🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hiks...
Bohong rasanya jika hati Erica tak hancur, karna terbukti saat ini ia sedang menangis tersedu sedu sambil memeluk boneka kodok hijaunya cukup erat, tubuhnya masih saja lemas jika ia ingat apa yang dilihatnya saat pertama membuka pintu kamar Hotel.
"Udah, Er, nanti Mama denger, kasihan loh lagi sakit," ucap Cita, kakak dari Erica.
Gadis itu masih bergeming, apapun yang di dengarnya semua masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ia hanya ingin menangis meluapkan segala rasa, mulai dari sedih, marah, benci dan pastinya kecewa.
Tentu saja, dua tahun bukan waktu yang sebentar baginya untuk menjalin sebuah hubungan, apalagi di usianya yang cukup matang dan sudah sangat siap untuk menikah. Tapi apa yang terjadi?
"Habis ini gimana, Kak?" tanyanya lirih.
"Habis ini mending kamu mandi terus makan," Sahut Cita yang gemas sendiri dengan adiknya saat ini.
Erica menggeleng kan kepalanya cepat, ada yang harus ia pikirkan dan itu bukan mandi dan makan, "Nasib ku malang, Kak" keluh nya lagi masih dengan derai air mata yang deras seolah tak ada habisnya padahal sudah berjam jam.
"Enggak, Er. Kamu gak Malang, kita ada di ibu kota," Kekeh Cita. Dan, satu pukulan daru si kodok mendarat sempurna di atas Kepalanya.
Tawa wanita itu benar benar kencang, sampai akhir ia di usir oleh si pemilik kamar, nyatanya sang kakak tak bisa menenangkan hatinya yang kacau dan bingung akan masa depannya setelah ini.
"Ya Tuhan, bulan depan umurku sudah dua puluh delapan tahun! Tolong berikan jodoh express untukku. jangan sampai sebutan Perawan Tua tersemat lagi sampai lebaran tahun ini, Hiks--," doanya penuh harapan meminta keajaiban hadirnya seorang jodoh dalam waktu dekat.
Erica ingat pada sang Mama, wanita baya itu sangat ingin melihatnya menikah di tengah penyakit yang menggerogoti tubuhnya yang kian tak berdaya. Tapi, bukan dengan Irham.
Ya, sampai detik ini hubungan dua tahun itu belum mendapat restu sama sekali, ada saja alasan Mama yang kadang berujung perdebatan. Erica cukup tahu diri dan tak ingin membuang banyak waktu. Seorang Duda pilihan yang tepat meski harus bersaing dengan si calon anak sambung.
Tantangan cintanya memang bukan hanya dari Malaikat tak bersayapnya saja, melainkan juga dari buah hati sang kekasih, di usia Pra Remaja, Avika memang sulit sekali di dekati, ada saja salah dan kurangnya hingga tak jarang Erica di banding bandingkan.
"Tolong, Tuhan. Tolong berikan laki laki yang bisa menerimaku apa adanya, bukan yang ada apanya, karna aku tak punya apa-apa, napas saja masih pemberianmu, Tuhan."
Erica mengusap pipinya yang basah oleh cairan bening yang terus turun tanpa permisi. Kedua matanya sudah sangat lelah, bengkak dan merah, akan butuh waktu satu hingga dua hari agar bisa kembali normal seperti biasa.
.
.
.
.
Tok.. tok... tok..
Pintu kamar yang di ketuk Erica berulang kali akhirnya mendapat jawaban dari dalam, ia di persilahkan masuk oleh Mama yang memang jauh lebih banyak menghabiskan waktu di atas ranjang.
Benda bercat coklat itu di dorong cukup pelan, tatapan anak dan Ibu itupun bertemu dengan senyum Terulas di ujung bibir masing-masing.
"Maaf, Mah, baru lihat kondisi Mama," ucap Erica merasa bersalah, ia yang terlalu sibuk dengan hatinya seharian penuh kemarin baru sanggup keluar dari kamarnya.
"Kamu kenapa, Nak? ada masalah?" tanya Mama setelah ia memastikan dengan jelas ada yang lain dari wajah cantik putri keduanya itu.
Meski tak semerah kemarin, tapi tetap saja sembab dan bengkak, dan Mama peka akan hal itu.
Erica menggelengkan kepalanya, ia yang tetap berusaha untuk baik baik saja di depan Mama nyatanya sia sia, wanita baya itu memang sangat sensitif pada anak anaknya.
"Er gak apa-apa, Mah. Mama udah minum obat? makannya kok gak abis sih? mau Er suapin?" Tawarnya mengalihkan pembicaraan tapi Mama malah ikut menggeleng kan kepala pelan, ia masih menyelidik apa yang tengah terjadi pada Erica.
"Er, sudah Mama bilang sudahi, tapi kenapa tak mau menurut. Sebaik apa pria itu sampai kamu bersikeras hanya ingin dengannya. Kamu itu cantik, pintar, pekerjaanmu Oke. Tak bisa kah mencari yang lain? bukan Duda anak satu itu?" tanya Mama yang rasanya sudah ribuan kali.
"Mama malu ya, kalau Er dinikahi Duda anak satu?" tanya balik Erica.
"Jika ada yang lebih baik, jangan dengannya, Er. Cari yang statusnya setara denganmu, masih banyak Pria Lajang bujangan diluaran sana, Nak."
.
.
.
"Masalahnya, emang bujangan itu mau sama, Er? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ainal Fitri
somplak kakak nya Er bikin ngakak d tengah prahara yg menimpa Er ha ha ha ha..
nasib mu bukan nya malang Er tp beruntung kamu tau sebelum kamu menikah dengan. ya yg arti nya kamu masih selamat dr pria yg hobi nya selingkuh itu.. udh jgn sedih jodoh mu siap tau berondong tajir 😆
2025-08-14
1
Erna Fadhilah
mau dong er, tenang aja sebentar lagi pasti kamu dapat jodoh yang lebih baik lagi sesuai apa yang di do'akan mamamu
2025-08-14
1
Eni Istiarsi
yakinlah Er,dibelakang duda beranak tak berakhlak itu masih ada barisan berondong mempesona
2025-08-14
1