04. Tuduhan pencemaran nama baik 2

.

“Ada apa ya,Pak RT? Kenapa kami dipanggil ke balai desa?” Aya bertanya mendahului ibunya.

“Mas Yuda melaporkan Mbak Aya dengan tuduhan pencemaran nama baik.”.

Duarrr…

“Apa, Pak?” Cahaya benar-benar syok dengan apa yang baru saja didengar.

Bagai petir di tengah hari. Aya dan ibunya sudah mengalah dengan membiarkan uang yang telah diambil oleh Yuda. Tapi pria itu dan keluarganya seakan belum puas. Dan sekarang malah membuat laporan palsu untuk menjatuhkan Aya. Apa mereka benar-benar tidak memiliki sedikit saja hati nurani?

“Maafkan saya, Mbak Aya. Saya datang hanya menjalankan tugas.”

Pria paruh baya yang dipanggil dengan nama Pak RT menatap Cahaya penuh rasa iba. Dalam hatinya percaya, Cahaya tidak bersalah, tapi ia juga tidak bisa membantu.

“Kemarin Mbak Aya bilang kalau Mbak Aya memiliki bukti. Bawa semua bukti yang Mbak Aya punya!”

*

*

*

“Dia!” Ujung telunjuk Cahaya mengarah kepada wajah Yuda, sementara matanya menatap tanpa gentar ke arah Pak lurah.

“Laki-laki ba°jingan ini yang telah menipu saya. Menjanjikan pernikahan lalu meminta kiriman uang setiap bulan. Saya memberikannya karena berpikir jika itu juga untuk masa depan kami berdua. Jika dia benar-benar bisa jadi PNS, saya juga ikut bangga. Kenapa malah saya yang dianggap salah?”

Gadis itu maju, menyodorkan beberapa lembar kertas yang memang telah ia siapkan dari rumah. “Ini bukti transfer dari rekening atas nama saya. Bisa bapak lihat baik-baik penerimanya adalah rekening atas nama Yuda Prawira. Dan Anda juga pasti tahu, satu-satunya pemilik nama itu adalah dia!” Ujung jari telunjuk Cahaya kembali menuding ke arah Yuda.

Pak lurah menerima kertas-kertas yang diberikan oleh Cahaya dan menelitinya. Seketika matanya terbelalak dan menatap ke arah Bu Sumini dan keluarganya yang duduk berjajar rapi.

“Mbak Aya memiliki bukti kuat. Sekarang apa sanggahan kamu, Mas Yuda?”

Wajah Yudha tampak pias. Dia tidak menyangka kalau cahaya memiliki bukti itu. Dalam hatinya merasa geram, untuk apa Aya menyimpan bukti-bukti itu? Itu bahkan sejak lama. Apa mungkin Aya memang mencurigainya sejak awal? Tidak mungkin kan? Cahaya gadis yang polos dan naif. Sangat mudah ditipu. Tidak mungkin memiliki pemikiran sampai ke sana.

“Selain itu, saya juga memiliki bukti chat saya dengan Yuda.” Cahaya mengambil ponsel di sakunya, membuka ruang perpesanan. Ada chating dengan Yuda yang tak pernah dihapus sejah pertemuan pertama satu setengah tahun yang lalu. Aya memberikannya kepada pak Lurah.

Pak Lurah kembali memeriksa apa yang disodorkan oleh Cahaya. Matanya terbelalak. Benar-benar ada chat Aya dengan nomor kontak berfoto profil wajah Yuda. Kata-kata manis, janji pernikahan, minta kiriman uang dengan alasan membayar ini dan itu.

“Mas Yuda! Saya tidak menyangka kalau Mas Yuda bisa berbuat seperti ini.” Pak Lurah menatap Yuda geram. “Lalu kenapa malah membuat laporan seperti ini?”

“Yuda, jadi itu benar?” Pak Supardi ayah Yuda menatap wajah putranya tajam. “Jadi ternyata benar selama ini kamu meminta uang pada gadis itu? Mau kamu taruh ke mana wajah ayah ini?”

Pak Supardi yang selama ini selalu dianggap sebagai panutan memerah wajahnya. Malu tak terkira. Putranya telah mencoreng arang di wajahnya.

“Engg, itu… itu…”

“Sabar dulu, Kang Mas.” Tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan penampilan rapi dan terlihat berkelas. Berdiri dari kursinya yang berada di jajaran keluarga Bu Sumini dan Pak Supardi. Maju ke hadapan Pak lurah dan mengambil kertas-kertas itu. Meneliti sebentar sebelum kemudian berkata,

“Semua bukti-bukti ini palsu.”

Ucapannya membuat semua orang yang menghadiri sidang seketika ramai.

“Terlihat jelas jika ini adalah hasil rekayasa. Pak lurah jangan mudah terperdaya. Zaman sekarang banyak sekali modus kejahatan seperti ini. Membuat bukti palsu untuk memeras orang lain.”

