PEDANG GENI

PEDANG GENI

BAB 1

"Bangsat ...!" Lelaki berjenggot tebal yang sudah dikuasai emosi bergerak cepat menyerang Ranu. Temannya pun ikut menyusul memberikan serangan dengan gencar.

Sambil menyunggingkan senyum, Ranu menghindari serangan mereka berdua dengan mudah. Namun meskipun begitu, Ranu sedikit berhati-hati dengan jurus yang mereka pakai. Dia tidak ingin terkena racun lagi seperti ketika berada di daratan Walidwipa.

"Kau jangan kuatir dengan racun mereka, Ranu!" ucap Geni tiba-tiba.

"Tidak boleh kuatir bagaimana maksudmu? Apa kau lupa aku pernah terkena racun parah," jawab Ranu. Tubuhnya bergerak menyamping untuk menghindari telapak tangan lawan yang mengarah kepadanya.

"Yang menyembuhkan racun di tubuhmu saat itu adalah energi Dewa api yang ada di tubuhmu. Aku melihat sendiri ular api membersihkan racun itu!" jawab Geni, "Lagi pula racun lawanmu kali ini tidak terlalu kuat."

"Jadi begitu. Terima kasih, Geni."Ranu bergerak lebih cepat untuk segera melumpuhkan mereka berdua.

"Langkah Angin!"

Ranu melesat di antara mereka berdua dan memberikan dua pukulan beruntun yang mengena dengan telak di perut keduanya hingga terjengkang.

"Cepat sekali! Bahkan aku tidak melihat gerakannya."gumam lelaki berjenggot tebal.

Mereka berdua langsung bangkit dan menghunus pedangnya masing-masing. Mereka tidak menghiraukan darah yang sudah mengalir dari sudut bibir mereka.

"Kalian hanya membuang waktuku saja!" Ranu mendegus kesal.

Dia kembali melesat untuk memberikan serangan dengan begitu cepat. Dalam dua gebrakan saja, keduanya kembali terjengkang jauh ke belakang. Rusuk mereka berdua patah setelah pukulan Ranu menghajarnya. Keduanya memuntahkan darah segar karena tulang rusuk yang patah menancap di hati mereka. Sesaat kemudian, keduanya menghembuskan nafas terakhir

Pemuda itu berjalan menuju ruangan Wismoyo. Belum sempat dia masuk, Ranu langsung meloncat ke samping karena sebuah energi besar yang berasal dari dalam ruangan sudah mengancamnya.

Wismoyo melesat keluar dan berhenti tepat di depan Ranu, "Setahuku kita tidak pernah punya masalah, Anak muda. Tapi kenapa kau menyerang perguruanku.

"Aku memang tidak punya masalah denganmu. Tapi kau telah membantu Panca membunuh ayah temanku!"

"Oh, aku paham sekarang yang kau maksud. Suliwa yang penyakitan itu memang pantas mati, dan Panca sudah menguasai perguruan itu!"

Ranu tertawa mengejek, "Dan Panca pun sudah mati dengan mengenaskan. Sekarang giliranmu yang menyusulnya menemui raja neraka!"

"Hahaha... kau bisa membunuh Panca, bukan berarti bisa membunuhku!" Wismoyo tergelak menyembunyikan keterkejutannya.

"Silahkan kau tertawa sekarang. Tapi nanti tawamu itu akan ikut mengantarmu ke neraka!"

"Bajingan ... akan kurobek mulutmu itu!" teriak Wismoyo. Dia langsung memasang kuda-kudanya dan bersiap menyerang.

Dalam satu tarikan nafas, Wismoyo melesat menyerang Ranu dengan tangan kosong. Ketua Perguruan Tapak Iblis itu cukup yakin dengan kemampuan jurus beracunnya.

Tangan Wismoyo mengepulkan asap hitam menandakan dia sudah menggunakan jurus-jurusnya yang mengandung racun Ranu terus bergerak menghindari serangan Wismoyo yang berangsur cepat. Meski Geni sudah mengingatkannya bahwa racun yang dimiliki perguruan itu bukan termasuk racun kelas tinggi, Ranu tidak mau gegabah dengan membiarkan serangan lawan mengenai tubuhnya.

Diakui atau tidak, Ranu masih merasakan sedikit rasa trauma akibat racun kalajengking putih yang dulu sempat bersarang di tubuhnya.

Kesal karena setiap serangannya hanya dihindari terus-terusan oleh Ranu, Wismoyo mengumpat dengan keras, "Bajingan, serang aku! jangan menghindar saja seperti pengecut!

Wismoyo merapalkan mantra untuk mengeluarkan jurusnya yang lebih tinggi lagi. Kepulan asap hitam yang keluar dari tangannya semakin tebal.

Ranu menarik sedikit energi dewa api untuk melindungi tubuhnya jika serangan Wismoyo mengenainya.

