biasa mereka pun berpisah begitu saja.

"Kak Cita--," panggil Erica sambil terus berjalan ke arah kakak perempuannya itu.

"Hey, kok cepet banget?" tanya Cita.

"Iya, naik lift ekspres," Sahutnya sambil duduk di Samping Cita.

Dahi sang Sekertaris itu pun kembali mengernyit, ia tak paham dengan yang di katakan adiknya barusan.

"Lift ekspres? apaan tuh?" tanya Cita.

Erica terkekeh, rasanya tak mungkin Cita tak tahu terlebih ia sudah bekerja kurang lebih empat tahun. Dan disaat adiknya bercerita itulah, kedua mata Cita membelalak besar.

"Kamu--, tadi naik lift khusus para petinggi perusahaan?" tanya Cita tak habis pikir, dan adiknya itu malah menggeleng kan kepala.

"Kamu naik sendiri, atau ada orang lain?" tanya nya lagi.

"Hem, berdua kak," Jawab Erica.

"Sama siapa?" selidik Cita penasaran.

.

.

.

Hem, Bocil anak kuliahan...

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

Terimakasih teteh waaaah penasaran seh teh ini keturunan gajah yang mana yaaaaa crazy up teteh kalau bisa terimakasih teteh

2025-08-15

3

Ainal Fitri

Ainal Fitri

waduh bocil 😲
bocil yg mn 🤔🤔🤔
keturunan samudera kah 🤔
jd bertanya tanya in kan
Mak author bikin penasaran tingkat dewa in mah 🙄

2025-08-15

1

Ninik

Ninik

teteh kita kangen lho sama "nyeh uwa uwa" kayaknya perlu dilanjutin jg

2025-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!