Bab 2

Jam masih menunjukan pukul sepuluh pagi di saat aku baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah itu aku segera menyiapkan cemilan untuk Arvan,tadi sebelum aku kembali menyelesaikan pekerjaan ku,aku urus dulu putra ku yang mulai rewel karena mungkin sudah lapar. aku suapin dulu,setelah itu aku mandikan. Arvan sudah harum dan kembali anteng karena perut nya sudah terisi,aku pun melanjutkan pekerjaan rumah.

Baru saja aku duduk setelah meletakkan kue dan susu untuk Arvan,suami ku mas Danu datang. Keningku mengernyit,merasa bingung kenapa jam segini mas Danu sudah pulang.

"Tumben mas, sudah pulang ? Gak ada apa-apa kan ?" Tanya ku sedikit khawatir.

"Gak kok,kerjaan aman. Aku hanya sedikit meriang ,mungkin karena semalam begadang karena ikut meronda,tadi juga cuman tidur satu jam" Tutur maa Danu.

Dengan rasa cemas aku pun beranjak dan menghampiri mas Danu. Ku sentuh kening nya dengan punggung tangan ku.

"Iya mas, seperti nya kamu juga demam. Ya udah kalau gitu mas cuci kaki dulu gih,lalu istirahat. Aku siapin makan abis itu kamu minum obat " Mas Danu hanya mengangguk pelan,ku lihat matanya melirik sebentar ke arah Arvan. Ekspresi nya masih sama. Datar,tak lama mas Danu pun pergi ke kamar mandi sementara aku pergi ke dapur.

Selesai menyiapkan makanan dan obat,aku lihat mas Danu sudah berbaring di sofa ,di bawahnya Arvan tengah bermain memainkan mainan-mainan murah harga nya pun cuman dua ribuan,yang aku beli di warung depan rumah. Bukan tak mampu beli yang mahal tetapi mertua dan yang lainnya selalu nyinyirin aku, yang katanya buang-buang uang gak jelas namun pada akhirnya mainan yang mereka nyinyirin diambil juga buat anak ipar ku.

"Ini mas,dimakan dulu !" Ucap ku

"Iya,makasih ya " Ucap mas Danu meraih piring yang berisi nasi dan lauknya.

"Udah ah,gak enak rasanya nih mulut. Pahit dan enek "Baru tiga suap maa Danu menyudahi makan nya,aku pun memakluminya,untung saja aku mengambil nasinya tidak terlalu banyak.

"Udah,nanti dilanjut lagi makan nya. Tapi obat nya juga jangan lupa harus diminum biar cepat sembuh " Ucap ku meraih piring meletakan nya di meja. Aku juga mengambil obat lalu memberikan nya pada mas Danu. Dengan tersenyum lembut mas Danu meraih obat tersebut lalu meminumnya.

"Lebih baik mas istirahat di kamar saja biar gak keganggu. Nanti Arvan kalau tidur biar aku tidur kan di kamar belakang saja takut ganggu tidur kamu " Ucap ku

"Ya udah ,aku ke kamar dulu ya. Terima kasih udah pengertian " Ucap Mas Danu sambil menyentuh kepala ku.

"Iya mas,sudah seharus nya aku perhatian sama suami, lagipula aku gak tega lihat kamu sakit " Ucap ku pula

"Ya ampun,...istri siapa sih ini ,manis banget" Goda nya sambil tersenyum

"Hehehe...mas bisa aja " Aku pun tersipu dibuat nya. Tanpa gombalan selanjutnya mas Danu segera menuju kamar. Lagi-lagi dia mengabaikan Arvan yang tengah menatap nya tanpa kedip.

Aku menghela nafas berat,kasihan sekali putra ku. Mungkin dalam hatinya ia ingin disapa mas Danu, ingin pulang merasakan kasih sayang nya. Tatapan matanya mengikuti mas Danu hingga masuk ke dalam kamar.

"Ma...ma...ma..." Ucap Arvan sambil menunjuk ke arah kamar.

"Iya sayang,maafin papa ya nak. Papanya lagi sakit gak bisa main dulu "Ucap ku mengusap kepala nya

"Uh...uh...." Tunjuk Arvan lagi,namun kini ia menunjuk ke arah dapur

"Apa sih nak,mama bingung ?"

