Penghakiman Diruang Dosa
Namaku lion aku hidup di keluarga toxic, belum saatnya aku menceritakan tentang keluargaku. aku hidup sendirian ditemani sunyi dan ada satu hal yang aku suka.
Aku bekerja sebagai pelayan di rumah makan kecil milik seorang kakek tua. Rumah makan itu tak jauh dari rumahku. Saat ini aku berjalan di gang sempit dan gelap, setiap malam udara di sini sangat dingin, aku mengenakan switer hitam menutupi seluruh wajahku.
Sifatku yang dingin dan jarang berbicara membuat banyak orang mengataiku dengan sebutan aneh, namun keesokan harinya aku mendengar kabar mereka meninggal dengan tragis. Dan kini tak ada lagi yang mangejekku dengan sebutan aneh, aku tersenyum saat melihat semua itu apalagi aku yang melakukannya. Ya? Aku yang melakukannya.
Bukan karena aku gila. Tapi karena mereka pantas menerimanya.
Kini aku berada di rumah yang cukup sempit dan cukup untuk aku tinggal sendirian. Aku menghela napas dan aku membuka sebuah ruangan bawah tanah yang tersembunyi dan sengaja kututupi oleh sebuah karpet dan di mana ada anak tangga.
Aku turun dengan hati-hati dan menyalahkan lampu gantung yang ada di ruangan itu, terlihat adak banyak koleksi barang-barang antik. Tapi, yang lebih menonjol yaitu di bawah lampu gantung di tengah-tengah ruangan ada sosok seorang perempuan terikat, mulutnya di perban.
Itu adalah korban yang ke-15, Dia wanita cantik. Tapi seperti banyak wajah cantik lainnya, mulutnya lebih berbisa dari ular. Dia menipu, memeras, dan menghancurkan hidup orang miskin dengan janji palsu soal kekayaan. Aku tahu karena salah satu korbannya adalah nenek tua di gang sebelah—yang akhirnya mati dalam kelaparan
Kini aku adalah manusia yang menghukum orang-orang yang seperti itu. Aku tidak bersalah yah, ku tidak bersalah. Karena menurutku mereka pantas mendapatkannya. Di duniaku ini aku sebut dengan kata neraka untuk mereka yang berbuat jahat.
Aku tidak jahat, aku melakukan hal itu karena aku tak suka melihat orang-orang seperti itu berkeliaran merusak hidup seseorang. Bukan aku tak punya hati, tapi mereka yang tak pernah memikirkan perasaan orang lain yang mereka jahati. Aku hanya ingin mereka mendapatkan apa yang mereka perbuat.
Aku mendekatinya perlahan dan terlihat dari raut matanya terlihat ketakutan. Aku tersenyum smirk, aku sangat suka ketika melihat mengsaku ketakutan.
"Jangan takut, aku akan membuatmu bahagia." Bisikku di telinganya, aku mendekat sambil mengeluarkan sebuah pisau lipat yang aku sembunyikan di balik saku hoodie.
Ku perlihatkan pisau itu di depan wajahnya, dia menggeleng takut dan air matanya bercucuran memenuhi pipinya. Aku mengertaknya sambil memperdekat ujung pisaunya. Sudah begitu saja dia sudah sangat ketakutan sambil menutup matanya.
"Ini hukuman yang pantas untuk penjahat seperti kamu, silahkan berbicara apa yang akan kamu sampaikan untuk terakhir kalinya." Perlahan dan pasti aku membukakan penutup mulutnya untuk dia berbicara dan mengakui kejahatan nya.
"Tri, akui dosamu dan perbuatanmu atau kamu akan dapat apa yang kamu perbuat di dunia ini dan, jika kamu jujur aku akan membebaskan mu."
Iya namanya tri putri, wanita yang tinggal sendirian dan pekerjaannya yaitu membohongi orang-orang dan menipunya, dengan cara yaitu memeras orang-orang miskin dengan iming-iming akan mendapatkan keuntungan dua kali lipat ketika mereka menginvestasi seluruh hartanya.
"SIAPA KAMU... Lepasin aku, aku tidak bersalah. dosa? Dosa apa yang kamu mau maksud?"
Wanita itu mencoba untuk mengelak dengan dosa yang selama ini dia perbuat. Dan itu cukup membuatku emosi, dengan kejam aku merobek bibirnya mengunakan pisau dengan gerakan cepat. Membuat tri meringis kesakitan dan berteriak histeris.
"Jika tadi kamu jujur, aku akan membebaskan mu... tapi, ya? kamu terlalu bodoh, sepertinya kamu memilih untuk tersiksa." Ucapku lalu, aku tertawa seperti kerasukan sosok seorang iblis berwajah tampan sepertiku.
