Kuil di Bawah Darah

Langkah Bell meninggalkan Helmsgrave tanpa suara. Di tangannya, fragmen pertama bersinar redup, denyutnya terasa seperti detak jantung asing yang terus berdetak dalam saku jubahnya. Cahaya itu hangat—dan untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun, Bell merasa sedikit… hidup.

Tapi perasaan itu tidak bertahan lama.

Angin mendadak berhenti.

Bayangan membesar di atas bukit batu yang menghadap reruntuhan.

Dan dari kabut, suara langkah mendekat—berat, lambat, namun membawa tekanan yang menusuk dada. Udara terasa lebih padat. Rerumputan menghitam. Burung-burung diam. Dunia seakan tahu: sesuatu yang mengerikan telah tiba.

Bell tidak perlu menoleh.

Ia sudah mengenali auranya.

“Dia mengirimmu, ya.”

Sosok itu muncul dari kabut—tinggi, bersenjata dua pedang kembar, tubuhnya dibalut baju zirah hitam berduri, dan wajahnya tersembunyi di balik topeng iblis yang membeku dalam senyuman sadis. Di punggungnya, sayap tulang seperti kelelawar terbentang, dan matanya menyala merah tua.

Namanya: Drevarn, Penjagal Jiwa.

Salah satu Enam Tangan Rahlzephon, prajurit elit neraka yang hanya turun ke dunia fana bila lawan mereka terlalu penting untuk dibiarkan hidup.

“Dua abad kau sembunyi dalam reruntuhan dan sunyi,” kata Drevarn, suaranya dalam seperti logam yang digesek. “Tapi sekarang, kau keluar… dan menyentuh sesuatu yang bukan hakmu.”

Bell tetap diam.

Drevarn mengayunkan satu pedangnya ke tanah—dan dari tanah itu muncul retakan seperti sarang laba-laba. “Kau menginginkan kematian, Bell. Tapi jangan berharap mendapatkannya dengan damai.”

“Aku tidak mencari damai.”

“Aku mencari akhir.”

Tanpa aba-aba, Drevarn melesat.

Kedua pedangnya seperti kilatan hitam yang merobek udara. Bell menangkis dengan pedangnya, tubuhnya terpental ke belakang, menghantam pilar batu dan menghancurkannya. Tapi ia berdiri lagi—mata ungunya menyala lebih terang.

Pertarungan mereka menggetarkan tanah. Setiap tebasan Drevarn membelah batu. Setiap serangan Bell menimbulkan kilatan cahaya dari fragmen di tubuhnya. Dunia di sekitar mereka seolah memudar—yang tersisa hanya kegelapan dan kilau kematian.

Namun Drevarn bukan sekadar iblis biasa.

Ia tahu gaya bertarung Bell. Ia tahu celah dalam gerakannya. Ia pernah mengamati Bell… sebelum Bell menjadi kutukan.

“Tak ada tempat di dunia ini untuk makhluk seperti kita,” kata Drevarn di sela benturan pedang. “Terimalah. Ikuti jalan iblis. Setidaknya, kita bisa membuat dunia menderita seperti kita.”

Bell menatapnya dingin. “Kau salah satu dari mereka yang menerima neraka. Aku… memberontak padanya.”

Dalam ledakan cahaya terakhir, Bell melepaskan tebasan bercahaya dari fragmen Archelion, menembus dada Drevarn dan membuat tubuhnya terpental jauh, hancur menabrak batu.

Darah iblis berwarna hitam mengalir dari mulut Drevarn. Tapi ia tertawa… walau tubuhnya sekarat.

“Kau akan dicari… oleh yang lebih kuat dariku.”

Bell berbalik, membiarkan iblis itu larut dalam kabut. Ia tahu Drevarn belum sepenuhnya mati—iblis sekelas dia hanya bisa dibunuh dalam altar tertentu. Tapi itu bukan tujuannya hari ini.

Yang penting:

Bell telah membangunkan neraka.

Dan mereka tidak akan tinggal diam.

