BAB 3

Itu. Mahesa menunduk karena dibaca aibnya oleh lelaki tua

"Tapi kalau tidak ada temanku ini, aku juga akan kesulitan, Kek. Intinya, kami adalah sepasang sahabat yang tak terpisahkan," cetus Ranu membela Mahesa.

"Aku sudah melihat semua perjalanan yang sudah kalian lalui. Dan kau khususnya, sudah beberapa kali kau mengalami situasi hidup dan mati." Lelaki tua itu memandang Ranu cukup tajam.

"Pemuda ini memiliki sesuatu yang tidak bisa aku lihat. Siapa dia sebenarnya? Bahkan ada beberapa kejadian yang tidak bisa aku lihat, seperti ada yang sengaja menutupinya," tanya lelaki tua itu dalam hati.

"Maaf, Kek. Kalau aku tidak salah menduga, Kakek ini bukan orang sembarangan. Bisakah Kakek memberi kami suatu petunjuk?"

Lelaki tua itu tersenyum. Dia sudah bisa membaca arah pertanyaan Ranu.

"Hati-hati di gunung Soputan, Anak Muda! Kalau bisa, batalkan rencana kalian yang hendak naik ke sana Aku sekedar memberi saran saja, bukan mencegah kalian berdua," jawabnya.

Ranu semakin penasaran dengan lelaki tua yang duduk semeja dengannya itu. Sebelum dia melanjutkan pertanyaannya, pelayan tempat makan itu sudah berada di meja mengantarkan pesanannya.

"Kalian makanlah dulu, tidak sopan bicara sambil makan," cegah lelaki tua itu ketika melihat Ranu hendak bertanya kembali.

"Maaf, Kek. Kami yang muda ini masih perlu banyak bimbingan dari Kakek."

Lelaki tua itu mengangguk pelan. Dia tidak menjawab karena tahu kalau pembicaraan akan terus berlanjut jika tidak diputus terlebih dahulu.

"Sebenarnya ada apa di gunung Soputan, Kek?" Ranu melanjutkan pertanyaannya ketika sudah menyelesaikan makannya.

Lelaki tua itu berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaan Ranu, "Aku akan memberi tahu kalian tentang situasi yang ada di gunung Soputan. Setelah itu terserah kalian tetap melanjutkannya ke sana atau tidak!" ucapnya.

Dia kemudian meneguk air dalam gelas yang berada di meja.

"Di gunung Soputan, ada sebuah misteri yang tidak semua orang mengetahui kebenarannya. Ada sebuah gerbang gaib yang tersembunyi," lanjutnya.

Ranu mengernyitkan dahinya. Dia menduga kalau gerbang yang dimaksud itu bisa jadi seperti yang ada di gunung Kawi.

"Kemunculan gerbang itu tidak teratur waktunya seperti pintu gerbang yang ada dalam pikiranmu."

Ranu tersentak karena lagi-lagi lelaki tua itu sudah membaca pikirannya.

"Tolong jelaskan dengan lengkap, Kek. Biar kami bisa berhati-hati ketika di sana."

"Oleh masyarakat sekitar, gerbang itu dinamakan Gerbang Menuju Langit. Sebab bagi orang yang pernah menemui gerbang itu, mereka melihat ada manusia bersayap yang terbang melewati gerbang tersebut."

"Apakah mereka sebangsa dengan siluman, Kek?" Ranu semakin tertarik dengan cerita lelaki tua itu.

"Antara iya dan tidak, aku tidak berani memastikannya, Anak Muda. Tapi guruku pernah berkata jika gerbang itu adalah jalan menuju alam Dewata. Dan dari beberapa orang yang mengaku pernah melihat gerbang itu, mereka tidak berani memasukinya karena takut tidak bisa kembali."

"Kenapa mereka tidak berani memasukinya? Padahal kan suatu keistimewaan bagi manusia bisa masuk ke alam Dewata?"

"Mungkin belum rejeki mereka sepertinya," jawab lelaki tua itu singkat.

"Terima kasih atas wejangan yang kakek berikan, kami akan melanjutkan perjalanan sekarang." Ranu berpamitan kepada lelaki tua itu.

"Jadi kalian akan tetap ke sana?"Ranu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum hangat.

"Baiklah, berhati-hatilah. Semoga apa yang menjadi tujuan kalian bisa terlaksana dengan baik."

"Terima kasih, Kek. Kami yang akan membayar makanan Kakek tadi!" Ranu menundukkan kepalanya memberi hormat dan kemudian berdiri dari kursinya. Dia berjalan diikuti Mahesa di belakangnya menuju kasir untuk membayar makanan mereka bertiga.

