"Eloise....Darrel.. Kalian sudah siap ?" Adelle menghampiri kedua anaknya di dalam kamar. Terlihat kalau Eloise sedang membantu Darrel memakai mantelnya.
Hatinya terenyuh melihat itu. Eloise adalah sosok Kakak yang baik. Diusia nya yang masih sembilan tahun ia mau membantu menjaga dan merawat Darrel yang tiga tahun dibawah nya.
Adelle melihat penampilan anak-anak nya. Matanya sakit melihat anak kecil berpakaian seperti itu. Eloise dengan dress nya yang kumal. Untung saja mantel hitam nya masih terlihat bagus.
Darrel dengan setelan spiderman nya dan memakai mantel hitam juga. Dan lagi sepatu mereka yang nyaris tidak layak pakai.
Lalu ia melihat dirinya sendiri. Hah penampilan yang tidak jauh berbeda. Ia tertawa sesaat. Biarlah hari ini ia habiskan rasa sakit ini.
Mereka berjalan dengan tawa riang. Obrolan kedua anaknya lebih merdu dari burung yang mengiringi kepergian mereka.
Udara musim semi sangat sejuk. Semilir angin seperti membawa kisah dari masa lalu.
Ia sebenarnya ingin tau bagaimana keadaan jasadnya Isabelle. Apa sudah dimakamkan atau belum. Dan, apa David kehilangan dirinya.
Mengingat David, ia harus bisa bersabar. Kelak jika takdir nya mereka pasti akan bertemu.
"Mommy, kita mau kemana ? Kita sudah berjalan jauh ?". Tanya Darrel. Pasalnya sedari tadi Mommy nya tidak memberitahu kemana mereka akan pergi.
Dan Adelle sendiri tidak menyangka kalau Mall jaraknya lumayan jauh dari rumahnya ini.
"Kita akan pergi ke Mall. Tapi jika kalian lelah kita bisa beristirahat dan bermain dulu di taman itu". Kata Adelle menunjuk sebuah taman yang agak ramai di depan mereka.
"Oke Mommy. Ayo Kakak kita main". Darrel berlari lebih dulu.
"Mommy.. Mommy tidak apa-apa ?" Tanya Eloise. Adelle tau jika sedari tadi Eloise memperhatikan nya.
"Iya, Sayang. Kenapa Eloise bertanya ?"
"Apa Mommy punya uang mengajak kami ke Mall ?". Mata jernih Eloise menatap Adelle dengan perasaan khawatir.
"Tentu. Hari ini adalah milik kalian berdua. Percaya lah pada Mommy". Adelle kemudian mencium kening Eloise. Dan Eloise hanya mengangguk.
Lalu Adelle dan Eloise dikejutkan dengan suara Darrel yang menangis berlari kearah mereka.
"Kenapa, Sayang ?" Tanya Adelle panik. Bahkan Darrel pergi belum lama tapi kini ia kembali dengan memegangi dagu nya.
"Aku di dorong dari ayunan, Mommy. Ini sakit". Katanya diiringi isakan sambil memperlihatkan dagunya yang terluka.
"Siapa yang melakukannya ?" Tanya Adelle. Aura kemarahan terpancar di matanya.
"Seorang wanita berbaju kuning itu. Ia mendorongku karena anaknya merengek minta ayunan. Padahal aku baru saja naik".
Tidak menunggu lama, Adelle segera menghampiri seseorang yang ditunjuk oleh Darrel. Tanpa ba-bi-bu ia melayangkan bogem mentah untuk wanita yang mungkin seusia dirinya.
Wanita itu terdorong ke belakang dan terjatuh sebab heelsnya tersandung.
"Apa yang kau lakukan ? Apa kau gila ?" Teriak wanita itu.
Bukan nya takut, Adelle malah berkacak pinggang di depannya.
"Kenapa kau dorong anakku. Lihat ia juga terjatuh dan dagunya berdarah". Kata Adelle menunjuk Darrel yang sudah berada di samping nya bersama Eloise.
"Oh, jadi kau mau balas dendam !" Wanita itu bangkit dengan senyum sinis nya. Adelle menangkap senyuman itu. Jadi memang orang ini suka membuat masalah. Baiklah, maka ia tidak akan segan-segan lagi.
"Sebaiknya kau berkaca dulu sebelum menantang ku ? Seorang pengemis tidak cocok menantang seorang Nyonya besar". Ucapnya sangat keras sengaja memancing keributan. Semua orang melihat kearah mereka.
Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Tapi melihat kedua anaknya yang merasa tidak nyaman, rasanya ia harus segera menyelesaikan nya.
"Sayang, kalian berdua tutup mata dan telinga kalian. Lalu hadap kesana". Adelle memposisikan kedua anaknya agar membelakangi nya.
Setelah itu Adelle maju, bergerak menjambak rambut wanita itu. Menjegal kakinya hingga tersungkur dan memberikan tamparan bertubi-tubi pada mulut yang begitu lancang menghinanya.
"Sebaiknya kau didik mulut busuk mu itu, sebelum orang lain memberinya pelajaran". Kata Adelle. Kemudian ia berdiri dan menendang kakinya.
Ia melihat semua orang disekitarnya yang masih melihat mereka sebagai tontonan. Ada yang mencemooh, ada yang kagum atas keberaniannya, dan ada juga yang merekam.
"Hei kalian yang merekam ku. Cepat hapus atau nasib kalian akan sama dengan wanita ini". Ancam Adelle bersungguh-sungguh.
Beberapa dari mereka yang ketakutan segera menghapusnya. Memilih aman lebih enak.
Lalu ia menggandeng tangan kedua anaknya meninggalkan wanita tadi yang masih menjerit-jerit. Entah karena kesakitan atau karena merasa harga dirinya dipermalukan.
"Siapapun yang punya rekaman itu aku akan membelinya". Teriak wanita itu. Dan seseorang menghampiri nya, lalu mereka berdua melakukan transaksi.
"Apa yang Mommy lakukan pada orang tadi ?" Tanya Eloise. Sebab Adelle melarang keduanya untuk menoleh ke belakang. Dan kedua anaknya sangat patuh.
"Hanya memberinya sedikit pelajaran".
Adelle merasa tubuhnya lelah. Memang, dengan fisiknya yang sekarang lemah ia gampang lelah.
Bersyukur orang tadi belum sempat membalasnya. Jika ia membalas sudah dipastikan tubuh Adelle akan sakit semua. Mengingat pemilik tubuh ini begitu ringkih.
"Mommy, itu Mall nya sudah terlihat". Teriak Darrel kegirangan. Dan tawa itu menular juga pada Adelle dan Eloise.
"Iya. Ayo kita masuk".
Sepanjang perjalanan tadi, Adelle menyadari jika ia masih berada di kota Paris. Hanya rumahnya sekarang berada di pinggir kota. Dan Apartment nya yang dulu berada di jantung kota.
Tujuan pertama Adelle adalah sebuah toko jam tangan mewah. Ia harus menguatkan hatinya dari tatapan hina orang-orang yang memandang nya.
'Gunakanlah mata kalian semua untuk menghina kami, sebelum nantinya mata itu lepas karena melihat perubahan kami' Ucap nya dalam hati.
"Mommy, aku lapar". Kata Darrel saat mereka baru melewati pintu masuk.
"Sstt.. Diamlah Darell. Tunggu saja apa yang akan dilakukan Mommy. Jangan menyusahkan Mommy. Oke". Bisik Eloise yang masih bisa didengar oleh Adelle.
Eloise, gadis kecil itu benar-benar pengertian. Pasti ada kebaikan Adelle hingga ia diberikan anak-anak yang baik pula.
"Sebentar ya, Sayang". Adelle mengusap kepada kedua anaknya.
Eloise dan Darrel begitu senang memasuki Mall ini. Aroma harum dan banyaknya barang yang memanjakan mata membuat mereka tersenyum sendiri.
Adelle ingat, mereka pernah pergi kesini. Dan itu adalah empat tahun yang lalu. Saat usia Eloise lima tahun dan Darrel baru dua tahun.
Ia ingat, ia mendorong stroller Darrel sambil mengamati Eloise kecil berlari bersama Daddy nya.
Perlahan, ia meneteskan air mata lagi. "Adelle, kuatkan hatimu". Ucapnya pada dirinya sendiri.
Meskipun ia tau yang berada ditubuh ini adalah dirinya, Isabelle. Tapi tetap saja tubuh,hati dan pikiran Adelle masih melekat.
Mereka menaiki eskalator sampai lantai tiga. Dan mereka masuk ke sebuah toko jam terkenal. Kemudian Adelle menyuruh kedua anaknya untuk duduk di kursi tunggu.
Jangan pelit kasih love dan komen ya🫶 Othor doakan kalian sehat selalu 😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
echaaa
wahh kerenn mommy adelle 👍👍
2025-08-05
0