Saat belajar kelompok berlangsung Fika memberi minuman dan cemilan kepada teman-temannya. "Wah seger sekali ," kata Wiryo melihat minuman dingin tenggorokannya terasa kering .
“Minum saja tidak usah sungkan ," kata Fika . Lalu melanjutkan membuat tugas .
Semua bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang di buat . Zaen diam saja tanpa melakukan apapun , ia justru menggambar sesuatu yang membuatnya tertarik .
Ira memperhatikan gerak gerik Zaen yang menurutnya mencurigakan , perlahan ia menengok pada buku di depan Zaen . Alangkah terkejut saat melihat gambar Zaen ternyata dirinya .
Ira merasa tidak enak hati sama teman yang lain , ia takut jika Zaen akan menyebarkan gambar yang di buat kepada teman lainnya ia menggeser sedikit lebih dekat dengan Zaen .
"Gambar apa sih serius sekali ?" tanya Ira membuat Zaen terkejut lalu menutup bukunya dan memasukkan ke dalam tas . Ira menatap Zaen yang aneh dan terlihat salah tingkah sudah tahu wajah siapa yang ia gambar .
"Bukan apa-apa, sana jauh sana itu kerjain soalnya , jawabannya nanti aku cari sendiri ," kata Zaen menggeser tubuh Ira dengan kasar .
“Jangan kasar sama perempuan , nanti dapat pacar kasar baru tahu rasa ," celetuk Ira kesal dengan sikap Zaen , sambil menggeser tubuhnya agak jauh dari Zaen .
"Kalian berdua kenapa sih ribut terus anggak di sekolah enggak di rumah sama saja ," kata Heni sambil makan kue .
"Apa kalian pacaran ?' tanya Wiryo asal . " Tidak ," jawab keduanya bersamaan .
"Tuh kan kompak sekali , cocok ini benar-benar cocok ," sahut Doni tertawa melihat kekompakan Ira dan Zaen . Keduanya menghembuskan napas bersamaan .
Ira mengambil minuman dan meneguk sampai setengah gelas . Zaen tidak minum ia hanya makan cemilan saja .
"Masih kecil jangan pacaran , nanti pacaran kalau sudah lulus sekolah ," kata Fika .
Belajar kelompok selesai mereka beristirahat sambil bercanda tawa . Ada saja tingkah Wiryo yang membuat teman-temannya tertawa karena ia termasuk anak yang humoris .
Mereka menghabiskan waktu belajar menjelang sore . Mereka berpamitan pada Ira karena hari sudah menunjukkan pukul empat .
Ira berjalan kaki sendirian karena rumah mereka beda arah . Waktu akan menuju rumah ia melihat kakaknya berjalan bersama seorang perempuan mengendarai motor pergi berdua .
Ira berjalan masuk rumah di dalam ada ibunya sedang menjahit pakaian yang sobek menoleh ke arah pintu masuk . "Assalamualaikum," Ira memberi salam kepada ibunya .
"Wa'alaykum Salam, dari belajar kelompok ya ?" tanya ibunya kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya menjahit baju dengan tangannya tanpa mesin .
"Iya Bu ," jawab Ira berjalan masuk ke dalam kamar dan menata buku sekalian jadwal pelajaran besok . Lalu mandi sore dan setelah itu ia keluar dari kamar menemani ibunya .
"Ibu , aku minta uang buat jajan ," kata Ira duduk disamping ibunya . Haryati mengambil uang di saku pakaiannya dan memberikan kepada Ira .
Ira sangat senang menerima uang dari ibunya langsung pergi ke warung membeli jajan . Haryati tersenyum melihat tingkah Ira sambil menjahit sampai selesai .
Haryati berjalan masuk ke dalam kamar merapikan pakaiannya dan memasukkan ke dalam lemari .
Anak perempuan datang seorang diri saat menjelang petang , ia membawakan hasil ia memasak kepada ibunya .
"Ibu , ini ada lauk dan sayur buat ibu dan yang lainnya , tadi aku dengar dari tetangga kalau ibu tidak masak hari ini ,“ kata Yuli meletakkan tempat makanan di meja makan .