"Uh..." Arvan berdiri dan berlari ke dapur,aku lantas mengikuti.

Arvan berdiri di depan rak piring. Bocah kecil itu berjongkok lalu tangan nya yang mungil mengambil mangkuk plastik kecil yang sengaja aku letakkan paling bawah.

"Uh..." Arvan memberikan nya padaku.

Meski bingung aku terima saja,setelah itu Arvan beranjak ke sisi lain,bocah itu menunjuk-nunjuk ke atas lemari kabinet.

"Apa sih nak ?" Tanya ku sambil meraih tubuh mungil nya lalu ku angkat ku arahkan ke depan lemari kabinet yang sebelumnya telah aku buka.

"Mau apa ? Di sini gak ada apa-apa loh,cuman lap dan handuk kecil "

Arvan meraih kain lap,lalu meminta ku menurunkan nya dengan menggerakkan tubuhnya.

"Uh...uh ..uh ..." Arvan meletakan kain lap ke dalam mangkuk ,lalu dengan gerakan tangan nya menunjuk ke arah pintu,masih bingung aku tetap di posisi mencerna apa yang dimaksud putra ku itu,hingga akhirnya aku mengerti setelah Arvan meletakkan kain lap di kepalanya dengan tangan menunjuk ke arah pintu.

"Masya Allah....kamu mau mama mengompres papa nak,pakai kain ini?" Tanya ku ,Arvan mengangguk sambil tersenyum

Masya Allah mungkin karena aku sering mengompresnya ketika demam jadinya Arvan pun merekam hal itu di benak nya. Aku pun semakin bangga padanya.

"Baiklah,sekarang kita isi air nya dulu ya,terus kita kompres papa " Ucap aku yang dibalas senyuman dari Arvan.

Setelah itu,sambil menuntun Arvan aku pergi ke kamar. Akan tetapi saat sampai di ambang pintu aku melihat mas Danu yang tengah menelpon. Aku masuk tanpa bersuara demi menghargai seseorang di balik telpon,akan tetapi entah kenapa melihat sikap mas Danu seperti gugup dan langsung mengakhiri telepon nya.

"Udah nelpon nya mas? Siapa yang nelpon ?" Tanya ku sambil meletakan mangkuk berisi air dan handuk kecil di meja samping tempat tidur,aku pun duduk di sisi tempat tidur samping mas Danu. Tak lupa aku memeriksa kembali suhu tubuh nya. Arvan yang tadi ikut dengan ku hanya terdiam berdiri di dekat ku.

"Itu,..tadi teman kerja nanyain kondisi aku "Jawab Mas Danu sedikit gelagapan

"Oh,.." Jawab ku. Kemudian aku melirik pada Arvan

"Sini sayang !" Aku mengulurkan tangan. Anak ku segera naik ke tempat tidur dan duduk di samping ku.

"Gak perlu pake gituan lah,aku gak apa-apa kok cuman butuh istirahat sebentar" Ucap Mas Danu sambil melirik ke arah mangkuk di meja.

"Ya sudah,kalau gitu mas istirahat saja ya. Aku mau ajak main Arvan sebentar setelah itu mau tidurin Arvan" Ucap ku yang tak memaksa.

"Ok "

Aku segera membawa Arvan keluar dari kamar,namun baru saja aku sampai di ruang tengah suara ibu terdengar memanggil ku.

"Mila... Mila....!" Setengah berteriak ibu memanggilku

Akupun buru-buru membuka pintu takutnya suara ibu akan mengganggu istirahat nya Mas Danu.

"Iya Bu ,ada apa ?" Tanya ku begitu aku membuka pintu

"Kamu ini gimana sih ? Kan ibu sudah bilang,kalau ada yang datang nyari bilang gak ada ! Tuh cepet bayarin !" Sentak ibu mertua menunjuk seorang pria berjaket kulit hitam yang sudah berdiri di ujung teras rumah ibu mertua.

"Iya Bu,maaf. Sebentar aku ambil dulu uang nya " Ucap ku segera mengambil uang di dompet yang ku taruh di samping televisi.

"ini bu,uang nya " Aku berikan uang itu pada ibu mertua,yang kemudian ibu mertua berikan pada pria itu.

"Ini bang, besok-besok nagih nya ke sana ya,itu menantu saya uang nya sudah saya titip di sana !" Tunjuk ibu mertua pada ku.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!