"Mati kau!" teriak Wismoyo sebelum kembali melesat memberikan serangan.

"Pukulan Tapak Racun!"

Ranu tidak mau kalah, dia mengeluarkan Pukulan Tapak Emas pembunuh untuk menahan serangan Wismoyo.

Blaaar!"

Dua telapak tangan keduanya beradu dengan energi besar hingga menimbulkan ledakan yang membuat debu mengepul tebal. Wismoyo yang tidak menduga serangannya bisa dipatahkan lawannya, menambah lagi kekuatannya

Tidak berhenti sampai di situ, keduanya kembali bertarung dengan jarak dekat. Ledakan kecil terdengar berulang kali setiap kali telapak tangan keduanya beradu.

Hingga pada suatu ketika, Ranu yang terlambat menghindar harus merelakan dadanya terkena sambaran telapak tangan Wismoyo yang mengandung racun.

"Mati kau!" Wismoyo tertawa terbahak-bahak.

Meski terdorong ke belakang, Ranu tidak merasakan ada racun yang masuk ke tubuhnya. Ternyata ucapan Geni benar adanya, pikir Ranu.

Dia juga merasa beruntung sudah membuat pelindung dari energi Dewa Api sehingga serangan Wismoyo tadi tidak berpengaruh apa-apa di tubuhnya.

"Tidak mungkin!" pekik Wismoyo. Dia sangat tidak percaya melihat pemuda di depannya baik-baik saja.

"Racun kelas rendah seperti itu masih kau pakai saja, Orang Tua!" cibir Ranu.

"Kau boleh sombong saat ini, Anak Muda! Tapi kesombonganmu itu akan berakhir hari ini juga!" Wismoyo menarik pedang yang tergantung di pundaknya. Dia yakin pedangnya akan bisa membunuh lawannya kali ini, karena dia melihat Ranu tidak membawa senjata apapun.

"Oh, ternyata kau mau bermain-main dengan pedang, Orang tua. Baiklah, aku tidak akan segan membakarmu dengan cepat."

Ranu menarik pedang Segoro Geni dari Ruang Pemusnah

dan mengarahkan ujung bilah pedangnya ke arah Wismoyo, "Ayo kita mulai sekarang!"

Ranu mengalirkan tenaga dalamnya ke bilah pedangnya.

Seketika, pedang di tangannya berkobar hebat.

"Sihir ...!" Wismoyo meloncat jauh ke belakang karena saking terkejutnya.

"Terserah kau mau bilang apa, tapi yang pasti, aku akan segera membakarmu hingga menjadi abu!" cibir Ranu membalas ucapan Wismoyo.

Meski kaget dengan pedang di tangan Ranu yang mengeluarkan kobaran api, Wismoyo cukup yakin jika api itu hanya tipuan mata saja. Sebab dia tidak melihat lawannya kepanasan akibat kobaran api itu.

"Jangan kau kira ilmu tipuan seperti itu bisa membuatku takut, Anak Muda!"

Ranu hanya tertawa kecil dan tidak menyahuti ucapan Wismoyo.

Sementara itu di tempat lain, Mahesa dan Bawono mengamuk bagai banteng yang terluka. Kombinasi yang mereka ciptakan dengan mendadak terbukti berhasil membuat hampir dua ratus anggota Perguruan Tapak Racun meregang nyawa.

Dengan saling memunggungi, mereka berdua melancarkan serangan kepada kurang lebih seratus orang yang masih mengeroyok mereka berdua.

"Paman, jika mendengar kode dariku, segeralah meloncatlah setinggi mungkin," kata Mahesa dengan sedikit keras.

Mahesa mengalirkan tenaga dalamnya lumayan besar ke dalam bilah pedangnya. Dia hendak memberikan serangan beruntun kepada lawan yang mengeroyok mereka berdua.

Pedang di tangan Mahesa bersinar semakin terang, "Sekarang!" teriaknya.

Bawono meloncat ke atas setinggi sekitar 7 meter. Di saat bersamaan, Mahesa berputar dua kali dengan cepat sambil melesatkan jurus Pedang Penebas Embun.

Teriakan kematian terdengar bersamaan ketika kurang lebih 40 orang mati mengenaskan, dengan tubuh terpotong menjadi dua.

Anggota perguruan yang tersisa tidak berani mendekat lagi. Bahkan sebagian dari mereka berlari keluar dari perguruan untuk menyelamatkan diri.

Bawono yang tadi sempat melihat ke bawah hanya bisa terpesona. Dilihatnya sebentuk energi berwarna hijau melesat keluar dari bilah pedang Mahesa dengan begitu cepat menerjang lawan-lawannya.

***

Maaf ya teman teman belum cerita LEGENDA PENDEKAR DEWA API BELUM BECUS.Karena noveltoon ini belum kasih saya kontrak. mulai sekarang ceritanya di sini aja di lanjutin ya teman teman. sekian terimakasih.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like plus subscribe 👍

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!