Satu lagi, seorang pria berperawakan tinggi besar, berpakaian seragam polisi, dia adalah kakak kandung Bu Sumini, ikut maju ke depan, mengambil ponsel Cahaya dari tangan pak Lurah. Meneliti, lalu menatap ke arah keponakannya.

“Yuda, apa benar ini kamu?” tanyanya.

Yuda yang ditanya tampak geragapan, namun sejenak kemudian dia tersenyum licik dan maju ke depan. Mengambil ponsel itu dari tangan pamannya, lalu menggelengkan kepala.

“Ini bukan nomorku, Paman,” ucapnya. Ia kemudian mengambil ponsel dari sakunya. Membuka bagian kontak dan menunjukkan pada semua orang.

“Paman pasti tahu dan hafal nomor kontakku, kan? Bahkan hampir satu desa ini juga punya nomor kontakku. Pak lurah juga. Nomorku juga ada di grup karang taruna. Coba lihat! Apakah sama dengan yang ada di ponsel Aya?”

“Keponakanku benar! Ini tidak sama. Ini jelas penipuan. Ada dua modus, dia ingin jadi bagian dari keluarga Supardi, atau ingin mendapatkan uang yang banyak.” Pria berseragam polisi menatap Aya penuh ejekan.

Pak lurah memeriksa ponsel Yuda dan Aya bersamaan. Lalu menatap ke arah Cahaya. “Saya kecewa dengan Mbak Aya. Padahal selama ini saya tahu mbak Aya gadis yang baik. Untuk apa melakukan penipuan seperti ini?”

“Tidak. Itu tidak mungkin. Kenapa bisa begini?” Cahaya terhuyung, hampir terjatuh jika tidak ditangkap oleh pak RT yang ada di sampingnya. Air mata Bu Ningsih jatuh berderai.

.

“Ya ampun, ternyata Cahaya seperti itu?”

“Benar-benar tidak disangka. Aku kira dia gadis yang polos.”

“Benar-benar calon penjahat kelas kakap.”

Suara-suara hujatan untuk Cahaya kembali terdengar riuh. Lagi, Aya dipaksa menelan pil pahit. Bukan hanya ditipu sekarang malah dituduh.

“Kalian benar-benar jahat. Kalian benar-benar licik!” Air mata Cahaya jatuh berderai. Menatap Yuda dengan pandangan tak percaya. Entah kata apa lagi untuk melukiskan kebusukan pria itu.

Yuda tersenyum menyeringai. Lalu berjalan ke arah Cahaya dengan menyimpan dua tangannya di saku celana. Berdiri di samping gadis itu, ketika langkahnya sampai tepat di depan Pak Lurah.

“Sudahlah Pak Lurah. Saya tidak mau memperpanjang masalah ini. Saya sudah memaafkan Aya,” ucapnya bijak.

“Yuda! Apa-apaan kamu ini!” Bu Sumini berjalan maju ke depan sambil mengangkat sedikit roknya.

“Dia itu sudah mempermalukan kamu di depan keluarga calon mertuamu kemarin. Enak saja sekarang dilepaskan!”

Wanita tua itu tidak terima putranya memaafkan Cahaya begitu saja. Gadis yang bersalah dan kurang ajar mempermalukan dirinya di depan keluarga besar harus mendapatkan pelajaran setimpal.

“Sudahlah, Bu! Aku kasihan. Dia itu hanya gadis pincang, ibunya juga hanya seorang janda. Kalau Aya dipenjara, bagaimana dengan ibunya? Lagipula, dengan kita memaafkan seseorang, bukan berarti kita kalah. Bukankah Tuhan saja maha memaafkan? Yang penting Cahaya mau menandatangani surat pernyataan bahwa dia tidak akan mengganggu keluarga kita lagi!”

Yuda membujuk ibunya dengan kata-kata yang manis. Sungguh lancar pria itu menebar siasat. Menjatuhkan Aya sekaligus mencari muka untuk diri sendiri.

“Wah, Mas Yuda benar-benar berbesar hati!”

“Iya benar, ia sudah dipermalukan tetapi masih juga mau memaafkan.”

“Iya, Bu Sumini dan Pak Supardi benar-benar beruntung memiliki putra seperti Mas Yuda.”

Pujian demi pujian yang terdengar akhirnya membuat Bu Sumini mau melepaskan Cahaya. Wanita tua itu terlihat bangga.

Cahaya menggelengkan kepala berkali-kali. Menyangkal dan menolak semua tuduhan, bahkan bukti nyata sudah ia serahkan, tetapi ia tetap kalah dengan koneksi yang dimiliki oleh keluarga Bu Sumini. Bukan hanya tidak mendapatkan keadilan, ia malah difitnah.

Terpopuler

Comments

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨

kok bu ningsih, bukannya emaknya yuda bu sumini?

2025-08-06

1

ora

ora

Susah deh kalau ngelawan orang-orang berkuasa seperti keluarga Yuda. Apalagi yang berseragam polisi aja tetap membela yang salah ....

2025-08-07

0

ora

ora

Nggak berkah hidup mu Yud. Baru mau memulai hidup baru, tapi dengan nyakitin hati orang lain...

2025-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!