Menuju Kerajaan Bayangan

Hutan Arvendral bukanlah hutan biasa.

Pohon-pohonnya menjulang setinggi menara, daunnya berwarna perak kehijauan, dan setiap langkah di tanahnya memunculkan gema aneh seperti seseorang berjalan di atas air. Bell jarang merasa tersesat, tapi tempat ini seperti memakan arah.

Ia berhenti ketika mendengar suara tawa kecil.

Suara itu—entah bagaimana—terasa seperti milik seorang anak… tapi tua.

> “Kau bukan bagian dari hutan ini.”

Bell menoleh. Dari balik akar raksasa, keluarlah seorang gadis kecil berambut putih panjang, mengenakan gaun hitam lusuh. Matanya memantulkan cahaya biru pucat, seperti bulan yang terlalu dekat.

> “Siapa kau?” tanya Bell, tangannya tetap di gagang pedang.

“Eryndra,” jawabnya ringan. “Penyihir terakhir dari Menara Caelith. Aku hidup sebelum kerajaanmu lahir… dan mungkin, aku akan hidup setelah dunia ini mati.”

Bell mengerutkan alis. “Aku mencari fragmen Archelion.”

Eryndra tersenyum tipis, lalu mengeluarkan sebuah buku tebal dari udara kosong. Halaman-halamannya bergerak sendiri, lalu berhenti pada sebuah gambar: lambang mata emas yang dikelilingi sayap perak.

> “Fragmen ketiga berada di tempat yang tidak dapat kau temukan… kecuali jika peri-peri di Arvendral mengizinkanmu.”

Sebelum Bell bisa bertanya lebih jauh, cahaya hijau menyilaukan muncul di antara pepohonan. Dari cahaya itu, seorang wanita muncul—tingginya nyaris setara Bell, rambutnya seperti anyaman dedaunan, dan sayapnya berkilau dengan partikel cahaya.

> “Kau membawa tamu yang tidak diundang, Eryndra,” kata peri itu dengan nada tegas.

Eryndra tertawa kecil. “Kau terlalu kaku, Lythienne. Dia hanya ingin bicara.”

Lythienne, peri penjaga hutan, menatap Bell dari ujung kepala sampai kaki. Pandangannya menusuk seperti menilai dosa-dosa seseorang.

> “Aku bisa mencium bau kematian dari jarak bermil-mil. Mengapa aku harus mempercayai seorang undead?”

> “Karena aku ingin mengakhiri ini,” jawab Bell singkat. “Kutukan ini. Hidup yang tidak seharusnya dimiliki.”

Lythienne tidak menjawab. Ia melangkah maju, sayapnya mengepak ringan, lalu mengangkat tangannya ke arah Bell. Cahaya hijau mengalir dan menyentuh dada Bell, menembus lapisan baju zirahnya, menyentuh fragmen-fragmen yang ia simpan.

Peri itu menutup matanya sejenak… lalu membukanya kembali, penuh kehati-hatian.

> “Fragmen ketiga… ada di Kerajaan Bayangan.”

“Tempat itu terkunci oleh sumpah kuno, dan hanya mereka yang membawa tanda cahaya dan kegelapan yang dapat memasukinya.”

Eryndra tersenyum puas. “Lihat? Dia akan membutuhkanku. Dan mungkin… kau juga.”

Bell menghela napas. Ia tak pernah suka bekerja dalam kelompok. Tapi untuk pertama kalinya sejak perburuannya dimulai, ia merasa langkahnya tidak lagi sendirian.

Di atas kanopi hutan, bulan penuh bersinar… tapi Bell tahu, perjalanannya akan menuntunnya ke tempat yang jauh lebih gelap dari malam ini.

Langkah-langkah mereka bergema di hutan Arvendral, meninggalkan kehangatan samar cahaya peri di belakang.