"Kenapa kamu repot-repot buat makanan banyak , ibu baru saja selesai masak ," Haryati membuka penutup saji . Yuli melihat masakan ibunya merasa kasihan .
Di meja makan itu hanya ada nasi dan lauk ikan asin dan rebusan daun ketela juga sambal . Sedang ia membawa ayam kecap dan sayur lodeh ada tahu tempe .
"Kamu memangnya masak banyak semua ini banyak sekali ,“ kata Haryati merasa tidak enak pada anak sulungnya .
"Tidak apa-apa , Bu ... Aku sudah simpan buat kami sekeluarga kok ," kata Yuli .
"Ya sudah kalau begitu ayo kita makan bersama , Ira panggil kakakmu Yaman sama Mulyadi kita makan bersama," ajak Haryati kepada anak-anaknya .
"Iya ,Bu .... Kak Aman , kak Mumu di suruh ibu makan bareng , itu ada kak Ulil juga ," teriak Ira yang sedang duduk di kursi makan sambil mengambil nasi ,
"Ira yang sopan kalau memanggil kakakmu , samperin lalu bicara yang bagus , bukan berteriak seperti di hutan ," Haryati memberi nasehat kepada Ira .
" Maaf ," kata Ira . Kedua kakaknya datang bersamaan ke ruang makan lalu duduk dan mengambil nasi dan lauk juga sayur .
Dalam hati Haryati ini adalah momen jarang mereka lakukan selama beberapa tahun karena kedua anaknya sudah menikah dan tidak berkumpul jadi satu bersamanya .
Setelah selesai Yuli pamit pulang takut kemalaman karena suami dan ke dua anaknya menunggunya pulang .
Haryati tidak pernah mengekang anaknya untuk memilih tinggal bersamanya atau ikut bersama keluarga suaminya atau istrinya . Karena setiap orang yang sudah berkeluarga tidak selamanya akan ikut dengan orang tuanya dan ingin mandiri bersama keluarga kecil mereka .
Menjelang malam Ira tidak bisa tidur karena sore hingga malam tidak melihat Ruli yang biasa nonton televisi di rumahnya . Hatinya sedih di landa rindu ingin duduk di teras rumah siapa tahu Ruli lewat depan rumahnya tapi sudah terlalu malam .
Akhirnya ia memutuskan merebahkan tubuhnya dan memaksa memejamkan matanya . Tidak terasa ia sudah berada di alam mimpi . Haryati melihat Ira sudah tidur duduk di samping Ira terbaring dengan nyenyak .
“Kamu sudah tumbuh besar dan akan segera lulus , semoga kamu lulus dan mempunyai nilai bagus agar bisa di terima di sekolah negeri ," gumam Haryati membelai rambut panjang Ira yang tergerai di sampingnya .
Haryati keluar dari kamar Ira sambil menutup pintu kamar dan berjalan menuju kamarnya . Ketika melihat kepada dua anak lelakinya menghentikan langkahnya .
"Kalian kalau menonton televisi jangan di tinggal tidur nanti setrumnya habis televisinya rusak , ujung-ujungnya ibu juga yang benerin ," Haryati mengingatkan .
"Biarin saja mati sendiri ," sahut Yaman dengan santai . "Kamu ini selalu bercanda , ibu serius bicaranya , ingat dimatikan televisinya sebelum tidur , jadi kebiasaan ," kata Haryati dengan penuh keyakinan .
"Iya ibu sayang ," kata Yaman sambil mencium ibunya lalu beranjak dari tempat duduk dan masuk ke dalam kamar . sedangkan Mulyadi masih duduk santai sambil merokok .
Haryati merapikan isi di dalam kulkas karena sangat berantakan lalu setelah selesai ia masuk ke dalam kamar .
Mulyadi masih nonton televisi , sambil tiduran . Ia nonton sendirian . Sambil berteriak heboh membuat orang di rumah merasa terkejut , tapi mereka tidak keluar akhirnya sebuah ketukan di pintu menyadarkannya .
Seseorang datang untuk sekedar menonton televisi duduk di samping Mulyadi tanpa bersuara , Mulyadi terkejut seseorang duduk disebelahnya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
🌀 SãñõõR 💞
siapa ya... rulli kayaknya😄
2025-09-25
1