Cahaya dari fragmen pertama masih berdenyut lembut di tangan Bell, bahkan setelah ia meninggalkan reruntuhan Helmsgrave dan tubuh Drevarn yang terkubur kabut. Tapi sekarang… cahaya itu mulai berubah. Merah. Lebih panas. Seperti darah yang mulai mendidih.

Fragmen itu… menunjukkan arah.

Bell berdiri di tepi lembah yang dalam, menghadap dataran kosong tempat perang besar pernah terjadi. Tanah itu sekarang merah, bukan karena cahaya senja, tapi karena darah yang pernah tumpah di sana masih menolak diserap bumi.

Tempat itu dikenal sebagai:

> "Val D'rethon" – Ladang Pembantaian Abadi."

Dulu, di sanalah kerajaan manusia terakhir bertempur hingga titik darah penghabisan melawan pasukan iblis. Ribuan jiwa melayang, dan sihir dari kedua belah pihak menciptakan luka abadi di dunia—sebuah celah yang memuntahkan darah dari dalam tanah.

Di bawah lembah itulah tersembunyi Kuil Archelion Kedua, yang dulunya hanya legenda.

Bell turun perlahan ke dalam lembah. Setiap langkahnya menapaki tanah basah berwarna merah gelap. Angin di sana berbau besi, busuk, dan sesuatu yang jauh lebih tua dari kematian.

Dan saat ia mencapai titik terdalam dari lembah…

...tanah itu terbelah.

Sebuah jalan batu menurun terbuka dengan sendirinya, digerakkan oleh resonansi fragmen di tubuhnya. Pilar-pilar batu menjulang dari dalam, penuh ukiran yang berisi ratapan dan doa para ksatria yang gugur di medan perang.

Kuil Kedua Archelion tersembunyi di bawah sana.

Namun tidak sunyi.

Bell mendengar suara…

—bukan iblis, bukan roh…

Tapi nyanyian, suara lembut perempuan yang menyanyikan bahasa lama dunia—bahasa suci yang bahkan iblis tak berani tirukan.

Nyanyian itu berasal dari dalam kuil. Tapi itu bukan lagu penyambutan.

Itu adalah perangkap.

Bell menarik tudungnya lebih dalam, menatap jalan menuju bawah tanah yang gelap dan memancarkan hawa panas. Ia tahu, tempat ini bukan sekadar kuil. Ini adalah makam massal, dan banyak dari mereka yang terkubur di sini… tidak pernah benar-benar mati.

> “Kematian tetap hidup di tempat ini,” gumam Bell.

“Dan aku akan berjalan melewatinya… lagi.”

Dengan satu napas panjang yang tidak dibutuhkannya, Bell memasuki kedalaman Kuil di Bawah Darah, di mana Fragmen Kedua Archelion tersegel dalam suara-suara jiwa yang belum pernah berhenti menangis.

