Amara menarik tangan Gwen dan Angkasa mengajak untuk pulang. Karena waktu menunjukan sudah hampir tengah malam, acara pun sudah hampir selesai ketika mereka memutuskan untuk pamit pada teman yang masih tersisa di stand.
Mereka bertiga berjalan beriringan, sembari membicarakan keseruan kegiatan mereka hari itu. Parkiran begitu sepi. Namun masih banyak kendaraan yang terparkir disana, hanya ada suara musik yang terdengar dari arah depan Fakultas.
Gwen melepaskan genggaman tangan Amara ketika mereka sampai di sebuah motor vespa matik warna putih yang terparkir di tepi.
“Aku sama Angkasa duluan yaa ra, kamu hati-hati kabari kalo udah sampai kosan” Ucap Gwen sembari melambaikan tangan ke Amara.
“Iya kalian juga hati-hati yaaaa” Amara tersenyum kecil, ia melambaikan tangan ke arah Gwen dan Angkasa.
Sepasang kekasih yang sangat romantis. Terlihat Angkasa si paling Act of Service yang sibuk menggambil helm dan memasangkannya ke kepala Gwen. Tak mau menjadi obat nyamuk, Amara pun berlalu. Ia berjalan sendirian menuju parkiran mobil.
Namun nasib jelek, ia kembali bertemu dengan El dan Gerry di sela-sela mobil yang terparkir di dekatnya.
Dengan gelagapan, El memasukkan sesuatu di saku jaketnya.
“Lo ngapain disini?” Tanya El dengan terbata.
“Ya mau pulang lah kak, ambil mobil. Kalian berdua yang ngapain disini?” Tanya Amara penuh selidik.
“Ahh kita lagi ngitung uang hasil penjualan angkatan, aisshh kenapa mereka ngasih tugas ngrepotin kek gini ke gue sihh” Kata El sembari menepuk pundak Gerry.
Gerry hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Sementara Amara hanya mengangguk demi kesopanan sembari berlalu meninggalkan mereka berdua.
Amara berhenti di sebuah mobil berwarna abu-abu. Sayup sayup ia mendengar suara El dan Gerry yang sedikit berbisik karena jarak antara mereka hanya berkisar dua mobil.
“Ngga akan ada yang tau kalo lo ngga bocor ke siapa pun” Ucap El dengan nada sedikit mengancam.
Amara terdiam seperkian detik, sampai akhirnya ia menyalakan mesin mobilnya dan berlalu dengan smirk aneh di wajahnya.
***
“Amaraaaa” El berjalan ke arah Amara dan Gwen yang tengah duduk di lobby Fakultasnya.
“Lo kan yang bikin postingan anonim tentang gue di situs kampus?” Bentak El tepat di depan wajah Amara.
“Kamu kenapa sih kak? Dari kemarin nargetin Amara terus? Apaan sih kalo nyari perhatian ngga gini caranya” Ucap Gwen yang seketika berdiri menantang El karena tersulut emosi.
“Postingan? Apa maksudnya kak?” Amara lantas berdiri dan menarik tangan Gwen untuk sedikit mundur kebelakang.
El lantas membuka ponselnya, memperlihatkan kepada mereka berdua dengan seksama. Sebuah postingan di situs kampus dengan pengirim anonim.
“Lo masih mau bilang kalo bukan lo yang ngelaporin gue? Lo bener-bener yaa, semalem yang ngeliat gue debat sama Gerry di parkiran itu cuma lo. Pinter banget yaa acting lo, udah pantes kali buat dapet piala festival film bandung” Ucap El penuh dengan penekanan.
Keributan yang di bikin El cukup untuk membuat beberapa mahasiswa lain datang dan bergerombol untuk melihat.
Amara mengernyitkan dahinya, dan menggelengkan kepalanya pelan. Di lihatnya sekali lagi postingan itu, namun dari ponselnya sendiri.
Terlihat beberapa bukti penggelapan dana yang di lakukan oleh El, termasuk video ketika El marah dan membalikan meja saat berdebat dengan Gerry kemarin siang.
“Gimana kakak bisa menuduhku hanya karena aku ngeliat kakak sama kak Gerry ngitung uang hasil penjualan punya Angkatan kakak?” Ucap Amara datar.
“Kalau bukan lo siapa lagi?” Ucap El menantang, “ Lo punya dendam kan sama gue karena gue kemaren nampar lo?”
Amara menggelengkan kepalanya samar, ia tersenyum. Sangat tipis hingga tidak ada satupun orang yang menyadari, kecuali Baskara yang kini berdiri dari sebelah sisi kiri Amara.
“Pertama, gimana aku bisa punya bukti video yang mengarah ke stand kakak ketika kalian berantem di dalem? Sementara aku lagi bagiin brosur di depan stand aku sendiri barengan sama Gwen dan Angkasa? Kakak ingetkan habis itu ngamuk dan nampar aku di depan stand aku?” Tanya Amara.