Eryndra berjalan di depan, meski tubuhnya kecil, ia bergerak dengan keyakinan seperti seseorang yang sudah tahu semua jalan keluar dan masuk. Lythienne terbang rendah di sampingnya, sayapnya bergetar pelan setiap kali angin malam berhembus.

Bell mengikuti dari belakang, matanya tak pernah berhenti mengawasi bayangan di antara pepohonan. Ia tahu, mulai saat ini mereka bertiga bukan lagi sekadar pencari fragmen—mereka adalah sasaran.

> “Kerajaan Bayangan tidak berada di dunia yang sama seperti ini,” kata Eryndra tanpa menoleh.

“Itu berada di sela-sela realita. Untuk mencapainya, kita harus melewati Gerbang Eclipsia.”

Bell mendengus kecil. “Dan aku yakin gerbang itu tidak dibiarkan terbuka begitu saja.”

Eryndra tersenyum miring. “Benar sekali. Dijaga oleh Daevar, iblis pemburu jiwa, salah satu pelayan langsung dari penguasa neraka.”

Lythienne terbang lebih tinggi, matanya menyipit. “Kita tidak sendirian.”

Bayangan melesat di antara pepohonan, terlalu cepat untuk menjadi manusia biasa. Dari kegelapan, muncullah makhluk bersenjata tombak, kulitnya hitam seperti arang, matanya merah menyala. Mereka berjumlah empat… lalu enam… lalu delapan.

> “Pengekor,” gumam Bell. Tangannya meraih pedangnya, mata birunya memantulkan cahaya redup bulan.

Para iblis itu melangkah maju serempak.

Suara mereka seperti bisikan seribu lidah yang berdesis.

> “Kembalikan fragmen… atau serahkan tubuhmu, Pangeran Mayat.”

Bell mengangkat pedangnya. “Kalau mau, datanglah dan ambil.”

Pertarungan meledak tanpa aba-aba.

Bell menebas satu iblis di tengah, pedangnya memotong daging yang melepaskan asap hitam. Lythienne menembakkan panah cahaya dari udara, membakar dua pengekor menjadi abu. Eryndra melambaikan tangan kecilnya, dan lingkaran sihir ungu meledak, memutuskan formasi musuh.

Namun di tengah kekacauan, Bell merasakan kehadiran lain—lebih kuat, lebih tua, lebih berbahaya.

Dari balik kabut, seorang sosok tinggi berzirah hitam muncul. Helmnya berbentuk seperti tengkorak naga, dan di tangannya, ia memegang pedang hitam sepanjang tubuh Bell.

> “Daevar…” bisik Eryndra. “Kita terlalu cepat menarik perhatiannya.”

Bell menatap sosok itu. Tak ada rasa takut, hanya dingin yang biasa ia rasakan sejak menjadi undead.

> “Kita tak bisa menghindarinya,” kata Bell pelan.

“Maka kita harus memaksanya mundur… atau mati di sini.”