Setelah membayar, Ranu menoleh ke arah meja yang tadi ditempatinya. Namun alangkah terkejutnya dia, setelah kakek tua itu sudah tidak terlihat lagi di tempatnya semula.

Ranu mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Dunia ini memang penuh dengan misteri, pikirnya.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan. Menurut perhitunganku, sebelum malam kita sudah sampai di kaki gunung Soputan. Nanti kita bermalam di sana saja. Syukur-syukur kalau ada kampung untuk kita menginap."

***

Sedikit lebih lama dari perkiraan Ranu, perjalanan mereka berdua sampai di kaki gunung Soputan setelah malam tiba. Ranu segera membuat perapian untuk menghangatkan suhu udara yang mulai dingin.

Sampai menjelang pagi, tidak ada kejadian apapun yang kedua pemuda itu alami. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Perguruan Jiwa Darah.

Bukan satu hal yang mudah bagi mereka mendaki gunung tersebut. Jalanan yang terjal dan berbatu serta di samping kiri dan kanan terdapat jurang menganga, membuat mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan saja.

Semakin naik ke atas, Ranu dan Mahesa mulai merasakan hawa mistis. Meski tidak seperti gunung Kawi ataupun gunung Arjuno yang benar-benar kuat hawa mistisnya, namun mereka berdua tetap bersikap waspada.

Pengalaman telah membuktikan, bahwa situasi yang tenang saja bisa menjadi berbahaya, apalagi yang sudah memancarkan hawa seperti yang mereka rasakan saat ini.

Perjalanan mereka telah sampai di sebuah tanah lapang yang luas, berumput hijau tebal dan rapi, seolah ada yang khusus merawatnya.

"Sebentar lagi kita akan sampai. Paman Bawono bilang jika setelah padang rumput ini, kita akan mencapai puncaknya."

"Apa kita tidak beristirahat di sini saja dulu?" tanya Mahesa yang sudah merasa lelah.

"Sebaiknya seperti itu. Kita bisa memulihkan stamina dulu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, entah kita bisa bicara baik-baik atau harus melalui pertarungan."jawab Ranu.

Mereka berdua berjalan menuju sebuah pohon besar dan rindang, yang bisa dibilang sebagai pembatas antara hutan belantara dan padang rumput.

Mahesa menghempaskan punggungnya di tanah yang beralas rumput, ketika sudah berada di pohon besar itu. Tak berapa lama, dia sudah terlelap dalam tidurnya.

Ranu menggeleng melihat Mahesa yang bisa dengan begitu mudah tidur di sembarang tempat.

Setelah melihat Mahesa yang sedang tertidur, Ranu mengalihkan pandangannya ke arah padang rumput yang menghijau di depannya.

Seketika matanya menyipit untuk memperjelas pandangannya. Sekilas dia melihat sosok seperti manusia yang memiliki sayap besar melesat dengan sangat cepat. Bahkan matanya tidak sanggup mengikuti lesatan manusia bersayap itu.

"Apa mungkin itu halusinasiku saja? Tapi kenapa seperti terlihat nyata?" tanyanya dalam hati. Ranu berpikir, mungkin saja pikirannya masih terbawa oleh cerita lelaki tua tadi tentang manusia bersayap dan jalan menuju alam dewa.

Setelah satu jam beristirahat, Ranu membangunkan Mahesa untuk melanjutkan perjalanan menuju Perguruan Jiwa Darah.

***

"Apa itu perguruan yang dimaksud Wismoyo?" tanya Mahesa sambil memandang bangunan besar yang terbuat dari batu gunung dan ditata rapi.

Ranu yang juga sedang mengamati bangunan tersebut bisa menilai, jika penghuninya pasti sangat memperhatikan keamanan, itu bila ditilik dari struktur bangunan yang begitu kokoh. Bisa dari angin besar ataupun dari faktor alam lainnya.

"Bisa jadi. Kau tunggu di sini, aku akan mengawasi sekeliling!" jawab Ranu.

Dengan mengerahkan Langkah Angin, Ranu melesat mendekati bangunan besar itu dan memutarinya. Kecepatan yang ditunjukkan pemuda itu membuat para penjaga tidak bisa melihat kedatangannya.

Setelah berada di bagian belakang perguruan yang penjagaannya tidak terlalu ketat, Ranu merapat ke dinding agar tidak terlihat para penjaga yang berada di pos pantau. Dalam sekali lompatan, Ranu bisa melewati dinding yang lumayan tinggi itu dan sudah berada di bagian dalam bangunan tersebut.

"Luas sekali perguruan ini!" gumamnya dalam hati.

Pandangan pemuda itu melihat ke sekeliling untuk memastikan keadaan sebelum bertindak. Namun baru saja dia melangkahkan kaki, sebuah teriakan membuatnya terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!