Hampir semua orang yang di lobby mengangguk, sepakat dengan statement yang di ucapkan Amara.
“Kedua, kita ketemu di parkiran mobil itu hampir tengah malem kak. Postingan ini udah di share dari jam setengah sepuluh malem. Dan yang terakhir, aku juga ngga kedengeran apa yang kakak bicarain sama kak Gerry yaa, jadi stop nuduh aku yang ngga ngga” Terang Amara.
El hanya terdiam, semua yang di bicarakan Amara terdengar masuk akal. Lalu siapa orang yang menyebarkan percakapannya dengan Gerry dari dalam stand?. Ia termangu, cukup frustasi sampai Baskara menepuk pundaknya.
“Kita bicarain dulu sama anak-anak. Jangan bikin gaduh di lobby. Setahuku semua postingan tentang keributan kemaren udah di take down semua. Dan atas bantuan BEM semua video juga udah di minta untuk di hapus dari Hape semua pengunjung” Kata Baskara.
“Aishhh ini pasti kerjaan si Kevin yang kecintaan sama ini anak” Kata El pasrah.
Para mahasiswa yang bergerombol pun mulai bubar, masing-masing dari mereka kembali ke posisi awal. Gwen yang melihat Angkasa di pintu masuk pun langsung berlari menghampirinya. Lobby mulai lega, hanya menyisakan Amara dan Baskara. El sudah berjalan, naik tangga meninggalkan mereka berdua.
“Jangan di ambil hati yaa” Ucap Baskara meninggalkan Amara.
Tidak ada jawaban, Amara hanya kembali duduk di posisi awalnya. Sementara Baskara berlari mengejar El, dia masih mengamati Amara dengan seksama. Wanita itu, tersenyum dengan smirk aneh di wajahnya. Sedetik, berubah jadi senyum merekah ketika Gwen dan Angkasa berjalan mendekat ke arahnya.
Deg Ada perasan aneh mengalir, cukup untuk membuat bulu kuduk Baskara berdiri. Siapa sebenarnya Amara? Ada bagian dari dirinya yang bergejolak. Amara tidak sepolos yang terlihat. Dia berbeda, dia aneh dan menakutkan.
~Flashback~
Hikari berlari, mendekat ke depan stand Amara. Terlihat Amara meraih botol air mineral beku dari tangan Baskara.
“Amaraaa are you okaayyy” Teriak Hikari dengan nada centilnya.
“Hikaaa” Amara berseru antusias.
“Yaudah kita cabut dulu yaa ra” Kata David seraya memberikan brosur kepada Amara.
“Makasih kak David, Kak Baskara dan Kak Celline” Ucap Amara sembari sedikit mengangguk. Sementara mereka bertiga berlalu begitu saja.
Hikari menyenggol perut Amara dengan sikunya, “Eh siapa itu raa, boleh jugaa”
“Senior aku ka, udahlah jangan di bahas. Aku gamau kamu terlibat dengan mereka” Ucap Amara datar.
“Ohh yaa, sampe lupaaaaa. Baby wajahmu merah woyyyy, sini aku bantu buat kompres” Ucap Hikari meraih botol air mineral beku di tangan Amara.
“Bentar yaa aku pamit dulu ke anak-anak” Pinta Amara.
Setelah pamit untuk rehat sebentar kepada anak-anak yang menjaga stand, Amara pun bergegas pergi bersama Hikari. Mereka berjalan ke arah taman belakang fakultas untuk mencari tempat duduk.
“Seniormu kebangetan deh ra, ada yaa spesies kayak gitu hidup di dunia” Ucap Hikari sebal.
“Udahlah ka, ga baik jelekin orang lain. Lagian cuma memar doang gini, gapapa” Kata Amara lirih.
“Sebenernya ini tuh udah masuk tindak kriminal tau. Penyerangan dan penggelapan dana” Hikari sangat antusias.
Amara sekilas melirik Hikari yang tengah memegangi botol air mineral beku yang di tempelkan ke wajahnya.
“Maksudnya apa ka?” Tanya Amara.
Hikari meraih tangan Amara agar mengompres wajahnya sendiri. Kemudian dia membuka ponselnya dan memutar sebuah video yang berisi pertengkaran El dan Gerry di dalam stand mereka.
“Kamu dapet video ini dari mana Hika?” Tanya Amara.
“Tadi kebetulan aku lagi di salah satu stand anak Teknik Elektro, tepat di depan stand kakak seniormu itu” Terang Hikari.
“Coba liat ini, si yang gendut itu ngambil uang di meja kasir pas lagi sepi. Karena aku curiga jadi aku rekam aja. Ehh tiba-tiba mas kacamata liat terus mereka berantem sampe ngebalik meja lagi. Terus tau tau dia dateng ke arah standmu, aku takut jadi cuma liat aja hehhe maaf yaa”
Amara terdiam cukup lama, “Kirim ke aku videonya ya”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
yourbee
amara kenapa suka senyum licik dah😭
2025-08-20
0
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
2025-08-07
0