Kulihat dirinya dengan teliti sambil melipat kedua tangan di dada. Tatapan ku yang dinggin, tatapannya yang penuh kesakitan beradu pandang hingga beberapa detik hingga akhirnya, dia berbicara dengan suara serak nyaris tak terdengar.
"Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan? Buka topengmu dasar pecundang."
Kata-kata terakhir dari tri yang menyebut ku seorang pecundang membuat aku tertawa kecil sambil tersenyum di balik topeng yang menutupi identitas ku.
"Hakim agung dari neraka." Kataku bercanda di telinganya, agar dia percaya.
Dia akhirnya pingsan dengan darah yang kini memenuhi lantai, aku mencium jelas aroma darah segar di ruangan ini dicampur dengan debu yang menyengat di hidung.
Aku keluar, dan kembali menutupi ruangan itu dengan karpet. Aku menghela nafas lalu mengisap sebatang rokok dan menghembuskannya perlahan, aku terduduk sambil menatap bulan di belakang taman rumahku yang begitu luas.
***
Pagi itu aku terbangun merasa tubuhku begitu lelah, semalam aku tertidur sambil menatap bulan.
Aku membuka baju, terlihat tubuhku yang atletis memiliki beberapa roti sobek yang mengoda iman. Aku mandi dan seperti biasa aku pergi bekerja namun sebelum itu aku menemui tri korban ke-15 ku terlebih dahulu.
Aku hanya ingin memastikan apakah dia masih hidup atau sudah tidak bernafas lagi. Kulihat dirinya yang masih tertidur dengan posisi tragis. Darahnya kini sudah mengering. Aku berjalan mendekat, lalu berjongkok dan memeriksa lukanya sambil memegang pipinya.
Sepertinya jiwa piskopatku tiba-tiba muncul, kutekan lukanya sehingga dia terbangun sambil meringis kesakitan dan berteriak histeris.
"Arggggg." Teriakan itu cukup kuat dan mengema di kepalaku, seperti video singkat yang diputar berulang-ulang.
Dia menatapku dengan tajam, menyimpan dendam. Tapi aku yakin dia tak akan bisa membalas ku.
"Akui dosamu dan aku akan membebaskanmu. Ini peringatan terakhir. Jika kamu masih berbohong, tak apa... kamu akan merasakan sakit luar biasa setelah ini." Ucapku berjongkok menatapnya tajam.
Aku menawarkan dia penawaran yang menjanjikan, aku lion bukan tri. Jika dia jujur, aku benar-benar akan membebaskannya malam ini, tanpa dia tahu identitasku.
Dia mengangguk setuju sambil menangis kesakitan. Bibirnya yang robek kembali mengeluarkan darah segar.
"Aku... aku mengakui kesalahan aku, tapi... tolong setelah ini kau lepaskan aku." Ucapnya dengan suara sedikit serak menahan sakit.
Dibalik topeng aku tersenyum, kuambil kamera dan ku letakkan pas di depannya sebagai bukti bahwa dia tak akan mengulangi perbuatannya lagi. kini tri mulai menatap kamera dan dia mulai berbicara dengan suara serak dan rekaman dimulai.
"Aku tidak akan mengulangi lagi... jika aku mengulangi lagi... maka aku siap untuk menerima resikonya." Suaranya sedikit serak dan terputus-putus sambil maringis kesakitan.
"Bagus." Kataku lalu mematikan kamera.
Tapi seperti semua kebohongan sebelumnya, aku tahu... dia hanya berkata begitu agar bisa bebas. Seperti racun di balik senyum, aku menatapnya lama penuh selidiki, tampaknya dia begitu kesakitan menahan rasa sakit dua kali lipat. Bayangkan bibirnya robek seperti hantu masker karena hasil tanganku, Karya yang bagus bukan?
"Lepaskan aku sekarang juga." Dia berteriak sekuatnya mengabaikan rasa sakit yang begitu menyayat
Tri berharap betul, aku akan melepaskannya begitu saja. Aku pergi meninggalkannya tak lupa menutupi ruang bawah tanah dengan karpet. Aku seolah tuli akan nasibnya yang malang.
Aku Lion. Aku bukan pahlawan. Tapi aku juga bukan iblis. Aku hanya manusia yang hidup di neraka dunia ini... dan membakar siapa pun yang pantas dibakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
diylaa.novel
Haloo kak,cerita nya menarik
mampir juga yuk ke cerita ku "Misteri Pohon Manggis Berdarah"
2025-08-12
2