Kaelen menatap Anya, wajahnya disinari cahaya redup dari panel-panel yang rusak di lorong ventilasi. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat tegang. Informasi tentang Sora sebagai anggota Klan Serigala, dan kemungkinan adanya hubungan keluarga dengan Anya, memutar semua rencananya. Ia bukan lagi seorang pemburu bayaran yang menjalankan misi sederhana; ia adalah pelindung seorang gadis yang memegang kunci rahasia besar, diburu oleh masa lalunya sendiri.
"Kita harus keluar dari sini," kata Kaelen, suaranya pelan dan mendesak. "Ventilasi ini tidak aman lagi. Mereka pasti sudah memblokir semua pintu keluar."
Anya mengangguk. Matanya yang ketakutan kini menunjukkan sedikit tekad setelah ia menggunakan Palu Perusak. Ia tidak selemah yang Kaelen duga. "Di mana kita akan pergi?"
Kaelen berpikir keras. Neo-Kyoto adalah labirin. Setiap sudutnya dikendalikan oleh sindikat kriminal, korporasi rakus, atau militer. Tidak ada tempat yang benar-benar aman. Kecuali...
"Aku tahu satu tempat," jawab Kaelen. "Bawah tanah. Ada jaringan terowongan kuno yang ditinggalkan di bawah sektor 7. Itu adalah tempat persembunyian terbaik di kota."
Mereka kembali merangkak, bergerak lebih cepat. Kaelen memimpin jalan, mencari jalur yang paling jarang dilewati dan menghindari sensor panas yang dipasang oleh Ryu Hoshi. Setelah beberapa saat, mereka menemukan sebuah pintu keluar darurat yang menuju ke sebuah terowongan servis. Kaelen dengan mudah merusak kunci digitalnya dengan tool kit kecil di pergelangan tangannya.
Begitu mereka keluar dari ventilasi, udara di sana terasa lebih dingin dan lembap. Lorong servis itu dipenuhi dengan pipa-pipa tebal dan kabel-kabel yang menjuntai. Di ujung lorong, sebuah tangga besi spiral turun ke dalam kegelapan.
"Ini dia," kata Kaelen. "Jalur menuju bawah tanah."
Mereka menuruni tangga, dan kegelapan total menyelimuti mereka. Hanya lampu biru neon dari mata Kaelen dan cahaya redup dari palu Anya yang menerangi jalan. Kaelen terus memimpin, waspada dengan setiap suara yang ia dengar.
Saat mereka berjalan, Anya memecah keheningan. "Kau bilang... Sora... ia adalah bagian dari timmu?"
Kaelen menghela napas. Ia tidak ingin membicarakan masa lalu. Tapi ia tahu, Anya berhak tahu. "Ya. Kami... kami adalah pemburu bayaran. Aku, Sora, dan seorang lagi. Kami adalah tim terbaik di kota ini."
"Apa yang terjadi?"
"Satu misi," jawab Kaelen, suaranya menjadi lebih dingin. "Misi untuk menyerang salah satu markas korporasi terbesar. Sora mengkhianati kami. Ia membunuh anggota tim kami yang lain dan melarikan diri dengan data-data penting. Aku hampir mati malam itu. Ia meninggalkan kami begitu saja."
Anya terdiam, mencerna cerita itu. "Kenapa... kenapa ia melakukan itu?"
"Aku tidak tahu," jawab Kaelen, jujur. "Ia tidak pernah memberi tahu alasannya. Tapi sekarang... sekarang aku tahu. Ia pasti sudah menjadi bagian dari Ryu Hoshi. Mereka pasti menjanjikan sesuatu padanya. Kekuatan. Atau... mungkin mereka juga mencari Kode Genesis."
Mereka terus berjalan, melewati lorong-lorong gelap. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka. Kaelen menarik Anya ke sebuah sudut gelap di balik pipa besar.
"Ada seseorang yang mengikuti kita," bisik Kaelen. "Mereka bukan penjaga biasa."
Sosok itu muncul dari kegelapan. Seorang pria bertubuh kekar mengenakan baju besi ala samurai yang diperkuat dengan teknologi siber. Di punggungnya, terikat sebuah tombak besar, jauh lebih besar dari yang dipegang oleh Sora. Itu adalah Jiro, jenderal pribadi Ryu Hoshi.