Episodes
1 Suara dari Abu Kerajaan
2 Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3 Kuil di Bawah Darah
4 Bayangan yang Belum Pergi
5 Menuju Kerajaan Bayangan
6 Gerbang Eclipsia
7 Bayangan Masa Lalu
8 Lantai Waktu yang Retak
9 Harga dari Sebuah Kenangan
10 Nafas Abadi di Tengah Kabut
11 Pemanggilan di Jantung Menara
12 Membakar Bayangan
13 Runtuhnya Menara Umbra
14 Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15 Kabut yang Menelan
16 Bayang yang Memanggil
17 Bayangan di Atas Genting
18 Rahasia di Balik Topeng
19 Gerbang Lupa
20 Lorong Tanpa Ujung
21 Bayangan di Balik Kaca
22 Retakan di Kabut
23 Denyut Kutukan
24 Panggilan dari Sisi Lain
25 Bisikan di Dataran Luminar
26 Lembah Tirai Kelam
27 Roh Antara Dua Cahaya
28 Bayangan yang Menguntit
29 Pertemuan Misterius
30 Sekutu dari Bayangan
31 Penjaga Rantai Waktu
32 Pertarungan di Ambang Waktu
33 Api Pertarungan
34 Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35 Jalan Berduri Menuju Bayangan
36 Pedang Abadi Sang Undead
37 Ilusi Jalan Iblis
38 Bayangan Penghalang
39 Gerbang yang Terbuka
40 Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41 Banjir Bayangan
42 Nyala yang Tak Pernah Mati
43 Jejak dalam Kabut
44 Jalan yang Terselubung
45 Wajah di Balik Topeng
46 Api Gelap yang Membara
47 Lorong yang Menyempit
48 Arena Bayangan
49 Serangan Bayangan
50 Labirin Kutukan
51 Menembus Kegelapan
52 Tangan di Balik Bayangan
53 Tubrukan Bayangan dan Tulang
54 Cahaya yang Hampir Padam
55 Retakan Takdir
56 Retakan di Balik Topeng
57 Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58 Bayangan yang Lenyap
59 Kerajaan di Timur
60 Luka yang Tidak Terlihat
61 Gerbang Arvendral
62 Bayangan di Balik Kota
63 Keadaan di Balik Tahta
64 Pertemuan yang Tak Terduga
65 Laporan Bayangan
66 Suara Putri, Telinga Raja
67 Jejak Malam yang Basah
68 Bisik-bisik di Balik Tirai
69 Langkah di Balik Gerbang Emas
70 Rencana Rahasia Sang Putri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Suara dari Abu Kerajaan
2
Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3
Kuil di Bawah Darah
4
Bayangan yang Belum Pergi
5
Menuju Kerajaan Bayangan
6
Gerbang Eclipsia
7
Bayangan Masa Lalu
8
Lantai Waktu yang Retak
9
Harga dari Sebuah Kenangan
10
Nafas Abadi di Tengah Kabut
11
Pemanggilan di Jantung Menara
12
Membakar Bayangan
13
Runtuhnya Menara Umbra
14
Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15
Kabut yang Menelan
16
Bayang yang Memanggil
17
Bayangan di Atas Genting
18
Rahasia di Balik Topeng
19
Gerbang Lupa
20
Lorong Tanpa Ujung
21
Bayangan di Balik Kaca
22
Retakan di Kabut
23
Denyut Kutukan
24
Panggilan dari Sisi Lain
25
Bisikan di Dataran Luminar
26
Lembah Tirai Kelam
27
Roh Antara Dua Cahaya
28
Bayangan yang Menguntit
29
Pertemuan Misterius
30
Sekutu dari Bayangan
31
Penjaga Rantai Waktu
32
Pertarungan di Ambang Waktu
33
Api Pertarungan
34
Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35
Jalan Berduri Menuju Bayangan
36
Pedang Abadi Sang Undead
37
Ilusi Jalan Iblis
38
Bayangan Penghalang
39
Gerbang yang Terbuka
40
Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41
Banjir Bayangan
42
Nyala yang Tak Pernah Mati
43
Jejak dalam Kabut
44
Jalan yang Terselubung
45
Wajah di Balik Topeng
46
Api Gelap yang Membara
47
Lorong yang Menyempit
48
Arena Bayangan
49
Serangan Bayangan
50
Labirin Kutukan
51
Menembus Kegelapan
52
Tangan di Balik Bayangan
53
Tubrukan Bayangan dan Tulang
54
Cahaya yang Hampir Padam
55
Retakan Takdir
56
Retakan di Balik Topeng
57
Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58
Bayangan yang Lenyap
59
Kerajaan di Timur
60
Luka yang Tidak Terlihat
61
Gerbang Arvendral
62
Bayangan di Balik Kota
63
Keadaan di Balik Tahta
64
Pertemuan yang Tak Terduga
65
Laporan Bayangan
66
Suara Putri, Telinga Raja
67
Jejak Malam yang Basah
68
Bisik-bisik di Balik Tirai
69
Langkah di Balik Gerbang Emas
70
Rencana Rahasia Sang Putri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!