Episodes
1 Suara dari Abu Kerajaan
2 Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3 Kuil di Bawah Darah
4 Bayangan yang Belum Pergi
5 Menuju Kerajaan Bayangan
6 Gerbang Eclipsia
7 Bayangan Masa Lalu
8 Lantai Waktu yang Retak
9 Harga dari Sebuah Kenangan
10 Nafas Abadi di Tengah Kabut
11 Pemanggilan di Jantung Menara
12 Membakar Bayangan
13 Runtuhnya Menara Umbra
14 Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15 Kabut yang Menelan
16 Bayang yang Memanggil
17 Bayangan di Atas Genting
18 Rahasia di Balik Topeng
19 Gerbang Lupa
20 Lorong Tanpa Ujung
21 Bayangan di Balik Kaca
22 Retakan di Kabut
23 Denyut Kutukan
24 Panggilan dari Sisi Lain
25 Bisikan di Dataran Luminar
26 Lembah Tirai Kelam
27 Roh Antara Dua Cahaya
28 Bayangan yang Menguntit
29 Pertemuan Misterius
30 Sekutu dari Bayangan
31 Penjaga Rantai Waktu
32 Pertarungan di Ambang Waktu
33 Api Pertarungan
34 Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35 Jalan Berduri Menuju Bayangan
36 Pedang Abadi Sang Undead
37 Ilusi Jalan Iblis
38 Bayangan Penghalang
39 Gerbang yang Terbuka
40 Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41 Banjir Bayangan
42 Nyala yang Tak Pernah Mati
43 Jejak dalam Kabut
44 Jalan yang Terselubung
45 Wajah di Balik Topeng
46 Api Gelap yang Membara
47 Lorong yang Menyempit
48 Arena Bayangan
49 Serangan Bayangan
50 Labirin Kutukan
51 Menembus Kegelapan
52 Tangan di Balik Bayangan
53 Tubrukan Bayangan dan Tulang
54 Cahaya yang Hampir Padam
55 Retakan Takdir
56 Retakan di Balik Topeng
57 Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58 Bayangan yang Lenyap
59 Kerajaan di Timur
60 Luka yang Tidak Terlihat
61 Gerbang Arvendral
62 Bayangan di Balik Kota
63 Keadaan di Balik Tahta
64 Pertemuan yang Tak Terduga
65 Laporan Bayangan
66 Suara Putri, Telinga Raja
67 Jejak Malam yang Basah
68 Bisik-bisik di Balik Tirai
69 Langkah di Balik Gerbang Emas
70 Rencana Rahasia Sang Putri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Suara dari Abu Kerajaan
2
Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3
Kuil di Bawah Darah
4
Bayangan yang Belum Pergi
5
Menuju Kerajaan Bayangan
6
Gerbang Eclipsia
7
Bayangan Masa Lalu
8
Lantai Waktu yang Retak
9
Harga dari Sebuah Kenangan
10
Nafas Abadi di Tengah Kabut
11
Pemanggilan di Jantung Menara
12
Membakar Bayangan
13
Runtuhnya Menara Umbra
14
Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15
Kabut yang Menelan
16
Bayang yang Memanggil
17
Bayangan di Atas Genting
18
Rahasia di Balik Topeng
19
Gerbang Lupa
20
Lorong Tanpa Ujung
21
Bayangan di Balik Kaca
22
Retakan di Kabut
23
Denyut Kutukan
24
Panggilan dari Sisi Lain
25
Bisikan di Dataran Luminar
26
Lembah Tirai Kelam
27
Roh Antara Dua Cahaya
28
Bayangan yang Menguntit
29
Pertemuan Misterius
30
Sekutu dari Bayangan
31
Penjaga Rantai Waktu
32
Pertarungan di Ambang Waktu
33
Api Pertarungan
34
Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35
Jalan Berduri Menuju Bayangan
36
Pedang Abadi Sang Undead
37
Ilusi Jalan Iblis
38
Bayangan Penghalang
39
Gerbang yang Terbuka
40
Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41
Banjir Bayangan
42
Nyala yang Tak Pernah Mati
43
Jejak dalam Kabut
44
Jalan yang Terselubung
45
Wajah di Balik Topeng
46
Api Gelap yang Membara
47
Lorong yang Menyempit
48
Arena Bayangan
49
Serangan Bayangan
50
Labirin Kutukan
51
Menembus Kegelapan
52
Tangan di Balik Bayangan
53
Tubrukan Bayangan dan Tulang
54
Cahaya yang Hampir Padam
55
Retakan Takdir
56
Retakan di Balik Topeng
57
Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58
Bayangan yang Lenyap
59
Kerajaan di Timur
60
Luka yang Tidak Terlihat
61
Gerbang Arvendral
62
Bayangan di Balik Kota
63
Keadaan di Balik Tahta
64
Pertemuan yang Tak Terduga
65
Laporan Bayangan
66
Suara Putri, Telinga Raja
67
Jejak Malam yang Basah
68
Bisik-bisik di Balik Tirai
69
Langkah di Balik Gerbang Emas
70
Rencana Rahasia Sang Putri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!