"Kaelen," panggil Jiro, suaranya bergema. "Ryu Hoshi ingin kau mengembalikan gadis itu. Serahkan dia dan kau akan dibiarkan hidup."
Kaelen maju, berdiri di depan Anya. Ia tidak punya pilihan selain bertarung. "Aku tidak akan menyerahkan siapa pun."
Pertarungan pun pecah. Jiro adalah petarung yang mengandalkan kekuatan murni. Setiap ayunan tombaknya membelah udara dan meninggalkan retakan di dinding beton. Kaelen harus menggunakan seluruh kecepatannya untuk menghindari serangan brutal itu. Katana Jiwa dan tombak Jiro beradu, menciptakan percikan api besar yang menerangi lorong yang gelap.
Jiro jauh lebih kuat. Ia berhasil memukul Katana Jiwa Kaelen hingga pedang itu terlepas dari genggamannya dan terlempar jauh. Kaelen terhuyung, lengannya terasa mati rasa. Jiro maju, tombaknya teracung, siap untuk menghabisi Kaelen.
Namun, sebelum Jiro bisa menyerang, Anya melompat dari persembunyiannya. Dengan Palu Perusak-nya, ia memukul tombak Jiro dengan sekuat tenaga. Ledakan energi besar terjadi, lebih kuat dari sebelumnya. Palu itu bukan hanya merusak, tapi juga mampu melepaskan ledakan energi kinetik yang sangat kuat. Jiro terlempar ke belakang, terhuyung-huyung, sementara Anya jatuh berlutut, kehabisan napas.
Kaelen, melihat kesempatannya, berlari ke arah Katana Jiwa-nya. Ia mengambil pedang itu, dan dalam sekejap, ia sudah berada di belakang Jiro. Dengan satu ayunan pedang yang cepat dan presisi, ia memotong kabel-kabel di punggung baju besi Jiro. Baju besi itu korsleting, percikan api berhamburan, dan Jiro jatuh tersungkur.
Ia menang, tapi ia tahu ini hanya masalah waktu. Ryu Hoshi tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan kembali Anya dan Kode Genesis. Mereka terus bergerak, lebih cepat, lebih dalam, menjauhi cahaya Neo-Kyoto. Kaelen tahu mereka menuju ke wilayah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Tempat di mana legenda dan teknologi kuno bertemu.
Mereka terus berjalan ke dalam kegelapan, jauh di bawah jalanan Neo-Kyoto. Udara menjadi semakin dingin dan lembap, dan suara mesin-mesin di atas mereka tidak lagi terdengar. Kaelen berjalan di depan, mengandalkan mata neon-nya untuk menerangi jalan. Anya mengikutinya dari belakang, palu di tangannya terasa berat, sebuah beban sekaligus jaminan keamanan.
Setelah berjam-jam berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah gerbang besi kuno yang tertutup lumut dan karat. Gerbang itu diukir dengan simbol-simbol yang aneh, seolah berasal dari peradaban yang hilang. Kaelen menyentuh gerbang itu, dan Katana Jiwa di punggungnya bergetar.
"Ini dia," bisik Kaelen. "Gerbang ke Dunia Bawah."
Anya menatap gerbang itu dengan kagum. "Apa ini? Aku belum pernah melihatnya."
"Legenda mengatakan, ini adalah gerbang yang dibuat oleh klan-klan kuno untuk menyembunyikan diri dari peradaban modern," jawab Kaelen. "Aku menemukannya secara tidak sengaja saat masih menjadi pemburu bayaran. Aku tidak pernah masuk ke dalamnya. Ini adalah tempat terakhir yang bisa kita tuju."
Kaelen mengeluarkan sebuah perangkat kecil dari sakunya. Itu adalah kunci digital kuno yang ia temukan bersamaan dengan gerbang itu. Ia memasukkan kunci itu ke celah di gerbang. Dengan suara gemuruh, gerbang besi itu terbuka, menampakkan sebuah lorong yang diselimuti kabut dan cahaya biru redup.
Mereka melangkah masuk. Lorong itu terasa seperti tempat yang hidup. Udara di sana terasa berbeda, lebih murni, dan ada bisikan-bisikan aneh yang terdengar di telinga mereka. Bisikan itu seperti nyanyian kuno, berbicara tentang kekuatan, kehancuran, dan kehidupan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Soni Abit
Lanjutkan
2025-08-04
0